Dies Natalies Dan Jasa Potret Keliling

88 20 2
                                    

"Ayoo sini siapa lagi yang mau di foto?" Raya bagai pedagang cangcimen yang keliling menjajalkan jualannya.

Dies Natalis berlangsung, semua orang sibuk. Kecuali Raya yang tidak ada kesibukan lain selain memotret orang yang minta di potret.

Ia tidak menyangka kalau saat acara ini berlangsung, justru ia'lah yang paling nganggur. Hugo sibuk dengan photo booth, Laut sibuk di depan panggung utama, dan Sefa yang ada di sekitar laki-laki itu. Sementara Raya, harus keliling dulu untuk menawarkan orang-orang yang ingin di foto.

Jasa potret keliling~~
Jasa potret keliling~~

"Duduk dulu, dari tadi elo kesana kemari gue liat-liat," ajak Rehan yang sudah muak melihat Raya berdiri mondar-mandir lewat di depannya.

"Lah Kak, Saya lagi nugas nih, nanti diomelin Kak Laut kalau saya cuma leha-leha."

Rehan mendelik sensi. "Dih, bahasa lo nugas banget, udah kaya polisi aja."

Mungkin karna memang sudah merasa tidak ada lagi kerabat yang minta di foto, Raya akhirnya duduk di sebelah Rehan. Ada Cakrawala dan Bentala juga di sampingnya, dua insan yang tidak pernah terpisahkan.

Raya merogoh saku celananya, mengambil beberapa permen berperasa mint lalu menyodorkannya pada ketiga orang di dekatnya itu. "Nih, pewangi mulut."

"Dari semua panitia, yang paling santai tuh kayaknya elo deh Ray," kata Cakrawala kepada Raya setelah menerima uluran permen dari Raya.

"Iya, Raya dari tadi foto-foto cuma pas kerabat pada minta foto, habis itu udah gak ada lagi kerjanya. Malahan kalau gue perhatiin foto elo sama Bentala yang banyak Cak," sambung Rehan pada ucapan Cakrawala.

Raya tertawa. "Habis yang mau di foto tuh cuma mereka berdua, sisanya pada mau di fotoin Hugo di photo booth, si Hugo sok ganteng sih."

"Eh lagian, sebenarnya dokumentasi tuh tiga orang aja 'kan yaa? Tapi Sefa nggak mau masuk divisi lain selain dokumentasi, makanya Ketum masukin dia ke dokumentasi. Naksir tuh dia sama Kak Laut," sela Bentala dengan nada julid sambil memasukkan permen ke dalam mulutnya.

"Nggak papa sih, siapa tau mereka cocok kan?" Raya meminta pendapat pada Rehan, tapi Rehan malah menggeleng.

"Sefa bukan tipe Laut, Laut nggak suka cewe brutal terlalu menye gitu. Laut suka tantangan, Laut suka sama cewe yang apa adanya, nggak caper," jelas Rehan panjang lebar.

Cakrawala memutar bola mata malas. "Elo terlalu promosiin Laut, elo sendiri kapan punya pacar?"

"Ada kok, Ella namanya."

Tuk!

"Ella nggak tau elo hidup!!"

Bentala menyela pertengkaran pacarnya dan seniornya. "Ella siapa dah? Anak IP?"

"Member JKT48, si Nyoman ini Wota."

"Untuk apa galau? Untuk apa Pacar? Jika masih ada JKT48!" kata Rehan dengan bangga. "Ella oshiku satu-satunyaa!!"

Raya hanya menghela napas lelah melihat tingkah aneh para seniornya. Lagi pula, informasi dari Rehan tadi sama sekali tidak berguna satupun, bahkan tentang perempuan tipe idaman Laut.

"Enak yaa Raya leha-leha disini, Sefa sama Kak Laut dari tadi capek berdiri di sana."

Sefa tiba-tiba datang dengan wajah cemberut, duduk di samping Raya dengan kasar. Membuat Rehan, Cakrawala, juga Bentala menatap bingung perempuan yang baru datang itu.

Raya menatap menahan kesal. "Elo sendiri yang pilih mau bantuin Kak Laut potret di bagian panggung utama."

"Ya tapi 'kan harusnya Raya bantuin apa kek, ambilin Sefa sama Kak Laut air minum kek," kata Sefa lagi dengan nada dongkol.

Bentala melirik keki. "Dih, lo pikir Raya pembantu lo? Ngapain dia harus ambilin elo air?"

"Bentala apaan sih nyambung-nyambung, Sefa nggak suka sama Bentala!"

"Ya gue juga pengen muntah liat muka lo!"

Setelah seruan terakhir dari Bentala, Sefa pergi dari hadapan mereka dengan perasaan kesal setengah mati. Bisa Raya lihat dari sini bahwa perempuan itu menghampiri Laut dan terlihat mengadu, sayangnya Laut terlalu sibuk dengan kameranya.

Raya beruntung Bentala ada di sampingnya hari ini, perempuan berpipi chubby itu benar-benar membantu Raya dengan mulut pedasnya. Raya jadi tidak perlu repot-repot mengeluarkan tenaga menghadapi manusia aneh seperti Sefa.

"Gue rasa bukan cuma Kak Laut yang nggak mau sama Sefa, bahkan mas-mas yang kerja bangunan rektorat baru itu juga nggak bakalan mau punya pacar modelan Sefa," kata Bentala bergidik ngeri.

Raya, Rehan, juga Cakrawala tertawa. Lelucon tentang perempuan seperti Sefa memang sangat menarik.

🧚‍♀️🧚‍♀️🧚‍♀️

Dies natalies berakhir pada pukul 11 malam, kemudian para panitia bahu membahu membereskan tempat acara. Para divisi mulai melakukan tugas akhirnya, termasuk divisi dokumentasi.

Keempatnya berkumpul di depan panggung utama, semuanya sibuk dengan laptop masing-masing, memindahkan file foto sebelum nantinya di kumpulkan di satu file yang sama.

Setelah ini, tepatnya jam setengah 12 malam, akan ada evaluasi sebagai penutupan berakhirnya kepanitian dies natalies tahun ini. Sengaja di pilih di larut malam setelah acara selesai, agar besoknya panitia tidak perlu datang rapat lagi, istrihat saja di hari minggu.

"Ahh okey, gue udah selesai. Kalian ada yang udah? Bisa kirimin ke gue sekarang yaa filenya," kata Laut tiba-tiba.

Laki-laki itu sejak tadi terlalu serius menjalankan tugasnya. Jika Raya perhatikan, seniornya ini tidak seaktif biasanya, dia berubah menjadi serius hingga rahangnya terlihat tegas, tatapan matanya tajam sejak tadi sembari membidik kamera, walaupun sekarang sudah terlihat sayu karna mungkin lelah.

"Udah Kak," kata Raya kemudian. Tidak sadar dia ketika memperhatikan Laut dengan lamat.

Setelahnya Hugo juga menyusul berkata bahwa dia sudah selesai, setelahnya Hugo melakukan peregangan hingga bunyi krekk terdengar.

"Sefa udah selesaiii," pelik Sefa riang.

Hugo menutup telinganya malas, suara Sefa melengking sekali hingga membuat telinganya sakit. "Berisik Sef, udah tengah malam."

"Iyaa, jangan terlalu teriak," sambung Laut.

Raya hanya diam saja, perempuan itu tidak ingin ikut campur. Juga, kantuk sudah mulai menyerangnya.

Tuk!

"Nih.. kopiko bikin nggak ngantuk."

Raya menggeleng. "Suka semua permen kecuali kopiko."

"Aneh lo, minum kopi suka, makan permen suka, tapi nggak suka kopiko," kata Laut memandang Raya heran.

Raya mengangkat bahu tidak perduli.

"Nih, buat Sefa sama Hugo aja."

Sefa terlihat girang menerimanya, sementara Hugo mengucapkan terima kasih.

Raya kira, Laut akan berhenti mengajaknya berinteraksi. Nyatanya, laki-laki itu malah terus mencuri pandang pada Raya di sela-sela sibuknya menyatukan file foto.

"Nanti rapat evaluasi selesai, mau pulang bareng gue nggak Ray?" ajak Laut sambil berisik agar tidak terdengar oleh Sefa juga Hugo yang sibuk dengan ponsel mereka masing-masing.

Raya terkekeh, kemudian perempuan itu membalas Laut dengan berbisik juga, "Saya nggak mau gantian shift sama Sefa Kak. Sefa shift siang, saya malam? Hahaha nggak dulu."

Laut memandang Raya bingung, maksud Raya apa?
























Aku tau ini kurang sreg, maafkan diriku yang terus-terusan kena writers block tapi tetep maksa update😭🙏

Antropolo(ve)gi : Lautan RayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang