09. Lipstick Mark

287 201 248
                                    

FOLLOW DULU SEBELUM BACA!

Vote and komen di setiap paragraf/line biar rameee.

Jangan lupa masukin cerita ini ke perpus kalian ya.

🦋🦋🦋

Tristan memasuki minimarket kampus yang beruntung masih buka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tristan memasuki minimarket kampus yang beruntung masih buka. Dia ingin membeli pesanan Qiana. Dengan langkah pasti, ia berjalan menuju rak-rak yang berjejer, memperhatikan setiap item yang terpajang dengan teliti.

"Pembalut yang biasa Qiana pake yang mana, ya? Dia nggak bilang bentuknya kayak apa." Tristan memandangi berbagai jenis pembalut dengan berbagai warna dan merk yang tersusun rapi di rak di depannya, membuatnya merasa pusing.

"Gue pilih yang mana, ya?" Tristan bertanya pada dirinya sendiri.

Tristan mengambil satu pembalut berwarna pink, membolak-balik dan memperhatikan bungkusnya. "Apa gue beli yang ini aja?"

Tanpa sengaja, pandangannya tertuju pada bagian belakang bungkus pembalut itu, di mana ada gambar tata cara pemakaian pembalut. Di sana tergambar area sensitif wanita. Mata Tristan membelalak.

"ASTAGA!! Gambar apaan ini?!" Tristan melempar pembalut itu ke lantai. "Gila! Bikin gue spot jantung."

"Ada yang bisa saya bantu?" Seorang wanita sekitar tiga puluh tahunan mendekati Tristan.

Tristan berhenti mengomel, lalu menoleh ke samping. Seorang karyawan minimarket tampak berbicara padanya. Wanita itu kemudian melihat ke arah pembalut yang Tristan lempar dengan ekspresi bingung.

Merasa bersalah dan malu, Tristan meminta maaf. "Maaf, nggak sengaja jatuh," ucapnya sambil berusaha menyembunyikan rasa malunya. Tristan berjongkok untuk mengambil pembalut yang tadi dia lempar, lalu meletakkannya kembali ke rak.

"Lagi cari apa?" tanya wanita itu dengan ramah.

"I-itu..." tunjuk Tristan dengan ragu ke arah pembalut yang tadi ia letakkan. "Sebenarnya, gue nggak tahu harus pilih yang mana," tambahnya, sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Wanita itu tersenyum melihat tingkah gugup Tristan. "Pembalut? Untuk pacarnya, ya?" tanyanya seraya tersenyum.

"Ah, iya." Tristan mengiyakan saja, daripada wanita itu banyak bertanya, pikirnya.

Wanita itu menganggukkan kepala paham. "Tidak masalah, saya bisa bantu memilih. Apa Mas Tristan tahu jenis pembalut yang biasanya pacar Mas pakai? Apa yang pendek atau yang panjang seperti... pembalut malam, misalnya?"

Dear Insanity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang