Jodoh 14

3.9K 132 5
                                    

Fiero's

Melihat wajah Raia yang senang, aku merasakan perasaan aneh.

Melihat senyumnya yang menghiasi wajahnya sembari fokus ke langit, membuatku ingin menyibak rambutnya, kemudian mengatakan sesuatu.

Tapi, mengatakan apa?

Ada keinginan kuat untuk mengatakan sesuatu yang selama ini belum kuucapkan, tapi, apa?

Kupandangi Raia lagi, tak peduli langit dipenuhi kembang api. Bagiku, ia lebih indah dari kembang api.

Entah kenapa aku terdengar menggelikan.

Ia tidak secantik artis, atau model. Raia tidak secantik sosialita-sosialita yang mendekatiku.

Dia hanyalah Raia. Yang sederhana namun terlihat sempurna. Apa adanya. Mungkin jika ia mengikuti hidup para model, ia bisa mengungguli mereka.

Namun, cukup begini, ia cukup sempurna. Untukku.

Ia tersenyum ketika aku mengantarnya pulang, senyum yang belum menghilang, senyum yang manis.

"See you in 4 days, Fiero."

Raia lalu memainkan ponselnya, entah mengirim pesan pada siapa. Tepat sebelum ia membuka pintu, aku menahan tangannya. Raia memutar wajahnya, terlihat bingung.

Tepat sebelum ia bertanya, aku mengecup keningnya.

"Sekarang baru lengkap. Happy new year, Raia. Bye!" Aku berjalan ke arah mobilku.

Sempat kulihat wajahnya memerah. Ya ampun, imutnya!

Jika melihat senyumnya, aku selalu tak bisa menahan diri untuk menciumnya.

Kalau mengingat malam tahun baru itu, rasanya menyenangkan sekali.

"Pak Fiero, gue bingung nih, harus ngehubungin Mr.Burns atau petugas rumah sakit jiwa." Sani tiba-tiba duduk di depanku. "Lagian, lo senyam senyum sendiri gitu deh. Serem, tau."

Aku hanya nyengir. "Pasti mikirin Raia. Duh, ternyata, seorang cewek bisa mempengaruhi seorang Fiero yang biasanya mengaruhin cewek." Tebak Sani, tepat.

"Hehe, lo emang sahabat gue deh."

"Oh iya, jadi lupa. Mr. Burns minta lo telpon ke sana. Tadi dia nelpon ke gue pagi tadi."

"Oke. Thanks, San."

"Yah, udah tugas gue."

"Btw, San, gue mau minta tolong, dong."

Sani menghela nafas berat, seolah-olah hidupnya berat banget. Lebay. "Apa? Nyari informasi tentang orang lagi? Siapa? Om-om yang jadi dosen pengganti Raia yang nempel terus sama dia?"

Aku tertawa. "Kadang gue lupa lo itu bakat banget jadi cenayang."

"Ya ya, lo boleh berterimakasih sama gue nanti. Udah, urusin dulu urusan lo, baru ngurusin Raia. Oke? Bye! " Sani mengarahkan kakinya keluar.

Aku meraih ponselku, lalu mencari kontak Raia di LINE.

Fiero : Ra, jalan yuk.

Semenit dua menit, tak ada jawaban. Akhirnya, setelah setengah jam, ponselku bergetar.

Raia Andriani : Gue udah ada janji. Sorry. Maybe later?

Janji? Sama siapa?

Dan hal itu membayangi kepalaku selama dua jam.

"Ro?" Sani kembali masuk.

"Yap, my spy?"

"Nggak usah belagak menjijikkan gitu deh. Nih, gue dapet beberapa informasi tentang Naoko. Tapi, gue rasa ada hal yang aneh deh tentang dia."

Jodoh : When The Love Fall [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang