Jodoh 21

5.6K 118 11
                                    

Jodoh 21

Raia

Orang bilang, pondasi sebuah hubungan itu kepercayaan. Mungkin kalian bosan mendengarnya, tapi kalimat ini ada benarnya.

Aku memilih percaya pada Fiero. Lagian, itu kan hanya sebuah telepon, telepon iseng yang nggak membuktikan apa-apa. Kadang, aku memang kelewat lebay.

Setelah pagi tadi Fiero mengajakku ke Pangandaran, ia memulangkanku jam 11, dengan badan bau keringat dan berlumur pasir.

"Ya ampun, kapan kamu keluarnya? Kok masih pake baju tidur?" Mama mengerutkan keningnya melihatku dan Fiero yang tersenyum lebar.

"Maaf ya Mam, tadi malem anaknya saya culik." ia tersenyum dan menyalami tangan Mama.

"Hahaha, ada-ada aja sih. Ayo masuk, belum pada makan, kan? Mama masak cumi bakar!"

"Yay!" Fiero bersorak. Aku memukul lengannya. "Nggak usah lebay deh."

Ia memencet hidungku keras-keras sampai aku mengaduh.

"Dasar. Kok lo imut banget sihhhh?"

Mama tertawa.

Dan begitulah, kehangatan sederhana yang kuharap bisa bertahan selamanya.

***

"Raia! Ada surat nih!" Mama berteriak dari depan.

"Surat apa ma?" aku menguncir rambutku tinggi-tinggi.

Mama mengerutkan keningnya sebentar. "Hm, nama kampus kamu, kok."

Surat apa ya? Aku mengambilnya dari tangan mama, lalu menyobek ujungnya, mengambil dalamnya.

Mama mengintip. "Surat apa sih?"

Mataku membelalak.

"Ma! Raia kepilih Exchange Students Program!" aku melompat kesenangan.

"Pertukaran pelajar?"

Aku mengangguk. "Dua tahun, sampe lulus, dibayarin!"

Wajah Mama terlihat tak senang. "Dimana?"

"Singapura. Keren banget! Cuma satu orang loh tiap fakultas, Ma!"

Aku benar-benar senang. Aku tak pernah menyangka kalau aku akan mendapatkan program yang direbutkan banyak orang ini. Ini benar-benar sebuah keberuntungan!

"Kapan?"

"Disini sih penjelasannya 'diharapkan datang ke auditorium gedung B jam 3 sore karena akan ada penjelasan lebih lanjut'. Denger-denger minggu depan, ma."

Mama terdiam. Membuatku ikut diam juga.

"Kamu mau pergi?"

"Ini kesempatan sekali seumur hidup, ma! Mau, lah!"

Wanita paruh baya di depanku menghela nafas. "Berarti kamu ninggalin mama sendiri dong."

Jodoh : When The Love Fall [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang