Hanya Sebatas Perhatian

131 19 0
                                    


Rules tidak tertulis pertama sesama kerabat adalah tidak boleh saling bermusuhan.

Dan rules kedua adalah usahakan tidak saling jatuh cinta.

Khusus rules kedua, itu paling di antisipasi di dalam himpunan. Bukan apa-apa, hanya saja interaksi berlebihan bisa menimbulkan hal-hal tidak terduga. Atau jika cinta itu berakhir, sesama kerabat akan merasa asing.

Setidaknya itu yang Raya dengar dari seniornya bernama Rehan. Hari ini di depan sekre, tempat duduk yang biasanya menjadi tempat anak-anak Komunal berkumpul, berdiskusi.

Hari ini rapat final sebelum acara dies natalis besok, tapi lagi-lagi Raya datang lebih cepat. Untungnya bukan hanya Raya disini, ada juga Rehan.

"Tapi kita nggak bisa larang perasaan orang sih Ray," kata Rehan yang menyambung kembali ucapannya.

"Emang ada kasus yang pernah pacaran terus putus, terus musuhan?"

Rehan mengangguk dengan yakin. "Banyak malah, cuma untungnya kita punya orang-orang di Komunal yang bisa menyatukan kembali mereka-mereka yang musuhan karna jadi mantan itu."

Raya menunjuk dengan dagu, dua orang yang kelihatan berjalan ke arah mereka berdua. "Kalo pasangan Bumi dan Langit itu, kira-kira bisa langgeng kak?"

Mengikuti arah pandangan Raya, ada Kerabat 21 dan Kerabat 22 sedang berjalan bersama, bergandengan tangan, seolah dunia milik berdua.

"Setau gue, Cakrawala itu orangnya setia. Apalagi dapet spek kaya Bentala, bakal langgeng sih."

Raya berpendapat sama. "Cowo humoris kaya Kak Cakrawala lebih bisa bikin cewe bahagia sih."

"Kayak Laut juga ya Ray?"

"Iya."

Loh, eh?

"Ha? Engakk, kok tiba-tiba Kak Laut sih?"

Rehan tidak menjawab lagi, laki-laki yang dulu sempat punya gingsul itu hanya tertawa. Apalagi muka panik Raya lucu sekali.

"Girang banget Rehan, habis jajan yaa semalam?" Sapaan dari Cakrawala membuat tawa Rehan terhenti.

Ia menendang tulang kering Cakrawala. "Jajan matamu!!"

"Loh, bukannya semalam gue liat elo masuk lorong di Tondo kiri itu yaa Han?"

"Fitnah terus gue Cak, Fitnah!!"

Kali ini Raya yang balas menertawai Rehan, bersama Bentala yang sudah duduk di sampingnya. Raya tentu tahu 'jajan' yang di maksud bukan jajan biasa, melainkan jajan yang lain.

Rehan kembali jadi bulan-bulanan Cakrawala. Entahlah, mereka berdua ini jika sudah bertemu, pasti ribut. Apalagi jika di tambah dengan manusia bernama Anala Lautan Bumantara, semakin pecah dunia ini.

"Gimana persiapan divisi elo Ray? Katanya Sefa yang jadi wakil ketua yaa?" tanya Bentala.

Huhh? Ada wakil ketua memangnya?

"Wakil ketua? Nggak tau. Tapi persiapan kita yaa tinggal foto aja, kamera udah aman kok. Elo gimana?" Raya balik bertanya kepada gadis berbadan mungil di sampingnya ini.

"Hadeuhh cape banget di divisi acara, banyak banget kerjaannya, banyak drama juga. Untungnya udah beres sih." Bentala menjelaskan dengan nada yang membawa.

Percakapan keduanya terus berlanjut, kebetulan sekali Bentala adalah teman sekelas Raya, gadis cantik ini memegang beberapa mata kuliah, jadi pembahasan mereka sangat beragam.

Keduanya juga tidak lagi menghiraukan kedua senior mereka yang terus berdebat tidak jelas.

Semakin lama, semakin banyak panitia yang datang. Ketua himpunannya juga sudah, sekretaris, bendahara, bahkan senior-senior tahun ke-empat yang datang memantau juga sudah tiba. Hugo juga ada, teman-teman seangkatannya yang menjadi panitia juga hampir hadir semua.

Antropolo(ve)gi : Lautan RayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang