Kafian.24

4.7K 418 37
                                    

Double up!!!!

Kan apa gue bilang! Ara double up kan! Hahahaha.

Ara: Lu yang nyuruh njir!

Apa? Apa ada yang tau siapa tadi? Kok gue nggak asing ya sama dia?

Oke abaikan aja, kalian langsung cuss aja baca!

Ara: Sialan beut si pendek!

Apa lo bilang?!

🐰❣️Happy Reading.❣️🐰

"Ibu? Ibu sudah pulang?" tanya si rambut ikal yang kini sudah berdiri dibelakang Ibu panti.

"Iya Santi, ah tolong ambilkan handuk dan pakaian hangat." Jawab Ibu panti dan langsung dipatuhi oleh si rambut ikal yang bernama Santi itu.

"Sani, tolong ambilkan air hangat ya dan juga handuk kecil." Pinta Ibu panti pada Sani, petugas berkaca mata.

"Ibu, anak siapa ini? Kenapa dia bisa terluka?" tanya petugas bertubuh pendek dengan tatapan kasihan juga khawatir pada si balita atau bayi?

"Aku juga tidak tau Fana, aku menemukannya tergeletak di bawah pohon. Kasihan sekali, apalagi saat ini kan hujan lebat tidak mungkin aku dengan tega membiarkannya di sana." Jawab Ibu panti menatap bayi sekitar berusia 2 tahun? Atau 3 tahun?

"Dia imut sekali, siapa yang membiarkan dia di sana ya? Tega sekali." Kata Fana, petugas bertubuh pendek.

"Aku juga heran. Huh.... dasar orang tua jaman sekarang." Gumam Ibu panti sambil menggelengkan kepala heran.

Kemudian Ibu panti pun mendekat pada kasur di mana si bayi itu terbaring dan Ibu panti pun membuka baju biru langit milik bayi yang baru saja di temukannya. Baju itu bahkan sudah bisa dikatakan sangat kotor oleh tanah juga robekkan di beberapa tempat dan betapa kagetnya mereka yang ada di sana melihat tubuh mungil yang putih itu dihiasi dengan memar entah bekas pukulan atau tendangan atau bahkan mungkin lebih parah dari itu.

"Kasihan sekali Adik bayinya, kenapa bisa luka begini?" kata Vera dengan wajah sedih dan mata berkaca, tak tega melihat tubuh bayi itu.

"Benar, apa dia memiliki orang tua yang jahat?" tanya Dino.

"Atau bisa saja dia dipukul oleh orang jahat sungguhan. Penculik? Pencopet atau.....orang yang suka memberikan pinjaman jahat." Kata Allen dengan wajah polosnya membuat Ibu panti dan Fana terkekeh mendengar percakapan para anak – anak polos itu.

"Ibu, ini air hangat dan handuknya." Ujar Sani sambil meletakkan baskom berukuran sedang di meja dekat kasur.

"Terima kasih Sani." Kata Ibu panti yang diangguki oleh Sani. Ibu panti pun mengambil handuk itu, mencelupkannya pada baskom, memerasnya kemudian membasuhnya pada tubuh kecil bayi yang terbaring itu.

"Oh Tuhan.... lihat betapa putihnya bayi ini." Ucap Santi yang baru saja datang bersana Rani, petugas yang pergi bersama Ibu panti setelah mengganti bajunya yang basah karena kehujanan.

"Benar, ah lihat di lehernya seperti ada kalung." Kata Rani yang sontak membuat mereka kaget. Ibu panti pun melihat kearah leher bayi itu dan menarik pelan benda yang melilit lehernya.

Kalung perak dengan liontin 'Kafian' di sana. Ibu panti tersenyum melihatnya. Liontin yang begitu indah dan nampak sangat istimewa. Ibu panti pun melepaskannya dan meletakkannya di dekat bayi itu.

Kafian Back!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang