•• CLARITY 2 ••

251 22 2
                                    

♡BAGIAN 3♡
••••••••••••••••


Kasih belum sepenuhnya mencerna semua yang di ceritakan oleh Satria kemarin, namun otak kecilnya tetap memaksa untuk tetap percaya apa yang di katakan oleh sahabat nya itu.

Pagi ini Satria meminta Kasih untuk mengajak Hana quality time di rumah Hana. Karena memang sejak pertama kali bersahabat, Kasih tidak pernah menginjak kan kaki nya di rumah Hana, atau sekedar mengenal orang tua nya.

Dari kejauhan Kasih melihat siluet Hana yang seperti nya sedang berjalan sembari memandang layar ponsel nya.

"Kasih, Lo nungguin gue?" tanya Hana ketika sudah sampai di samping Kasih.

Kasih pun mengangguk. "Lo masih ada kelas tambahan?" tanya Kasih basa-basi.

"Nggak tuh, emang kenapa?"

Kasih menyandar kan punggung nya pada dinding, sembari menunduk. "Gue bosen banget, Han. Gue pengen cari ketenangan. Gue rasanya pengen menjauh dari rumah."

"Lo ada masalah? Lo mau kita ke pantai atau muncak?" tanya Hana yang tampak khawatir membuat Kasih semakin tidak tega membohongi sahabat nya itu.

Kasih menggeleng. "Gue nginap di rumah Lo, boleh nggak?"

Raut wajah Hana tiba-tiba berubah drastis. Hana mengibas-ngibaskan rambut nya, dan sesekali menggaruk pangkal hidung nya.

"Boleh kan?" tanya Kasih kemudian memegang kedua tangan Hana.

"Sorry banget, Sih. Tapi, bokap nyokap gue lagi gak ada di rumah," kata Hana.

Kasih pun tersenyum senang. "Ya bagus dong, Han. Itu berarti rumah Lo sepi, dan itu yang gue butuhkan."

"Boleh dong, Please." Kasih terus merengek mencoba membujuk Hana.

Sedangkan dari kejauhan Satria melihat Hana dengan raut wajah penuh tanda tanya. Pertanyaan siapa dan darimana perempuan misterius itu terus berkeliaran di dalam kepala Satria.

Karena hari sudah lumayan sore, Satria memilih untuk kembali ke rumah nya dan menunggu kabar dari Kasih saja besok.

Hana mengizinkan Kasih untuk menginap di rumah nya. Tapi, sebelum itu mereka berdua singgah beberapa kali di beberapa supermarket yang berbeda, kaki Kasih sebenarnya sudah sangat pegal.

"Han, Lo mau masak apa sih? Banyak banget itu!" Kasih menunjuk kantong belanjaan yang di bawa oleh Hana.

"Cuma buat stok aja sih," ungkap Hana kemudian berjalan ke arah rak lain.

Kasih melirik jam tangan nya, sudah pukul 10 malam. Hana benar-benar mengulur waktu, membuat Kasih ikut curiga pada perempuan itu. Kasih kemudian punya ide yang lebih licik daripada ide yang Satria berikan.

"Han, kek nya gue gak jadi nginap di rumah Lo deh. Satria nelfon gue, katanya mau nginap di rumah gue," ujar Kasih sembari mengetik sesuatu di handphone nya.

Hana mengangguk beberapa kali. "Oh yaudah, gak papa kok. Lain kali aja kita nginap di rumah gue."

"Yaudah gue duluan yaa." Kasih melambaikan tangan dan berlari menjauh dari tempat Hana berdiri.

Kasih pergi dari supermarket dengan raut wajah yang sangat kesal. Selama ini dia merasa Hana adalah salah satu sahabat terbaik nya. Gadis manis yang sangat baik, dia juga terlihat polos dan apa adanya. Namun sekarang, Kasih merasa benar-benar di bohongi oleh Hana.

Kenapa selama ini Kasih tidak pernah peduli dan kepo tentang kehidupan Hana, Kasih jadi merasa bingung sendiri. Kasih juga ingat, bahwa Hana tidak pernah curhat mengenai keluarga nya, perempuan itu selalu menjadi pendengar semua masalah Kasih. Semua ini benar-benar membuat nya semakin frustasi, di tambah lagi mendengar cerita reinkarnasi dari Satria. Kasih ingin sekali membenturkan kepala nya kepada tembok yang keras.

Satria duduk di atas jendela sembari memandang bulan yang sangat terang di atas sana. Dia tidak pernah merasakan yang namanya mencintai, namun hari itu, Satria jatuh cinta pada sosok Bulan, bahkan sampai hari ini. Satria masih terus berharap akan ada satu hari dimana ia bisa kembali bersama Bulan.

"Sat!"

Ntah muncul darimana, tiba-tiba saja Kasih sudah berapa di samping Satria.  Dengan raut wajah cemberutnya.

"Bukan nya Lo nginap di rumah Hana malam ini?" tanya Satria terkejut.

Kasih menggeleng lemah dan menarik satu kursi untuk ia duduki. "Hana benar-benar menyembunyikan sesuatu dari gue. Dia gak sebaik dan se polos yang gue pikirkan."

Satria hanya diam dan mendengar saja, karena Satria sudah tahu itu sejak lama. Dan bodohnya Kasih, dia baru menyadarinya nya sekarang.

"Apa jangan-jangan gosip di kampus yang bilang bahwa Hana itu perempuan paranormal benar, Sat?"

Satria menggeleng pelan. "Gue gak sepenuhnya percaya, tapi gue juga merasa dia nggak seperti remaja pada umumnya. Dia punya banyak rahasia."

"Kayaknya Hana udah tahu tentang kecurigaan kita," lanjut Kasih.

"Gue gak peduli tentang siapa dan darimana Hana berasal. Tapi, gue butuh dia untuk bawa gue ke tempat itu lagi, gue harus bertemu seseorang disana," ungkap Satria.

Detik demi detik sudah terlewati, Kasih menoleh ke samping melihat Satria yang sudah terlelap di samping nya. Kasih sebenarnya perlu banyak bertanya pada Satria, tentang siapa yang ingin laki-laki itu temui, sehingga ia begitu mengejar Hana. Kasih memandang wajah lelah Satria dengan sendu, se andai nya ia punya kemampuan. Pastilah Kasih sudah membantu sahabat nya itu sekarang juga.

"Gue sayang banget sama Lo, Sat. Gue gak mau liat Lo sedih."

Kasih beranjak dari kasur dan mengambil jaket Satria yang tergantung, sebelum sampai pada pintu dia berbalik sekali lagi untuk memastikan bahwa Satria benar-benar tertidur.

"Gak ada yang boleh buat Lo hancur, Sat."

Kasih keluar dari rumah Satria dan memesan grab car, tujuan nya hanya satu. Yaitu kembali ke rumah Hana. Kasih sengaja berhenti sedikit lebih jauh dari kediaman Hana, dan ia pun memilih untuk berjalan kaki untuk sampai disana. Dari kejauhan Kasih melihat rumah itu masih terlihat sangat terang, namun suasananya masih sama. Sepi.

"Cari apa neng?!"

Kasih terperanjat kaget mendengar seorang pria paruh baya yang menegurnya baru saja. Memang tengah malam seperti ini sembari mengintip rumah orang kelihatannya seperti pencuri bukan.

"Nggak, Pak. Saya mau ke rumah temen saya," jawab Hana.

"Yang mana rumah nya?" Tanya si bapak.

Hana pun menunjuk rumah Hana.

"Yakin?" tanya Bapak itu lagi.

"Emang kenapa, Pak?" Kasih balik bertanya.

"Rumah ini kan gak ada penghuninya, Neng."

Sangat-sangat terkejut, itulah yang dirasakan Kasih saat ini. Hana menipu nya? Atau Hana menipu tetangga nya?

"Bapak jangan main-main deh, ini rumah temen saya. Saya sering kok nganterin dia kemari. Bapak lihat aja deh, lampu nya masih hidup tuh!" Kasih menunjuk rangkaian lampu yang terpasang di setiap sudut rumah Hana.

Bapak itu geleng-geleng kepala, sampai akhirnya menjauh dari pandangan Kasih. Membuat perempuan itu pun menjadi heran.

"Siapa yang harus gue percaya?" tanya Kasih pada dirinya sendiri.

CLARITY [TRANSMIGRASI BOY] || SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang