Tidak ada yang bicara selain kesunyian, Laut terkejut dengan yang dia katakan, begitupun Raya yang terkejut mendengar kalimat yang barusan Laut lontarkan.
Diamnya kedua anak manusia itu, di saksikan gunung gawalise yang menenggelamkan matahari. Suasana senja kian memuncak, ada perasaan hangat ketika tangan Laut menyentuh bahu Raya.
"K-kak, kita baru pdkt sem--"
Masa pendekatannya dengan Laut, Raya kira akan memakan cukup banyak waktu, ekspektasi Raya adalah Laut akan menyatakan perasaannya bulan depan. Tapi ternyata, hari ini
Laut menyambar sebelum Raya menyelesaikan kalimatnya. "Aku nyaman di deket kamu, mau menghabiskan banyak waktu bareng kamu. Pdkt itu bakalan bosen kalau di lama-lain. Walau ini terlalu cepat, tapi aku percaya kita cocok. Sekali lagi, mau jadi pacarku Ray?"
Raya masih pada ekspresi terkejutnya, di tambah sekarang Headphonenya sudah menyanyikan lagu The Beatles yang berjudul Something, lagu bermakna mendalam yang pertama kali di rilis pada tahun 1969. Lagu romantis yang Raya harap bisa dinyanyikan untuknya suatu hari nanti oleh orang yang di cintanya.
Senyum pertama yang Raya lemparkan untuk Laut setelah lebih dari 3 menit berdiam diri. "Euumm, let's try kak?"
Laut juga tersenyum ketika melihat senyum Raya, semakin kegirangan mendengar jawaban yang selalu dia nantikan. Setelahnya si tampan menarik gadis mungil di depannya kedalam pelukan.
"Maaf, kamu lucu kalo senyum gitu Ray. Aku nggak tahan kalau nggak meluk," kata Laut di sela-sela pelukan mereka.
"K-kak.."
Laut melepaskan pelukan itu terlebih dahulu, namun masih tetap memegang bahu Raya dengan lembut. "Hhmm?"
"Terima kasih, mau coba sesuatu hal yang baru dengan aku walau kita sama-sama belum kenal terlalu lama. Aku nggak pernah berharap dapat pengakuan semenyenangkan ini."
Badan mungil Raya kembali di tarik ke dalam pelukan hangat seorang Anala Lautan Bumantara. Pelukan yang ia harap akan menjadi pelukan untuknya sendiri.
Ah, terima kasih kepada bukit samping stadion yang hari ini tumben sekali sangat sunyi, suasana romantis yang Raya idam-idamkan akhirnya dapat ia rasakan.
Juga kepada mentari yang berpulang, Raya melepaskan masa sendirinya hari ini. Dan di fajar yang akan datang besok, akan menjadi sebuah hari baru untuk Raya.
🌻🌻🌻
Apa yang biasanya di lakukan muda-mudi Tanah Kaili ketika berkencan? Tempat apa yang orang-orang itu kunjungi? Makanan apa yang mereka jajal?
Entahlah, tapi sekarang setelah turun dari bukit di dekat stadion, Laut membawa Raya pergi ke arah pusat kota Palu, meninggalkan kelurahan Talise yang padat akan mobil dan motor pegawai ataupun mahasiswa yang ingin kembali ke rumahnya.
Banyak bangunan-bangunan penting yang mereka lewati di penjuru kota ini, kantor-kantor, taman-taman, rumah sakit, tukang parkir liar, bahkan belasan lampu merah.
Keduanya tidak punya tujuan, karna sedari tadi Raya tidak ingin beranjak dari jok motor Laut yang nyaman mengalahkan kasurnya di kosan.
Keduanya merasa jalanan kota palu malam hari ini seperti hanya ada mereka berdua, begitu nyaman tangan Raya memeluk perut Laut dengan hangat, menghirup dalam-dalam parfum beraroma coklat yang Raya yakin di semprotkan Laut ketika pagi tadi.
"Jagat Raya!!" panggil Laut di sela-sela kemudinya.
Raya semakin mendekatkan kepalanya, mencoba fokus dan mendengar apa yang akan Laut katakan. "Kenapa kak?"
"Kamu, suku Kaili?"
Alis Raya bertaut kala Laut melontarkan pertanyaan demikian. "Iyaa kak, kenapa?"
"Itu, coba artikan kata itu," tunjuk Laut pada deretan kalimat yang berdiri kokoh di bawah tugu kuning icon Kota Palu, Tugu Sampulu Gana.
Mereka kebetulan melewati bundaran ini, untuk yang ke-tiga kalinya.
Raya memicingkan mata, membaca perlahan kalimat yang Laut tunjuk tadi, lalu menerjemahkannya spontan.
"Masintuvu Kita Maroso, Morambanga Kita Marisi." Raya menganggukkan kepalanya mengengerti, frasa berbahasa kaili yang lumayan sering ia dengar.
Memandangi Laut dari arah kaca spion, Raya menjelaskan, "Artinya Bersatu kita kuat, bersama-sama kita kokoh. Seperti halnya masyarakat kaili yang menggenggam erat kebersamaan, persatuan juga keselarasan."
Laut tersenyum puas. "Mau Ray?"
"Mau apa kak?"
Tangan Raya yang sedang melingkar di perut Laut, perlahan laki-laki itu lepaskan dan kemudian di persatukan dengan tangan kirinya sehingga kedua tangan kiri itu saling menggengam. Genggaman yang hangat.
"Mau tumbuh bersama, bersatu dan selaras bersamaku?"
Oh astaga semesta, terlalu banyak hal menyenangkan yang Raya lewati hari ini, sudah puluhan ribu juga kupu-kupu terbang dari perut Raya. Menggelikan, menyenangkan.
Udah lama nggak update, hehehe maafkan😭🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Antropolo(ve)gi : Lautan Raya
FanfictionSebagai seseorang yang berada di dalam lingkup yang sama, tentu hal wajar jika terjadi yang namanya jatuh cinta. Kebiasaan selalu berada di sisi masing-masing sepanjang waktu menjadi pemicu rasa itu tumbuh, lalu merembet tak terhentikan. Di Antropol...