Cio mulai tidak tahan dengan rasa ngantuk nya. Melihat Andre dan Dewa yang mulai memeras Bulan menghilangkan ngantuk Cio saat itu juga. Cio berlari ke arah rooftop dan ingin segera tidur disana. Semalaman Cio tidak tidur, bahkan tidak makan. Pria itu hanya makan ayam panggang yang diberi oleh ibu Bulan.
"Jagoan Lo sekarang?" Cio meringis dan emosi nya mulai tersulut sekarang, belum ada lima detik ia menutup mata. Namun, suara itu membangun kan nya lagi.
"Andre apaan sih Lo?" Kali ini suara si gendut yang Cio dengar.
"Apa? Dari awal gue udah bilang kan, dia nggak hilang ingatan. Dia cuma pura-pura buat mengelabui kita dan jauhin kita semua," tuduh Andre.
"Nggak ada orang hilang ingatan kaya dia." Tambah Dewa.
Cio melompat dari sofa dan segera menubruk tubuh Dewa dan menjatuhkan nya di lantai. "Lo benar, gue emang nggak hilang ingatan. Tapi gue bukan Cio, sahabat Lo!"
Juan menarik kerah baju Cio agar menjauh dari tubuh Dewa. Dewa merasa begitu nyeri pada punggung nya. Bahkan baju pria itu sudah sangat kotor karena debu lantai.
"Gue bukan sahabat Lo!" Cio mengatakan itu dan segera pergi dari sana. Emosi nya mulai menggebu-gebu ketika tidak ada orang yang bisa membuat nya tidur dengan tenang. Setelah ini siapa lagi yang akan mendatangi nya, hanya karena dirinya membela Bulan.
Sepeninggalan Cio, Juan dan ketiga sahabat Cio semakin di buat bingung dengan kata-kata Cio pada mereka.
"Dia kenapa sih?" Tanya Bobby yang sangat heran dengan sikap Cio, mulai dari awal pria itu keluar dari rumah sakit.
"Kemarin Cio sempat tanya soal reinkarnasi. Apa jangan-jangan...." Perkataan Andre langsung di potong oleh Bobby.
"Dia Cio, hanya saja dari sudut pandang gue. Dia udah menemukan jati dirinya, beda sama kita."
Perkataan Bobby dibalas anggukan oleh Juan, jawaban Bobby memang kedengaran lebih masuk akal dari pada semua asumsi di otak mereka. Tentang reinkarnasi maupun semacamnya.
Cio memilih perpustakaan untuk tidur sejenak. Perpustakaan pasti nya identik dengan kesunyian, semua orang yang datang ke perpustakaan pastinya hanya untuk membaca maupun mengambil buku. Cio mendapat salah satu kursi panjang paling pojok untuk ia tidur. Perlahan mata pria itu tertutup.
Cio kembali membuka mata dan melihat dirinya berada di kampus, tepatnya di ruang musik. Cio melihat ke arah atas pintu dan melihat tulisan 'Universitas Darma Agung' universitas tempat Satria menimba ilmu. Cio kemudian melihat dirinya, dia bukan lah lagi seorang remaja SMA, melainkan Satria seutuhnya.
Pintu terbuka dan terlihat Kasih datang menghampiri nya. "Loh udah bangun, gue baru aja mau bangunin. Balik yuk, Sat. Udah sore, di luar juga mendung banget."
Satria yang di panggil hanya diam dan tidak bergeming sedikitpun. Kasih mengguncang pelan bahu pria itu. "Sat, Lo kenapa? Lo mimpi buruk?" Satria menggeleng dan tersenyum kecil.
"Ayo," ajak Satria.
Satria dan Kasih beriringan keluar dari ruang musik, dan berjalan melewati gedung Fakultas kedokteran gigi. Kasih tiba-tiba berhenti sejenak.
"Kita tunggu Hana bentar ya," kata Kasih.
"Hana?"
"Iya sahabat gue."
Satria hanya mengangguk, pikiran nya tak karuan. Satria hanya menutup mata beberapa detik, namun ia terbangun dan kembali pada tubuhnya. Benarkah ia sudah kembali? Bagaimana dengan semua list yang pernah ia tulis. Tidak, Satria belum ingin kembali. Masih banyak tentang Cio yang harus ia selesaikan, tentang keluarga nya, tentang Bulan dan tentang Shena. Satria juga belum membuat perpisahan pada orang-orang yang ia cintai.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLARITY [TRANSMIGRASI BOY] || SELESAI
FantasySatria Adinata. Mahasiswa fakultas teknik yang dikejutkan dengan perubahan pada dirinya, kala ia terbangun di sebuah ranjang rumah sakit. Satria terperangkap di tubuh seorang remaja laki-laki yang memiliki kehidupan pahit dan sangat menyakitkan. Aka...