Menangis lah, kan kau juga manusia
Mana ada yang bisa berlarut-larut berpura-pura sempurna.
Sampaikan pada jiwa yang bersedih begitu dingin dunia yang kau huni.♪Ghea Indrawari♪
Gelap berganti abu-abu kemudian putih samar-samar. Lampu menggantung, loteng berwarna putih, kemudian seluruhnya hitam lagi.
"Ma......" Satria memanggil kepada siapapun yang mendengar suara nya. Perlahan mata pria itu terbuka melihat sekeliling nya. Ruangan serba putih dan kosong. Sebuah selang terpasang di tangan kiri pria itu.
"Pa......" Tidak ada yang menjawab panggilan nya. Kepala Satria sangat berat rasanya, kaki kanan nya begitu nyeri. Bahkan seluruh tubuhnya begitu kaku dan sangat berat, bahkan Satria rasanya tidak mampu walau hanya sekedar menggerakkan jempol kaki nya.
Perlahan mata pria itu terbuka sempurna dan melihat dimana dia terbaring saat ini. Ruangan serba putih ini adalah 'rumah sakit'.
Satria kemudian menoleh ke arah pintu yang terbuka dan melihat berbagai perawat datang menghampiri nya."Dimana orang tua saya, Sus?" tanya Satria.
Suster itu tampak saling memandang satu sama lain. "Kita semua juga menunggu, Mas. Bahkan sejak seminggu kamu dirawat di sini, keluarga kamu tidak ada yang menjenguk."
Bulir air mengalir dari sudut mata Satria, kenapa hari ini dia merasa seolah di buang oleh keluarganya. Kemana mereka semua, kenapa tidak ada satupun orang yang mengetahui keadaan Satria saat ini.
"Mas, kalau butuh sesuatu tekan tombol ini saja ya. Kami bakal ke ruangan Mas, setiap dua jam sekali." Perkataan suster di angguki lemah oleh Satria.
"Coba periksa keadaan nya," suruh seorang dokter.
"Kedua kaki nya tidak ada masalah, Dok. Hanya luka ringan, tangan kiri nya patah, tiga gigi nya tercabut. Dan ada sedikit kerusakan pada otak saraf nya karena benturan yang sangat keras."
"Siapa nama pasien?"
"Gracio Vianus."
Satria tiba-tiba menoleh ke arah suster, ketika mendengar bukan nama nya yang disebut oleh suster itu.
"Maaf, dok. Tapi, nama saya Satria Adinata," jelas Satria.
Dokter itu menoleh ke arah sang Suster. Suster itu tampak memberikan sebuah kartu pada Dokter.
"Ini adalah kartu pelajar yang ada di saku nya, pertama kali dia di bawa ke ruangan ini, dok."
Sang dokter mengangguk dan tersenyum ke arah Satria. "Kamu mengalami trauma yang sangat berat, kamu mungkin melupakan beberapa kejadian. Istirahat yang cukup, kamu akan mengingat lagi semua yang kamu lupakan."
Dokter dan suster itu keluar dari ruangan Satria. Pria itu di buat bingung bukan main, apa yang sebenarnya terjadi padanya. Dimana dia? Pertama kali suster mengatakan bahwa tidak ada yang datang menjenguk Satria sejak satu minggu yang lalu, Satria merasa sangat tidak mungkin. Karena ibu nya adalah sosok wanita yang peduli dan selalu panik ketika sesuatu terjadi pada Satria. Satria menoleh ke arah samping dan melihat tangan kiri nya yang dibalut perban tebal, rasanya nyeri sekali ketika Satria ingin bergerak.
Satria mencoba mengingat kembali apa yang sebenarnya terjadi, malam itu setelah Hana meninggalkan Satria di depan pintu ruangan cempaka, pria itu juga langsung keluar dan berjalan ke arah parkiran bawah tanah. Dan, saat dia ingin keluar dari lingkungan rumah sakit, sebuah mobil pengangkut minyak menabrak nya dari arah berlawanan. Hanya itu yang Satria ingat.
Pintu terbuka, memperlihatkan sebuah gadis cantik dengan rambut panjang terurai, kulit putih bersih, wajah yang di poles make up tidak terlalu tebal. Cara berjalan nya yang begitu anggun, dia adalah simbol sempurna yang Satria lihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLARITY [TRANSMIGRASI BOY] || SELESAI
FantasíaSatria Adinata. Mahasiswa fakultas teknik yang dikejutkan dengan perubahan pada dirinya, kala ia terbangun di sebuah ranjang rumah sakit. Satria terperangkap di tubuh seorang remaja laki-laki yang memiliki kehidupan pahit dan sangat menyakitkan. Aka...