••CLARITY 2••

321 23 0
                                    

♡BAGIAN 1♡
••••••••••••

Di kehidupan yang sesungguhnya ini, Satria terus merasa kesepian. Dia selalu membayangkan dan merindukan Bulan. Satria terus menunggu takdir yang akan mempertemukan dia kembali dengan Bulan nya, walaupun terdengar mustahil, namun, itulah harapan.

Dari jauh Satria melihat seorang gadis yang tidak asing bagi nya. Kulit putih mulus, senyum yang begitu menawan. Satria mendekat dan mencoba menyentuh bahu perempuan tersebut.

"Bulan."

"Kamu kenal aku?"

•••••••••••••••

Satria sudah menyelesaikan satu semester ini dengan sangat maksimal. Walaupun begitu, masih tetap saja, nilai C dan D tidak terelakkan pada satu kertas berisi hasil ujian semester.

Kasih berdiri di samping Satria, sembari melipat tangan di dada. "Lo tuh kenapa sih, Sat? Lo ada masalah apa? Semenjak lo keluar dari rumah sakit, Lo kayak manusia yang gak punya harapan untuk hidup. Lihat sekarang! Nilai lo berantakan, badan Lo makin kurus, bahkan projects yang udah kita susun gak ada satupun yang selesai, Lo kenapa sih?!"

Satria masih sama, dia tetap menggeleng. Membuat Kasih ingin sekali memukul wajah sahabatnya itu, ini adalah pertanyaan yang ke sekian kalinya di lontarkan oleh Kasih, namun Satria masih tetap saja menggeleng sebagai jawaban.

Kasih lagi-lagi menghembuskan nafas kasar, dia pun melempar pelan satu buah buku pada Satria. "Tuh gue udah beli buku baru buat lo, besok gue harus lihat buku itu ada coretan. Pertanda bahwa lo belajar dari buku itu."

Setelah mengatakan itu, Kasih pergi dengan wajah yang teramat kesal. Dia tidak percaya bahwa Satria benar-benar seperti orang gila seperti ini. Kasih bisa melihat banyak sekali orang koma, namun tidak ada yang seperti sahabat nya itu. Di persimpangan menuju fakultas kedokteran Kasih bertemu dengan sahabatnya satu lagi, yang bernama Hana.

Hana tersenyum dan menarik pipi Kasih agar membentuk Lengkungan yang sama juga, namun dengan cepat di tepis oleh perempuan itu dengan raut wajah yang semakin masam.

"Lo kenapa sih?!" tanya Hana. "Karena Satria lagi?!"

"Gue tuh gak tau lagi harus nasehatin dia dengan cara apa, Han. Gue udah coba segala cara biar dia sadar dan menjalani hidup dengan normal. Tapi, tuh cowok tetap sama aja, diam dan gak punya harapan buat hidup. Semua nilai ujian nya juga hancur, sumpah gue stres banget," ungkap Kasih dengan emosi meledak-ledak.

Hana mengerti kenapa Kasih sampai begitu emosi, karena Satria adalah sahabat nya sejak lama, dan gadis itu sangat lah peduli kepada Satria. Namun, satu hal yang tidak Kasih ketahui, bahwa selama ini Satria tidak koma sepenuhnya, namun jiwa nya terpisah dengan raga nya, dan sialnya. Satria malah terjebak dengan perasaan nya pada raga seseorang.

Hana bukan lah seorang paranormal, namun dia seperti dapat melihat pandangan masa depan, dari kejauhan Hana melihat kedatangan Satria, dia pun memberi kode pada Kasih agar terlihat baik-baik saja.

"Ayo pulang," kata Satria mengajak Kasih.

"Lo pulang duluan aja, gue bareng Hana," tolak Kasih.

"Gue juga ngajak Hana pulang bareng, ayo Han," ajak Satria.

Kasih masuk ke dalam mobil dan menutup pintu cukup keras, agar Satria tahu bahwa dia masih marah. Lain dengan Hana yang duduk di kursi paling belakang, dia hanya tersenyum melihat persahabatan antara Kasih dan Satria yang begitu hangat.

Tidak ada pembicaraan apapun di dalam mobil, Kasih yang masih diam dan bermain ponsel, Satria yang fokus menyetir dan Hana yang sedang sibuk mencoret-coret sesuatu di buku nya. Setelah keheningannya yang begitu panjang, mobil yang di kendarai oleh Satria telah sampai di rumah Kasih. Gadis itu segera keluar tanpa mengucapkan terimakasih.

Satria membiarkan saja, karena dia tahu Kasih marah tidak akan lama. Sebentar lagi juga gadis itu akan nongol di rumahnya dan membawa banyak buku, agar Satria kembali fokus pada kuliah nya.

Hana mulai tersadar ketika jalanan yang di lewati mereka bukan lah jalan menuju rumah nya, dia ingin bersuara namun melihat Satria yang seperti mayat hidup membuat gadis itu mengurungkan niat nya.

Satria memarkirkan mobil nya di sebuah taman yang terbilang sangat sepi. Cukup lama Satria dan Hana saling diam tanpa ada pergerakan sedikit pun.

"Lo berhutang penjelasan, Han," tegur Satria dengan suara yang sangat pelan.

Hana menoleh pada spion depan, mata nya melihat Satria yang diam dan memandang lurus ke arah depan sana. Sesekali cowok itu terlihat memainkan stir mobil.

"Penjelasan?" tanya Hana bingung. "Penjelasan apa yang lo maksud?"

Satria keluar dari mobil, dan berjalan ke arah kursi belakang, cowok itu kemudian duduk tepat di samping Hana, Satria menatap lekat netra hitam gadis itu dan memaksa nya untuk berkata jujur. "Dimana gue pada saat koma itu? dimana semua orang yang pernah gue temui di dunia itu, dan kenapa lo yang datang menjemput gue?"

Hana terdiam cukup lama, setelah sekian purnama, kenapa Satria masih mempertanyakan mengenai dunia itu. Harusnya laki-laki itu senang karena sudah kembali sekarang. "Kenapa lo bahas masalah itu lagi sekarang?"

"Karena gue harus cari Bulan!" tegas Satria.

Hana menggeleng pelan. "Lo gak akan pernah menemukan dia lagi sampai kapan pun."

"Kenapa? mereka nyata, Han. Dan gue yakin Bulan ada di suatu tempat." Satria masih terus menyangkal ucapan Hana.

"Bulan dan lo adalah dua manusia dengan dimensi waktu yang berbeda, Sat. Lo harus terima kenyataan itu," ucap Hana dengan intonasi suara yang mulai meninggi.

Satria menggeleng. "Dimana pun Bulan, gue bakal tetap cari dia, Han. Gue bakal balik ke masa lalu atau bahkan masuk ke masa depan untuk cari Bulan. Untuk itu, lo harus jujur sekarang. Dimana Bulan?"

"Gue bukan paranormal, Sat. Gue juga bukan ahli masa depan. Gue gak tahu siapa dan dimana Bulan sekarang!"

"Jadi, kenapa lo bisa jemput gue ke tempat itu?" tanya Satria dengan tatapan tajam.

Hana diam dan tidak berani menatap mata Satria.

Cara gadis itu diam membuat Satria semakin yakin, bahwa Hana menyembunyikan sesuatu.

"Lo bahkan bisa menembus tempat itu dengan identitas asli, lo datang jemput gue dengan selamat." lagi-lagi Satria menatap Hana cukup dekat dan sangat lekat. "Apa yang lo sembunyikan, dan siapa lo sebenarnya?"

Hana buru-buru keluar dari mobil, dan menjauh dari jangkauan Satria. Hana berlari ke arah  belakang sebuah minimarket dan menangis cukup lama. Tidak ada yang tahu, apa yang sebenarnya dirasakan Hana. Sama seperti saat pertama kali bertemu dengan nya, dia adalah gadis misterius yang Satria kenal.

Bahkan sampai hari ini, Satria tidak pernah tahu siapa sebenarnya kedua orang tua Hana dan dari mana mereka berasal. Satria memang beberapa kali mengantarkan Hana sampai ke depan rumah gadis itu, namun Satria tidak pernah melihat ada tanda-tanda orang lain selain Hana di sana. Rumah Hana selalu kelihatan sepi dan lumayan menyeramkan, hanya ada satu mobil berwarna hijau yang selalu terparkir setiap kali Satria mengantarkan Hana. Dan juga Satria tidak pernah melihat Hana menggunakan mobil hijau itu.

Satria masih diam cukup lama menatap kepergian Hana, apa yang sebenarnya di sembunyikan gadis itu dan siapa dia yang sebenarnya. Satria mendengar ada deringan panggilan masuk dari ponsel nya, ternyata ada telfon dari Kasih.

"Lo udah antar Hana sampai rumah 'kan?" tanya Kasih dari seberang telfon.

"Sat!"

Satria kemudian tersadar dari lamunan nya. "Udah," jawab pria itu singkat.

"Sat, lo baik-baik aja 'kan?" tanya Kasih lagi.

"Malam ini gue datang ke rumah lo, ada yang perlu gue bicarakan," kata Satria dan memutuskan panggilan sepihak.

CLARITY [TRANSMIGRASI BOY] || SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang