Jodoh 9

4.4K 154 1
                                    

Halo halo! Waktu lagi nyari lagu-lagu yang instrumental gitu buat nenangin diri(hah lebay) Aku nemu musiknya Yiruma, pemain piano asal Korea, asli enak-enak banget.

Salah satu lagunya mirip sama subjudul cerita kesayangan kita ini : When The Love Fall. Coba sambil denger multimedia, ya!

*****

Raia's

"Lo jadian, ya, sama Pak Naoko?!"

"Lo jalang banget, sih? Ngincer sana-sini. Hidupnya maruk banget."

"Udah bosen sama bule kemaren, ya? Buat gue aja, kalo gitu!"

Keputusan yang salah. Niatnya sih ingin menghapal untuk kuis kelasnya Pak Naoko hari ini, jadi aku sengaja datang lebih awal. Eh, malah ada grupnya Vindi dan gengnya yang nyebelin luar biasa. Biasanya kan mereka bertiga telat terus. Kenapa sekarang ikut-ikutan kepagian, sih?

Aduh, telingaku panas.

"Udah selesai? Nah, sekarang gue mau belajar. Jadi, pergi." Aku bahkan tak ingin mengalihkan pandanganku dari bukuku. Yang akan kulihat adalah sekelompok cewek bego yang menyebalkan luar biasa.

"Eh, dikasih tahu malah ngelunjak!" Kurasakan rambutku ditarik.

Aku berdiri dan melayangkan tamparanku ke wajah Vindi, hingga dia melepas jambakannya.

"Lo emang nyari masalah, ya!" Vindi malah balik menamparku.

Dan pengikutnya malah menjabakku.

"Cukup! Ada apa ini?" Sebuah suara menghentikan kelakuan barbar para cewek-yang-ngakunya-metropolitan-tapi-ternyata-primitif.

Mereka bertiga, apalagi Vindi mendadak tergagap. Aku mengikuti arah pandangannya, dan menemukan Naoko dengan kening berkerut dan ekspresi yang kecut.

"Tapi pak! Cewek ini nampar saya duluan!" Vindi membela dirinya sendiri. Aih, dia jago banget bohong, sih? Sekarang, dia sibuk pura-pura nangis. Kampret emang.

"Benar itu, Raia?"

Aku memutar mata. "Kalo saya dikeroyok, emangnya saya bisa apa, pak? Terserah bapak mau percaya siapa. Saya nggak pernah mencari masalah duluan dengan siapapun."

"Bohong! Dia pura-pura polos, pak!" Tangis Vindi makin keras. Siapa sih emangnya yang berbohong duluan?

Duh, aku kesel banget.

"Ikut casting FTV, gih. Jago amat aktingnya." Sindirku.

"Raia, tolong datang ke ruangan saya." Naoko menghentikan drama picisan Vindi.

Kuikuti langkahnya menuju ruangan dosen. Mejanya terletak agak pojok dengan lampu meja yang artistik.

Oke, bukan waktunya ngomongin lampu meja.

"Bener kata cewek menor tadi?" Kata Naoko, spontan membuatku tertawa.

"Pak, dosa loh ngomongin orang yang jelek-jelek."

"Loh, itu fakta, kok. Bibirnya merah banget, kayak darah. Jadinya serem." Naoko mengangkat bahu. "Tapi bukan itu masalahnya. Jadi apa kata dia bener?"

Aku mengangkat sebelah alisku. "Gini aja deh, pak. Menurut bapak, saya mungkin nggak melakukan hal nggak beradab gitu?"

Naoko terdiam sebentar, lalu menggeleng. "Saya tahu nggak mungkin. Terus, apa kamu bersedia menceritakan yang sebenarnya?"

"Yaiyalah mau, pak. Saya mah bukan malaikat yang mau disalahin karena melindungi orang jahat. Ini bukan FTV, pak."

Jodoh : When The Love Fall [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang