Mantan Laut

40 5 8
                                    


"R-ray..?"

Raya menatap lekat-lekat perempuan yang duduk di sebelah Laut, berusaha memberikan tatapan penasaran bukan menghakimi.

"Oh, hai.. ini kerabat 23 ya?" sapa perempuan itu. Ia berdiri, datang menyambut.

"Gue Arini, salam kenal," katanya sambil menjulurkan tangan pada Raya.

Raya merasakan euforia di ruangan itu menjadi senyap, canggung dan dingin. Kemudian ia merekahkan senyum menyambut tangan Arini.

"Aku Raya, kak. Jagat Raya."

Arini tersenyum penuh arti, lebih ke senyum miring penuh rasa merendahkan, tapi Raya tidak pusing. Begitu Arini melepaskan tautan tangan mereka, Raya langsung duduk di sebelah kanan Laut, menyuruh Cakrawala bergeser sedikit.

"U-udah selesai kelasnya, Ray?" tanya Laut berusaha tenang. Walau entah kenapa jantungnya terasa ingin copot tadi, ia ketakutan.

Raya mengangguk, tanpa menjawab. Gadis itu hanya duduk kemudian memainkan ponselnya.

Arini juga kembali duduk, di sebelah kiri Laut. Suasana benar-benar canggung, tidak ada yang berani bersuara.

Padahal Raya penasaran, perempuan ini siapa hingga ia meminta cium pada pacar Raya? Tapi percakapan mereka tadi tidak berlanjut, ah tidak seru!

"Kamu udah mau pulang belum? Aku anter?" tanya Laut berusaha memecahkan suasana.

Raya menggeleng lagi, tidak menjawab. Gadis itu hanya menyenderkan kepalanya pada bahu kiri Laut. "Lanjutin aja ngobrolnya, kenapa jadi agak diem gini sih?"

Raya menatap wajah seniornya satu persatu, tidak ada yang berani berbicara lagi, semuanya sibuk dengan ponsel. Pura-pura sibuk lebih tepatnya.

"Elo.. HTSan Laut yaa?"

Raya menoleh ke arah kanan, menatap Arini yang tiba-tiba bertanya kepadanya. Laut yang ada di tengah-tengah mereka kembali ketakutan.

"Kenapa emangnya, kak?" Raya balik bertanya. Bukannya tidak sopan, hanya saja ia merasa ada yang mengganjal tentang perempuan di samping kanan pacarnya ini. Lagi pula, pertanyaannya sangat aneh.

HTS? Hubungan Tanpa Status?

Arini tertawa pelan. "Gapapa sih, nanya doang. Soalnya aneh liat Laut di senderin maba, biasanya dia risih. Saran aja, jangan terlalu berharap sama Laut kalo masih HTS, dia udah janji sama seseorang soalnya."

Laut membulatkan mata. Ah tidak, bukan hanya Laut, tapi Rehan dan Cakra juga sama. Juga senior-senior lain yang ada di ruangan itu.

"Janji apa, kak?" tanya Raya penasaran.

Arini kembali tertawa kecil. "Nggak kok, elo nggak harus tau."

Raya tentu sebal, ia kemudian menatap Laut. Laut mengalihkan padangannya ke sembarang arah.

"Kak Laut pernah janji apa, sama seseorang?" tanya Raya penuh selidik.

Laut gelagapan. "H-hah? Enggak kok, nggak janji apa-apa."

Raya kembali mendengar suara Arini terkekeh.

"Kasih tau aja, Ut. Kasian adek manis itu penasaran," kata Arini. Terdengar sangat mengejek di telinga Raya.

"Atau, mau gue aja yang bilang?" lanjut Arini lagi.

Belum sempat Raya mendengar perkataan Arini, tiba-tiba suara dari pintu sekre membuat Raya terdiam.

"Anjayy, couple goals udah bersatu lagi nih setelah ldr antara pulau."

Salah satu senior yang tadi kata Bentala adalah atlet yang juga baru pulang berlomba, memasuki ruangan dengan senyum merekah.

Antropolo(ve)gi : Lautan RayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang