Kamu adalah simbol kesalahan yang masih Saya pelihara hingga saat ini.Shena benar-benar mengantar Satria sampai ke rumah pria itu. Bukan rumah yang selama ini Satria tempati, bukan pula rumah yang Satria tahu, Satria tidak mungkin lupa. ini adalah bangunan yang berbeda, bangunan dengan tiga lantai itu, bukan lah rumah yang Satria kenal.
"Ini rumah Lo!" Shena berucap dengan penuh penekanan. "Saat Lo masuk semua orang mungkin pura-pura nggak lihat, tapi Lo harus masuk dan langsung ke kamar aja. Besok gue jemput kita ke sekolah."
Satria hanya mengangguk dan perlahan turun dari mobil Shena, kaki nya melangkah lemas ke arah gerbang dan perlahan membuka gerbang yang tinggi nya bahkan tiga kali lebih tinggi dari tubuh Satria. Mata pria itu menyorot takjub ke arah garasi yang berisi mobil-mobil mewah, tidak lupa juga berbagai merek kendaraan bermotor terparkir disana. Satria terus melangkah ke arah pintu rumah yang begitu asing di penglihatan nya. Apa yang akan ia katakan setelah sampai disana.
Apakah ia akan mengatakan bahwa dia bukan Cio namun orang asing yang terperangkap dalam tubuh remaja itu. Semua orang pasti akan menganggap nya gila, atau bahkan lebih parah nya orang rumah ini akan melempar Satria jauh-jauh.
"Ya ampun, Den. Udah pulang. Ayo bibi bantu." Satria menatap lesu ke arah wanita tua yang begitu antusias melihat kehadiran nya. Satria tahu, wanita ini pasti nya adalah asisten disini.
"Nggak perlu, Bi." Satu suara datang dari dalam rumah. Satria melihat seorang wanita dengan rambut ikal sebahu dan lipstik yang merah merona, wanita itu berdiri di hadapan Satria dengan bersedekap dada juga memperlihatkan wajah sombong nya. "Dia bisa sendiri," lanjut nya.
"Iya Bi, saya bisa sendiri." Satria menjawab dan ingin segera meraih tas yang ada di sebelah kaki nya. Satria sangat tidak mengerti siapa orang yang ada di hadapannya saat ini, dia ibu nya Cio? Tapi Shena menggeleng saat Satria bertanya apakah ibu nya masih hidup.
"Kenapa kamu pulang?" Wanita itu bertanya pada Satria.
"Apa saya tidak boleh pulang, bukan nya ini rumah saya?"
Terdengar gelak tawa dari wanita itu. "Rumah kamu? Sejak kapan rumah ini menjadi rumah kamu?"
Satria bertambah bingung, kepala nya berdenyut kencang membuat sesekali Satria meringis.
"Cio!" Pria berdasi memanggil Satria dari arah belakang. "Kamu.... "
Seketika Satria ambruk, pandangannya memudar dan hanya terlihat kegelapan disana. Suara-suara tidak lagi terdengar, perlahan semuanya senyap dan sunyi.
Setelah merasa begitu dingin pada kaki nya, perlahan Satria mulai membuka mata dan menatap sekeliling. Kini, Satria melihat dirinya berada di sebuah ruangan yang serba biru.
"Den, udah bangun."
Satria mengangguk lemah.
"Ini bibi udah siapin makan malam buat Den Cio. Di makan yah, bibi tinggal ke dapur dulu."
Satria menoleh ke arah jendela, tirai nya bergejolak karena tiupan angin kencang. Satria turun dari ranjang dan ingin menutup jendela itu. Hujan turun begitu lebat, menambah kerinduan yang begitu hebat dalam hati Satria. Satria merindukan, Kasih. Satria merindukan dunia nya, Satria merindukan kota nya, Satria merindukan kedua orangtuanya. Satria merindukan semua tentang dunia nya. Tempat ini sangat asing dan sangat tidak nyaman bagi Satria.
Setelah menutup jendela dan mengunci nya, Satria berjalan ke arah sebuah cermin yang menunjukkan pantulan dirinya. Satria tidak lagi terkejut, dari semua orang-orang yang ia temui, Satria sadar bahwa dia terjebak di tubuh yang berbeda. Satria meletakkan sebelah tangan nya di atas meja dan mata nya masih menatap lekat ke arah cermin besar di hadapannya. "Sempurna. Se sakit apa kehidupan Lo sebelumnya, Cio. Sampai Lo memilih untuk mengakhirinya?"
Satria berjalan menyusuri ruangan kamar milik Cio dan mencari apapun yang bisa ia temui. Tujuan nya hanyalah ingin mencari tahu orang seperti apa Cio dalam kehidupannya. Mata Satria beralih ke pada sebuah album foto, tangan nya membuka setiap lembaran dalam album tersebut.
"Shena Amullya." Kata yang tercetak pada lembar pertama album tersebut. "Gadis yang cantik." Satria bergumam, isi album hanya foto-foto antara Shena dan juga beberapa teman laki-laki Cio. Tidak ada foto keluarga maupun foto wanita yang tadi Satria temui, saat pertama kali masuk ke dalam rumah ini.
"Shena adalah mantan pacar Cio." Satria mendapat sebuah kebenaran ketika membaca sebuah note, yang sepertinya di tulis oleh Cio. Note itu berisi ungkapan betapa laki-laki itu mencintai Shena, bahkan dia bertahan tetap hidup hanya untuk Shena. Karena Shena.
Satria menarik sebuah laci dan melihat isinya, seorang wanita mengenakan gaun putih dan menggendong seorang bayi, bayi laki-laki itu tampak begitu bahagia. Satria meletakkan kembali foto itu pada tempat nya semula, dia tidak memiliki hak apapun untuk ikut campur.
∞∞∞
Pagi sekali Satria telah siap dengan seragam sekolah nya, walaupun sedikit kesusahan karena tangan Satria belum sepenuhnya pulih, beruntungnya pria itu dibantu oleh Bi Ina. Jika di kehidupan sebelumnya Satria adalah pria dewasa yang menjalani kehidupan nya sebagai mahasiswa. Maka dikehidupan kali ini dia harus kembali ke masa SMA. Satria melihat notifikasi di ponsel yang sama sekali tidak memiliki pin, Cio benar-benar tidak memiliki privasi apapun disana.
Ternyata itu adalah bunyi notif dari kartu kredit. Terdapat uang masuk sebesar 15 juta dari rekening yang tidak Satria tahu. Satria terus menggulir ke bawah dan membaca nama sang pengirim 'Bambang Permana'.
"Bi!" Panggil Satria.
"Iya, Den. Butuh sesuatu?" Bi Ina yang tadinya sedang membereskan perlengkapan sekolah Satria, kini menoleh ke arah pria itu.
"Bambang Permana itu siapa?"
Bi Ina tampak kikuk. "Ya ampun, Den. Itu kan Ayah Den sendiri. Bapak emang tiap Minggu ngirim uang ke rekening Den Cio."
"Kenapa nggak kasih langsung ke saya?"
"Bibi kurang tahu, Den. Den bisa tanya Bapak."
Ting!
Satu pesan masuk dari Shena.
From : Shenmullll
Gue jemput Lo setengah jam lagi.
Satria tidak mau merepotkan Shena lebih jauh. Satria juga tahu bahwa Shena tidak menyukai Cio bahkan saat gadis itu berstatus sebagai pacar Cio.
To : Shenmulll
Gue berangkat sendiri.
Satria menyimpan ponsel di saku celana dan membawa tas ransel nya keluar dari kamar. Pria itu kini sudah sangat rapi dengan dasi yang terpasang indah di leher nya, juga seragam yang ia masukkan.
"Beda banget dia," gumam seseorang dari balik punggung Satria.
"Pa!" Panggilan yang sangat khas itu mengalihkan perhatian Bambang dari laptop di hadapannya. Dia kini menoleh ke arah pintu menatap putra semata wayangnya dengan raut wajah terkejut.
Tanpa izin Satria masuk dan berdiri tepat di hadapan Bambang. "Kenapa Papa nggak langsung kasih uang nya ke Sat__" Satria tercekat sejenak. "Ke Cio. Bahkan Papa nggak melihat keadaan anak Papa sendiri?"
"Sejak kapan kamu menjadi anak saya? Kamu adalah simbol kesalahan yang masih saya pelihara sampai hari ini!" Bambang meninggalkan Satria dengan ratusan pertanyaan bersarang di kepala nya, juga pertanyaan tentang keluarga Cio yang tidak seperti dugaan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLARITY [TRANSMIGRASI BOY] || SELESAI
FantasySatria Adinata. Mahasiswa fakultas teknik yang dikejutkan dengan perubahan pada dirinya, kala ia terbangun di sebuah ranjang rumah sakit. Satria terperangkap di tubuh seorang remaja laki-laki yang memiliki kehidupan pahit dan sangat menyakitkan. Aka...