5. ∞ Ruang waktu ∞

3.1K 233 2
                                    

Hujan turun sangat lebat, Cio duduk di balkon dengan gitar di pangkuan nya. Semilir angin malam menghembuskan rambut pria itu yang masih di tetesi air. Hari ini Cio berjanji akan kumpul bersama teman-teman nya di acara ulang tahun ketua kelas mereka. Cio se jujur nya tidak terlalu menyukai keramaian, apalagi kini ia harus berinteraksi dengan orang-orang asing juga remaja yang tidak se frekuensi dengan dirinya.

Cio menaruh kembali gitar nya ke dalam lemari dan mengambil jaket kulit berwarna hitam.

"Mau kemana kamu?"

Suara berat itu. Cio berbalik dan melihat ayah nya berdiri dengan bersedekap dada. "Ada acara di rumah ketua kelas Cio, Pa."

"Kamu ada kendaraan?"

Cio menggeleng. Bambang segera melempar kunci mobil ke arah anak nya itu dan meninggalkan nya disana. Cio menarik nafas dalam-dalam, dia sama sekali tidak mengerti bagaimana caranya menarik perhatian Bambang agar bisa menerimanya. Cio tidak tahu sampai kapan ia akan terjebak di dunia ini, kalau takdir mengatakan selamanya, apakah mungkin ia sanggup hidup dengan perlakuan seperti ini. Cio membungkuk dan mengambil kunci mobil itu.

"Makasih, Pa." Walaupun Bambang tidak akan pernah mendengar suara nya, setidaknya Cio sudah berusaha.

Di sisi ruangan yang lain, Lita membuang ke sembarang arah barang-barang yang ada di dekat nya.

"Kamu apa-apaan sih, siapa yang kasih izin kamu buat kasih mobil ke dia? Gimana kalau dia kecelakaan lagi, dan mobil nya hancur? Saya tidak pernah peduli mau dia hidup atau mati."

Bambang hanya menunduk mendengar semua omelan bahkan sumpah serapah istri nya.

"Saya tidak mau tahu, sebelum jam 11 anak haram itu udah harus bawa mobil itu pulang!" Bambang mengangguk lemah. Lita segera pergi dari sana dan membanting pintu sekuat mungkin.

"Kamu tidak memiliki anak, tentu nya kamu tidak akan paham bagaimana rasanya melihat rasa sakit pada anak kita sendiri," Bambang bergumam pelan.

∞∞∞

Cio sudah sampai di acara pesta, matanya menyipit kala tidak melihat satu orang pun yang ia kenal di tempat ini. Cio hanya berdiri di samping kolam renang, sembari sesekali mencicipi beberapa hidangan kue. Bisik-bisik para wanita yang memuja nya begitu terdengar jelas di indera pendengaran Cio, tapi dia tidak peduli. Cio hanya ingin menikmati pesta ini.

"Hai, Lo datang juga." Tiga orang remaja perempuan menghampiri Cio, salah satunya adalah Shena.

Cio mengangguk dan melanjutkan makan tanpa menoleh ke arah Shena sedikitpun.

Yola dan Adele begitu aneh dengan sikap Cio yang seolah cuek pada Shena. Cio bahkan meninggalkan ketiga wanita cantik itu.

"Cio benar-benar lupain Lo, Shen?" Yola menatap kepergian Cio dengan heran.

"Kok bisa." Adele menimpali.

Shena memutar bola matanya jengah. "Harusnya Lo semua bersyukur, gue nggak harus berurusan sama dia dan kehidupan nya lagi."

"Lo juga udah lupain Cio?" Yola bertanya lagi.

Shena mengangguk mantap sembari memperhatikan kuku nya yang baru saja ia bersihkan. Namun tidak sepenuhnya, Shena diam-diam mencari keberadaan Cio.

"Oke guys, minta perhatian nya dong." Di depan sana Andre berdiri dengan gitar nya. Cio juga ikut menoleh ke arah panggung dan melihat ke empat temannya ada disana.

CLARITY [TRANSMIGRASI BOY] || SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang