Jodoh 13

4.4K 142 1
                                    

Raia's

Mengatakan aku akan pergi tahun baru bersama Fiero pada Mama ternyata ide yang sangat-sangat-sangat buruk.

Sayangnya, aku terlanjur mengatakannya.

Mama heboh seperti biasa.

Dan ketika Fiero akan menjemputku satu jam lagi, Mama mengunci lemariku, menyisakan sebuah dress selutut berwarna ungu muda dengan lengan sampai siku, dan aku benar-benar tak punya pilihan lagi.

Masak aku harus pake jeans dan kaus yang sudah seharian kupakai jalan dengan Kiara? Mana kotor, lagi. Nggak banget deh.

Argh, Mama hebat sekali bisa membuatku frustasi.

Yasudahlah. Aku membuka bajuku, kemudian berusaha memakai dress ungu itu. Aku tahu ini dress Mama.

Dan, dress itu, ajaibnya terlihat sangat cocok di badanku.

"Tuh, kan, cantik. Apa kata Mama, nggak percaya sih."

"Iya deh, Mama the best deh." Aku mengecup pipi Mama.

"Kamu nggak akan dandan?" Mama memperhatikanku dari atas sampai bawah.

"Nggaklah, ngapain juga?"

Mama memutar mata. "Duduk di depan meja rias dan tunggu Mama." Ia mendudukkanku di kursi di depan meja riasku yang besar. Dan mulai mendadaniku.

"Voila!" Mama mengucapkannya bertepatan dengan suara bel di pintu.

Aku menatap diriku di kaca. Aku merasa.... berbeda. Yah, seumur hidup aku jarang dandan, sekalinya memakai make up, ya buat nikahan atau graduate. Tapi, memakai make up buat acara biasa? Baru kali ini, dan hasilnya bagus banget. Natural, tapi terlihat bersinar.

Empat jempol buat Mama.

Ia mendorongku ke pintu. "Nah, sekarang, baik-baik sama Fiero, oke? Bye, Raia! Mama tunggu kabar yang baik hoho!" Mama menyodorkanku tas kecil milikku dengan tali rantai warna perak.

Ya ampun, kadang Mama memang nggak sadar umur.

Aku mengambil nafas, kemudian bersiap membuka pintu.

"Hai, Fiero." Sapaku dengan senyum. Senyumnya lebih lebar.

"Gue nggak nyangka lo mau pake gaun. Lo...cantik. Gue suka." Katanya, terlihat jujur dari matanya.

"Berkat Mama. Kalo nggak ya gue pake jeans sama sweater kayak biasa."

Fiero mendengus, kemudian tertawa. "Mungkin gue harus berterimakasih sama Tante nanti."

Kulihat penampilan Fiero. Malam ini, ia menggunakan kemeja dan jas rapi, plus sepatu hitam.

Diam-diam aku berterimakasih pada Mama. Kalau aku pake kostum kasualku seperti biasa, penampilanku bakal kebanting banget.

"Ready?" Dia menyodorkan sikunya.

Aku tertawa, kemudian menggamit sikunya. "Of course ready, Prince Perfect."

"Your Prince?"

"You wish. Ayo, berangkat!"

Ia membukakan pintu mobil untukku.

"I'll take you to Heaven."

"Eh enak aja! Gue belum mau mati, Fiero!" Protesku.

Fiero mendecak. "Maksudnya, masih di dunia lah. Duh, lo ngerti majas nggak sih?"

Aku nyengir. "Hehe, kirain. By the way, semua jalanan Bandung bakal macet. Lo mau lewat mana?"

"Rahasia dong. Udah, pokoknya lo duduk manis, perhatiin gue mau ngapain. Jangan banyak komen apalagi protes. Tidak diterima malam ini."

Jodoh : When The Love Fall [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang