Jodoh 6

5.5K 171 3
                                    

Fiero's

Wajah Raia jelas kaget saat melihatku.

Aku tahu wajahku kusut banget. Bayangkan, pulang dari kantor aku segera ke kampus Raia, dan nggak menemukan sosoknya dimanapun.

Aku mencari ke semua tempat yang seenggaknya mungkin Raia kunjungi.
Hingga aku melihat dia, tertawa bersama om-om itu!

Om-om itu kemudian mengantar Raia pulang, dan tentu saja kuikuti.

"Fiero?"

Aku memandang Raia dengan tatapan paling datar yang kubisa.

"Bagus, ya. Gue nunggu lo berjam-jam, sibuk nyariin lo, dan lo malah pacaran sama om-om. Bagus, Raia."

Kenapa aku terdengar seperti suami yang posesif banget sih?

Raia menatapku dengan...takut? Ya ampun, aku tak berniat membuatnya takut!

Tapi udah keburu akting, sekalian ajalah. Hidup itu nggak boleh setengah-setengah.

"Ma-maaf, ro. Gue nggak tau lo nunggu..." Gumamnya.

Aku mendekat dan menarik dagunya, pelan.

"Liat gue." Mata coklatnya memandangi mataku.

"Gue khawatir sama lo, Raia. Gue nggak tau siapa om-om itu atau apa dia bisa gue percaya? Gue nggak mau lo kenapa-napa." Ucapku.

Raia mengangguk.

"Jangan bikin gue setengah gila lagi, oke?" Aku menariknya, lalu memeluknya erat.

Pelukan yang sama dengan dua malam lalu, tapi, bedanya kini Raia membalas pelukanku.

Aku berbohong pada Raia. Tadi, aku khawatir dan hampir putus asa saat mencarinya. Tapi saat melihat om-om itu dengan Raia, rasanya bukan khawatir lagi.

Gimana ya...kayak kesel, marah dan pengen mukulin muka om-om sok ganteng nyebelin itu.

"Sorry, Ro. Makasih buat ngekhawatirin gue, ya." Katanya, terdengar seperti berbisik di telingaku.

Aku tertegun sejenak.

"Jangan bikin gue khawatir lagi, makanya."

"Pasti." Balasnya. Senyumku mengembang begitu saja.

"CIE, TETEH SAMA AA'NYA CO CWIT..." Mendadak, seorang bocah berumur palingan 8 tahun dengan sepeda lewat dan meneriakiku.

Kami spontan melepas pelukan tadi dan tertawa.

"Mau masuk?" Tawar Raia.

"Mau. Haus, nih."

"Oh iya, ro."

"Apa?"

"Jangan pasang muka dingin lagi, ya? Serem, sumpah. Gue takut." Raia tersenyum kecil.

Kuacak rambut hitam tebalnya.

"Iya, nona. Nggak akan lagi."

***

Aku penasaran, sebenernya om-om bernama Naoko itu siapa, sih?

Jadi, tanpa sepengetahuan Raia, Rabu ini aku pergi ke kampus Raia. Ke ruangan dekan.

Dekan itu omku, Deno. Ia tersenyum melihatku.

"Setelah dua minggu keliling, kamu baru menemukan ruangan om?" Aku meringis mendengarnya. Aku kan berkeliaran di sini karena Raia.

"Gini, om. Om tau kan Bunda gimana. Nah, sekarang dia mau jodohin Fiero, lagi. Perempuan itu kuliah disini."

Jodoh : When The Love Fall [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang