18. ∞ Try Out ∞

1.4K 115 0
                                    

Karena mencintai bukan perihal fisik nya yang selalu ada di dekat kita.

Clarity, 2023.


Sebelum Try out di mulai, seluruh siswa dan siswi di suruh berkumpul di lapangan untuk mendengar pengarahan dari kepala sekolah. Cio berdiri paling belakang pada barisan kelas nya. Dia begitu rindu menatap mata teduh yang berdiri di podium, mata yang begitu hangat disini, namun tidak pernah ia rasakan saat berada dirumah. Sesekali dia tersenyum manis menampilkan betapa berwibawa nya dia. Seperti sebuah siaran televisi yang rusak, dan radio rusak. Kepala Cio tiba-tiba berdenyut, menampilkan putaran yang aneh dan juga suara aneh di dalam sana. Cio terus menutup mata dan meremas kepala nya kuat. Cio tidak ingin membuat kekacauan sekarang, dia tidak mau ibu nya akan semakin marah padanya. Namun, suara itu semakin kencang dan ingatan aneh itu seakan menutup mata Cio hingga semua penglihatan nya gelap. Dan,

Brukk...

"Anak PMR, ada yang pingsan. Bawa tandu!"

Itu adalah teriakan terakhir yang Cio dengar. Sampai ia kembali membuka mata dan melihat ruangan yang serba  putih lengkap dengan alat-alat medis yang melekat pada tubuhnya, tidak lupa aroma khas obat-obatan membuat laki-laki berwajah datar itu rasanya ingin muntah.

"Bagaimana keadaan kamu?" Itu adalah suara Bambang, ayah Cio. Dia membatalkan rapat hari ini karena mendengar berita bahwa Cio tiba-tiba pingsan di sekolah.

Cio mengangguk lemah. Namun kepala Cio masih sangat berdenyut bahkan semua yang ia lihat seperti berbayang. Dan Cio merasa aneh dengan ingatan nya sendiri.

"Papa harus pergi, jaga diri kamu baik-baik." Bambang mengambil tas kerja nya dan berjalan ke arah pintu meninggalkan Cio seorang diri. Cio tersenyum walaupun dalam hatinya terbesit kesedihan. Jadi ini yang namanya menyelesaikan kisah pahit.

Cio bangun dari ranjang, dan memanggil suster untuk melepaskan infus dari tangan nya. Beberapa suster menolak namun Cio memaksa, kalau mereka tidak mau, dia akan memberi tahu sang ayah dan memecat mereka semua. Terpaksa para suster dan dokter disana menuruti apa yang cowok itu mau.
Cio keluar dari rumah sakit dengan sempoyongan, memang benar dia masih sangat lemah, bahkan hanya menuntun tubuh nya agar berdiri tegak saja dia tidak mampu.

Cio menutup mata lama-lama dan terduduk lemah di sebuah pohon samping trotoar. Dia terus mencoba meyakinkan dirinya bahwa dia kuat, dia pasti kuat. Cio berjalan lagi ke arah jalan dan menaiki angkot untuk kembali ke kos, dia harus istirahat sejenak. Masalah Tryout, Cio percaya pasti ayah nya sudah mengatur semua.

∞∞∞

"Keadaan Cio gimana ya?" tanya Bulan pada Matahari dengan raut wajah yang sangat khawatir.

"Nggak tahu, kayak nya udah di bawa kepsek pulang. Gue heran, kok dia suka banget yah pingsan. Lemah banget jadi cowok."

Bulan tidak peduli apapun yang Matahari katakan tentang pacarnya. Bulan hanya khawatir kalau-kalau saja hal buruk kembali terjadi pada Cio. Tryout hari ini sudah selesai dan Cio tidak kembali lagi ke sekolah. Bahkan motor yang dari pagi terparkir di parkiran sekolah sudah di jemput oleh orang suruhan ayah Cio.

Bulan tidak sempat ke rumah, dia langsung mampir ke kos Cio dan melihat keadaan nya.

"Kamu gak papa?" tanya Bulan ketika Cio sudah membuka pintu.

Wajah pucat itu masih bisa-bisanya tersenyum dan mengangguk, seolah mengatakan bahwa dia baik-baik saja. Dan Bulan tahu, itu hanya kalimat penenang. Agar Bulan tidak khawatir akan kesehatan nya.

"Ayo masuk, Lo belum makan siang kan?"

Bulan menggeleng, bahkan ia belum sempat mengganti seragam nya. Bulan segera masuk ke dalam kos dan membuka sepatu juga meletakkan tas nya di sebuah meja dekat pintu.

"Gue buat telur ceplok, nih makan gih." Cio menyodorkan sepiring nasi lengkap dengan telur Ceplok ala-ala anak kos.
Keduanya kini duduk di meja berukuran kecil dan pendek, Cio dan Bulan duduk di lantai dan beralaskan karpet.

"Kamu?"

"Udah makan aja, gue nanti bisa beli lagi."

Bula mendorong pelan makanan yang diberi oleh Cio ke hadapan pria itu. "Ayo makan, aku bisa makan di rumah."

Cio menggenggam erat tangan Bulan yang duduk di seberang nya. "Kalau suatu saat nanti gue tiba-tiba menghilang dan pergi, Lo bakal lakuin apa, Lan?"

Sepanjang malam Cio merasa bersalah sudah melibatkan perasaan yang terlalu jauh pada Bulan. Bagaimana kalau nanti dia tiba-tiba pulang dan pergi? Dan Cio yang asli kembali ke dalam tubuhnya, atau lebih parah nya dia juga ikut menghilang. Bagaimana dengan Bulan? Cio sudah sangat merasa bersalah, apakah dia harus tetap lanjut atau mengakhiri nya saat ini juga.

"Aku juga ikut pergi." Ini adalah keputusan besar yang di buat oleh Bulan, Bulan memotong telur ceplok menjadi potongan kecil dan menyuapi Cio. "Emang kamu mau pergi kemana?" tanya Bulan.

Cio menerima suapan Bulan dan menggeleng kecil. "Gue belum bisa jujur, Lan."

"Sebuah hubungan yang kokoh harus di mulai dengan kejujuran, supaya tidak ada akhir yang menyakitkan Gracio Vianus." Bulan tertunduk sendu, ketika tahu cowok yang sekarang berstatus sebagai pacarnya ternyata menutupi sesuatu darinya.

"Kalau gue jujur yang sebenarnya apa Lo akan percaya?"

"Apapun tentang kamu pasti aku percaya, karena aku percaya sama kamu."

"Nanti malam gue mau ajak Lo, ke Danau di belakang rumah Lo itu."

Bulan mengangguk dan menyuapi suapan terakhir. Bulan berjalan ke arah wastafel dan mencuci piring bekas makan nya.

"Aku pulang dulu yah, kalau ada apa-apa kamu datang aja."

Cio menarik Bulan ke dalam pelukannya dan mendekap erat tubuh kurus Bulan. Apakah salah jika ia sangat takut kehilangan Bulan.

"Jangan kemana-mana yah, Lan."

Bulan membalas pelukan Cio dengan erat. "I love you so much."

Bulan melepaskan pelukan Cio dan melambaikan tangan. Kemudian pergi dari hadapan pacarnya. Sepanjang perjalanan ke rumah, Bulan selalu memikirkan tentang kejujuran apa yang akan Cio ungkapkan dan kemana dia akan pergi. Jika Cio mengatakan dia akan kuliah ke luar kota atau bahkan luar negeri dengan ikhlas Bulan akan menunggu nya untuk kembali. Karena, mencintai bukan perihal fisik nya yang selalu ada di dekat kita bukan.

Sepeninggalan Bulan, Cio mengambil jaket dan memesan ojek online. Hari ini dia ingin pergi ke rumah ayah nya lagi. Cio tidak memiliki banyak keberanian untuk tinggal menetap disana. Di perjalanan Cio singgah sebentar untuk membeli bunga mawar merah yang sangat indah. Bunga itu akan menjadi pengingat bagi Lita betapa Cio sangat mencintai nya, jika nanti ia sudah benar-benar pulang dan tidak pernah kembali lagi ke dunia ini, dunia dimana ia belajar banyak tentang kata sabar, cinta dan juga pengharapan.

-Tbc

Jangan lupa terus vote, komen dan share cerita ini guys❤️ jangan lupa follow akun author karena setelah ini akan ada cerita yang tak kalah menarik, supaya kamu jangan ketinggalan update nya. See you.

CLARITY [TRANSMIGRASI BOY] || SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang