🤓Double up!!!🤓
Gimana seneng kan kalian!
Muehehehe.....
Dah double up gini jangan lupa like and comment!
❣️💜Happy Reading💜❣️
Bagi banyak anak panti asuhan memiliki keluarga utuh adalah sebuah impian besar juga menjadi anugerah paling dinanti dan menemukan keluarga kandung adalah sebuah keajaiban yang bisa dibilang hanya terjadi pada satu dari sekian juta mukjizat yang Tuhan beri pada mereka, sudah bisa dipastikan kalau mereka menjadi Kafian akan sangat bersyukur.
Namun ini Kafian bukan anak panti biasa yang mendapat keajaiban dari Tuhan dengan masuk ke raga orang lain yang entah dibelahan dunia mana. Ini Kafian yang sudah melewati banyak hal menyakitkan, melewati hal yang membuatnya sulit percaya pada orang baru, melewati hal yang membuatnya selalu berhati – hati pada apapun keputusan yang akan ia ambil.
Ini Kafian dengan segala pemikiran uniknya dan perasaannya yang rapuh. Bukan hal mudah menerima kenyataan bahwa ia masih memiliki keluarga yang selama ini ia inginkan dan ia nantikan. Hal membahagiakan mengetahui ia memiliki keluarga kandung dan mereka menemukannya namun entah kenapa emosi yang selalu ia pendam malah menyeruak ke permukaan membuatnya sulit menerima mereka dengan kebahagiaan.
'Gue bahagia tapi kenapa hati gue seolah nggak mau menerima mereka? Kenapa gue malah merasa kecewa dan sakit hati? Padahal gue nggak dibuang sama mereka, gue nggak diusir, nggak diasingkan dan bukan anak haram yang disembunyikan tapi kenapa gue merasa sakit hati sama mereka?' batin Kafian bingung dan tak paham pada dirinya sendiri.
Kafian menghela napas kemudian turun dari brankar, membawa infus sekaligus dengan tiangnya, lelaki mungil itu berjalan menuju jendela eh? Atau balkon? Ah intinya kesana, membuka gorden dan menatap kaget.
"Lah? Ini balkon? Gue kira jendela gede." Gumamnya dengan tangan kanan yang berusaha membuka balkon itu.
Ara: lu mainnya kurang jauh🙄
Lelaki itu tersenyum senang saat pintu balkon terbuka, ia pun berjalan kesana dengan tangan kiri menyeret tiang infus beroda itu hingga sampai pada batas pagar balkon. Dengan senyum tipisnya ia menarik napas kemudian menghembuskannya dengan lega.
"Udara sore memang paling best kalau soal meringankan beban pikiran." Gumam Kafian dengan mata menatap kedepan di mana ada gedung tinggi dan jalan raya, untungnya di sekitar rumah sakit ini banyak pohon besar jadi udara masih bersih dan segar, anggap saja sudah difilter.
Kafian pun memejamkan mata, menikmati angin sore yang menerpa wajahnya. Ah disaat – saat seperti ini dia malah jadi ingat banyak hal, mulai dari perjalanan hidupnya yang menyedihkan, membahagiakan dan nasihat – nasihat yang diberikan sang Bunda panti padanya.
"Kafian, kamu harus selalu ingat untuk bersyukur pada Tuhan atas hidupmu hari ini dan yang lalu entah itu menyedihkan, menyakitkan atau membahagiakan dan menyenangkan karena semua itu cara Tuhan untuk mendewasakan kita."
"Kafian, kunci hidup tenang dan damai adalah bersyukur. Bersyukur akan apa yang kita miliki sekarang, bersyukur akan pemberian Tuhan dan bersyukur akan apapun yang kita jalani karena dengan bersyukur kita bisa terhindar dari sifat serakah, ambisi dan obsesi. Kamu tahu hal – hal itu akan menghancurkanmu entah cepat atau lambat."
"Jika suatu hari nanti kamu menemui kesulitan dan tak tau harus melakukan apa ingat Kafian bahwa Tuhan akan selalu menuntunmu menemui jalan keluarnya entah kamu sadar atau tidak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kafian Back!
JugendliteraturKafian kembali ke tubuh aslinya, kembali pada tubuhnya sendiri seperti keinginannya yang ia sampaikan kepada Kavelo, sosok yang ia tolong dan ia masuki tubuhnya. Lelaki itu awalnya senang namun berubah kesal dan tak terima karena tubuhnya yang berub...