bab 1

934 367 97
                                    

Hai Sebelum baca, absen kalian dari kota mana, Jangan lupa masukkan dalam daftar baca kalian,biar ga ketinggalan dan jangan lupa komen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai Sebelum baca, absen kalian dari kota mana, Jangan lupa masukkan dalam daftar baca kalian,biar ga ketinggalan dan jangan lupa komen

Pagi itu, matahari masih malu-malu menampakkan sinarnya di langit. Azkina melangkah masuk ke gerbang SMA Negeri 16 dengan tenang, tanpa tergesa. rambut hitam panjangnya tergerai rapi, matanya yang tajam menelusuri halaman sekolah yang mulai dipenuhi siswa-siswi. Seperti biasa, kehadirannya menarik perhatian.

Bukan hanya karena wajah cantiknya, tapi juga karena statusnya sebagai salah satu murid terpintar sekaligus anggota osis yang disegani. namun, ada satu hal yang sudah menjadi rahasia umum di sekolah ini azkina masuk ke kelas. Mella mengajak azkina ke kantin sebelum bel kelas bunyi "kantin yuk sebelum bel kelas bunyi?" Mella tanya kepada azkina.

Azkina tersenyum dan mengangguk, "Ayo, gue juga lapar. kita cepat-cepat saja, sebelum bel bunyi."

Mella berkata dengan semangat, "Lestgoo!" lalu mereka berdua berjalan cepat menuju kantin, tertawa kecil sambil mengobrol ringan. Mereka tahu harus cepat, tapi tetap ingin menikmati waktu singkat itu.

Saat melewati lapangan,Mella dan Azkina pun berjalan menuju kantin, menikmati momen kecil sebelum kelas dimulai, Azkina mendengar bisikan itu, tapi seperti biasa, ia tak menanggapi. Baginya, urusan sekolah dan osis jauh lebih penting daripada membuang waktu untuk hal-hal yang tidak perlu.

beberapa murid laki-laki yang duduk di tangga kantin melirik ke arahnya "Gila, cantik banget sih. tapi kayaknya nggak mungkin ada yang bisa deketin dia."

"Percuma, bro. Azkina itu kayak es. dingin, nggak bisa didekati," kata seorang siswa dari kelas lain, menoleh ke temannya dengan raut penasaran.

Temannya, yang sedang asyik menggulung lengan seragamnya, mendengus pelan. "Sejauh ini? nggak ada. semua yang nyoba akhirnya nyerah sendiri."

"Serius? nggak ada sama sekali?"

"Ya, kecuali kalau lo ngitung Arbani."

Siswa itu mengernyit. "Arbani? dia nggak deket sama Azkina, kan?"

Temannya menyeringai, matanya melirik sekilas ke arah Arbani yang duduk di pojok kantin, tampak santai tapi sesekali melirik ke arah Azkina. "Nggak deket sih... tapi kalau dia, gue rasa bakal beda cerita."

Sesampainya di kantin, Mella dan Azkina langsung menuju ke meja yang biasa mereka duduki. Mella melihat menu yang tersedia dan berkata, "gue pesan nasi goreng, deh. lo mau apa?"

" gue beli burger aja" ujar azkina dengan santai

Mella tersenyum mendengar jawabannya, "Burger, ya? oh yaudah gue beli nasi goreng dulu."

Azkina: "Okee, tapi jangan tinggalin ya."

Mella tertawa dan menjawab, "Tenang aja, gue nggak bakal tinggalin kok! lagian, siapa yang mau makan burger sendirian? yaudah bye."

Setelah Mella pergi, Azkina beranjak menuju kasir untuk memesan burgernya. namun, tiba-tiba Arbani, teman sekelasnya, muncul dan menghampirinya. "Eh, ada Azkina. lagi beli burger juga ya?"

Azkina terkejut melihat Arbani mendekat, "Eh, Arbani! ada apa?" tanyanya, sedikit bingung karena biasanya Arbani tidak muncul di kantin pada jam segitu.

Arbani tanya, Mella kemana, dan kenapa azkina sendirian "Mana temenmu, Mella?"

"Mella lagi pesen nasi goreng" ucap azkina

Arbani mengangguk sambil melirik ke arah stand nasi goreng. "Oh, gitu. Kirain lo ditinggal sendirian di sini," katanya sambil tersenyum.

Azkina mendengus pelan, menyandarkan punggungnya ke kursi. "Nggak lah, Mella nggak bakal gitu," ujarnya santai sambil memainkan sedotan di gelasnya.

Arbani melirik sekeliling kantin sebelum kembali menatap Azkina. "Tapi kalau pun ditinggal, lo pasti nggak bakal masalah, kan?" godanya.

Azkina menaikkan sebelah alis, lalu menatap Arbani dengan ekspresi datar. "Makan burger sendirian sih nggak masalah. Tapi kalau ditinggal gitu aja? Ya bisa jadi urusan," balasnya santai.

Arbani terkekeh, menyandarkan lengannya ke meja. "Untung aja ada gue buat nemenin," ujarnya dengan nada menggoda.

Azkina hanya menggeleng pelan, tapi sudut bibirnya sedikit terangkat. "Terserah lo aja, Ban."

Mendengar suara bel berbunyi, Azkina langsung berdiri sambil merapikan sisa makanannya. "Wah, udah bunyi bel. Kita harus balik ke kelas, nih," ucapnya

Namun, Azkina menambahkan, "Tapi duluan aja, gue masih nunggu Mella.dia belum selesai beli nasi goreng."
Arbani mengangguk, "Oke, gua balik duluan, ya.

Arbani pun meninggalkan kantin dan menuju kelas, sementara Mella dan Azkina masih berada di meja. keduanya saling tersenyum, sadar bahwa waktu istirahat sudah hampir habis.

Azkina mulai gelisah sambil melirik ke arah stand nasi goreng. "Duh, Mella kok lama banget sih. bel udah bunyi," gumamnya pelan.

Tak lama kemudian, Mella muncul dengan kantong nasi goreng di tangannya dan wajah sedikit panik. "Maaf, maaf, lama! tadi masnya lagi banyak pesanan," ucap Mella sambil buru-buru menghampiri Azkina.

Azkina menghela napas lega, "Akhirnya... yuk, buruan ke kelas, sebelum kita kena tegur." Keduanya bergegas meninggalkan kantin dan menuju ke ruang kelas yang sudah mulai sepi

**********
Sesampainya di kelas, Azkina dan Mella langsung menuju bangku masing-masing
Tak lama, guru masuk ke ruangan sambil membawa buku dan laptop

azkina" Diam! guru datang jangan pada berisik."

"Selamat pagi, anak-anak," sapa Bu Vina sambil meletakkan barang-barangnya di meja.

Saat Bu Vina mulai menulis di papan tulis, Arbani yang duduk di sebelah Azkina mendekat dan berbisik, " azkina..."

Azkina menoleh ke Arbani dengan ekspresi setengah geli telinganya dibisikin " Kenapa ban? "

Arbani terlihat agak canggung, "Iya, gue lupa bawa pulpen pagi ini. ada pinjem, nggak?"

Azkina melirik ke arah meja Arbani dengan ekspresi sedikit bingung, "Ambilin sendiri aja, Ban. Kaki masih bisa jalan, kok"

Arbani tersenyum nakal, "Tapi kan, kan... lagi sibuk, nih! tolong, dong, bantuin."

Azkina: "Aduh, jatuh deh, pulpen ke bawah kursi lo "

Arbani langsung melirik ke bawah kursinya dengan panik, "Seriusan? Pulpen gua jatuh? gua ambil deh" arbani ambil pulpennya dan azkina juga sama, Azkina dan Arbani secara bersamaan membungkuk untuk mengambil pulpen yang jatuh, dan saat mereka saling berhadapan begitu dekat, suasana menjadi sedikit canggung. mereka berdua saling tatap-tatapan, terdiam sejenak, hanya saling mengamati.

Azkina [  Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang