"Balikin nggak?! Dewaaaaaaa!" Masih pagi namun suara cetar membahana Bobby sudah mengisi keheningan kelas Xll IPS.
Cio yang duduk di kursi paling pojok hanya tersenyum sekilas melihat pertikaian kecil kedua sahabatnya.
"Dewa lu sekate-kate banget dah." Bobby menatap iba ke arah nasi goreng nya yang kini sudah habis di santap oleh Dewa.
"Mantep Bob, besok Lo bawa lagi yaa." Dewa mengacungkan jempolnya ke arah Bobby, seolah memberikan isyarat nasi goreng yang dibawa Bobby adalah makanan ter enak yang pernah ia cicipi.
"Lo akhir-akhir ini banyak diem, Yo. Kenapa?"
Cio memutar kepala nya ke samping ketika mendengar Juan bertanya kepada nya. Cio menggeleng pelan, emang seperti apa keseharian Cio dulunya? "Lo bukan kaya orang hilang ingatan, tapi orang dengan kehidupan yang baru, kaya orang yang lahir baru dengan karakter baru," lanjut Juan.
Cio terdiam sejenak. "Emang seperti apa gue dulu?"
"Lo kasar, Lo cerewet kalo sama kita, Lo suka teriak-teriak bahkan marah-marah nggak jelas. Dan yang paling penting, Lo nggak pernah suka bahas soal keluarga maupun Shena. Tapi, hari itu Lo yang bertanya sendiri tentang keluarga Lo."
Cio tersenyum kecil hampir tak terlihat. "Gue bingung."
"Lo bukan Cio yang kami kenal, semua orang bisa hilang ingatan, tapi nggak semua orang hilang ingatan, juga kehilangan karakter asli mereka."
Perkataan Juan barusan membuat Cio diam. Diam dengan semua perkataan Juan yang sangat benar.
Dari arah pintu, Shena berserta teman-temannya datang dan langsung duduk di kursi mereka masing-masing. Shena terus menatap ke arah Cio yang hanya melamun. Cio bahkan tidak menatap Shena walau hanya se detik.
"Kerjain!" Dewa dan Andre melempar buku latihan mereka kepada Bulan.
Bulan yang bergetar dengan cepat mengambil buku itu dan langsung mengerjakan nya.
"Lo kan bisa kerjain sendiri!" Sudah seminggu lebih, dan hari ini se isi kelas Xll IPS 3 mendengar suara itu. Suara yang sebenarnya tidak ingin mereka dengar. Suara Cio, si tukang bully kelas kakap.
Dewa dan Andre beralih menatap ke arah Cio. Cio yang di tatap hanya diam dengan tatapan wajah datar yang tak pernah berubah, memang selalu seperti itu. Senyum nya hanya terlihat ketika dia bersama, Shena. Kalau Shena bukan milik nya lagi. Maka senyum nya pun hilang.
"Selamat pagi murid-murid ku tercintaaaaaa!" Bu Hanum datang dengan anggung, tidak lupa ciri khas wanita itu, lipstik di tangan kiri dan bedak di tangan kanan.
"Loh...loh... Murid kesayangan ku sudah sembuh," lanjut Bu Hanum dan tersenyum ke arah Cio. "Udah seminggu loh nggak denger kabar yang mengatas nama kan Gracio Vianus." Gelak tawa Bu Hanum begitu menggelegar dari sudut ke sudut kelas Xll IPS 3.
Seperti biasa Cio tetap dengan wajah datar nya, senyuman kecil yang dia anggap sudah terlihat nyata nya hanya terlihat jika kita meneliti hatinya.
"Kita ada tugas Minggu lalu kan, silahkan di kumpulkan di meja saya!" Suruh Bu Hanum dan lanjut memoleskan lipstik ke bibir nya yang sebenarnya sudah sangat merah merona.
"Ck! Gara-gara Lo nih!" Dewa berdecak sebal menatap Cio dengan tatapan mata tajam.
"Mana yang lain?"
"Nggak siap Buuuuuu..." Suara cempreng Bobby, menyulut kobaran api di mata Andre dan Dewa.
"Siapa yang tidak siap?"
"Dewa dan Andre Bu," lanjut Juan.
"Anjing Babi ngepet, monyet." Juan tertawa lebar melihat wajah marah Andre dan Dewa yang sudah meng-absen para tahanan kebun binatang.
"Makin pintar yah Lo berdua, sampe hafal gitu." Cio tertawa pelan yang hanya bisa didengar oleh ke empat temannya.
"Gracio, kamu juga. Mana tugas kamu?"
"Cio kan koma, Bu." Dengan cepat Bulan menutup mulut nya kuat-kuat. Bulan mengambil buku catatan dan menyembunyikan seluruh wajah nya. Dia takut, malu bahkan kurang ajar. Untuk apa dia bersuara. Cio yang melihat kelakuan Bulan di buat bingung, kenapa dia seolah takut ketika menyebut nama Cio.
Seperti hari-hari sebelumnya, Dewa dan Andre kini di suruh Bu Hanum mengitari lapangan basket dengan paparan sinar matahari yang begitu terik menusuk kulit mereka.
"Udah belum, Bu?" Teriak Andre dari tengah lapangan.
Bu Hanum yang berdiri di depan kelas Xll IPS 3. "Sebelum Cio selesai mengerjakan tugas, kalian belum boleh duduk!" Bu Hanum ikut berteriak, agar Andre dan Dewa yang sedang berlari mendengar suara nya.
"Ya elah. Cio cepetan anjing! Pegel nih woii...." Dewa yang sudah tidak kuat, nyatanya masih memiliki kekuatan untuk meneriaki Cio yang berada di kelas. Bukan seperti dugaan mereka, nyatanya Cio hanya diam dan memutar pena di tangan nya, tanpa berniat mengerjakan tugas yang diberikan Bu Hanum.
"Tumben cuma berdua?" Pak Mamat yang baru keluar dari kelas IPA menatap heran dua orang pria yang kini tengah berlari di lapangan.
"Pake nanya." Andre pun di buat kesal dengan pertanyaan Pak Mamat, pria berkumis itu tidak bisa melihat kah kalau baju Andre dan Dewa sudah sangat basah dengan keringat.
"Mana antek-antek kalian yang lain?" Pak Mamat bertanya lagi.
"Tobat Pak!" Juan berteriak dari pintu kelas Xll IPS 3.
"Tumben banget yah si Cio absen lari di lapangan."
"Gue juga lihat dia beda banget."
"Bener, dia lebih banyak diam yah sekarang."
"Baju nya juga lebih rapi."
"Tobat mungkin."
"Dengar-dengar dia juga udah putus sama Shena."
"Beneran? Ih padahal mereka cocok banget tahu."
Bisik-bisik dari para siswa masih dapat di dengar oleh Shena. Ia yang mulanya ingin ke toilet berbelok dan kembali ke dalam kelas. Setelah seminggu keluar dari rumah sakit, Cio kembali menjadi perbincangan banyak orang. Mulai dari penampilan nya yang lebih rapi, sikap nya yang menjadi lebih dingin dan diam, juga pria itu yang kini absen lari di lapangan.
"Lo butuh bantuan gue?" Cio menggeleng ketika melihat Shena yang kini berdiri di samping nya.
"Gue bisa sendiri." Cio segera berdiri dan mengumpulkan tugas yang sebenarnya sudah ia kerjakan dengan mudah. Jangan salah, Cio di kehidupan sebelumnya adalah seorang mahasiswa jurusan teknik. Matematika seperti ini sangat lah mudah bagi nya.
"Shen, Lo kok jadi menawarkan diri gini. Harga diri!" Adele menarik tangan Shena agar kembali ke kursi nya.
Shena mengepalkan tangan nya, penolakan Cio membuat Shena merasa terhina. Dia sudah menurunkan gengsi, dan juga bersikap baik kepada Cio. Tapi, hari ini pria itu malah menolak dirinya, padahal selama ini Shena lah yang menolak Cio.
"Aneh banget."
-tbc
Cio said, "Senyum gue mahal!"
KAMU SEDANG MEMBACA
CLARITY [TRANSMIGRASI BOY] || SELESAI
FantasySatria Adinata. Mahasiswa fakultas teknik yang dikejutkan dengan perubahan pada dirinya, kala ia terbangun di sebuah ranjang rumah sakit. Satria terperangkap di tubuh seorang remaja laki-laki yang memiliki kehidupan pahit dan sangat menyakitkan. Aka...