PERTIKAIAN

260 40 5
                                    

XIYI BACK!!!

HAPPY READING.

TINGGALKAN JEJAK KALIAN YA!


••••
•••••••
•••••••••

••••

••••••







Seperti agenda biasanya, setiap waktu fajar hendak tiba warga pesantren At-Taqwa telah berbondong-bondong melakukan aktivitas selepas sholat tahajud, pengajian, ceramah atau tausiyah serta setor hapalan dan sampai sekarang pun masih tetap ada agenda yaitu bersih-bersih pesantren ya bisa dikatakan piket pesantren.

Hal serupa dilakukan oleh Zaifarah bukan hanya dirinya melainkan Zulfa, Maryam, dan Latifah juga ikut serta.

"Gerah banget" keluh Zaifarah terus mengibasi wajahnya dengan jilbab panjang warna coklatnya.

"Bisa bisanya kamu bilang begitu padahal sedari tadi hanya duduk dan berdiri sebentar" sahut Zulfa terbesit nada tidak suka lantas membuat melongo Zaifarah namun tidak berselang lama.

"Gini gini gue juga bantuin ya buang sampahnya" tentang Zaifarah tidak terima.

"Hanya sekali sisanya Maryam dan Latifah"

"So? Terserah gue lah urusan gue!" ketus Zaifarah

"Jika saja kamu pandai, kamu pasti tau apa yang harusnya lazim kamu lakukan"

"Jadi maksud lo gue bego!" suara Zaifarah naik satu oktaf. Sudah tau Zaifarah mudah terpancing emosi. Suara Zaifarah memancing jadi pusat perhatian.

"Kamu pikir saja sendiri"

"Anj lo dari tadi ..."

"Astagfirullah ada apa Mbak " suara Latifah memotong ucapan Zaifarah. Maryam juga ikut mendekat.

"Sudah kak jangan bertengkar ditahan emosinya"

"Mata lo tahan emosi, dia siapa berani mgatain gue!"

"Kalau kamu marah berarti benar ucapan saya, pantas saja kamu dimasukkan ke pesantren orang tuamu pasti tidak bisa mengajarimu hal baik" perkataan Zulfa sedikit mencengangkan hal itupun makin mengundang emosinya.

"Ngomong apa lo!"

Zaifarah tersulut emosi. Ia mendekati Zulfa hendak memberikan penyerangan.

"Berhenti!"

Baru saja Zaifarah ingin merenggut Zulfa suara tegas terdengar menghentikan pertengkaran mereka.

Pengaaris kayu masih bersamanya ia berjalan penuh wibawa mendekati kedua manusia yang berseteru. Wajah tanpa ekspresi menandakan dirinya marah Gus Rizky membenci keributan di pesantren.

Seluruh warga pesantren menunduk namun tidak dengan Zaifarah yang berani menatap nyalang lelaki di depannya sekarang.

"Kamu selalu saja membuat onar, selama kamu di pesantren. tidak ada satupun catatan baik yang saya terima. Kapan kamu mau berhenti?" ujar Gus Rizky

"Lo gak usah ikut campur karena lo gak tau masalahnya apa!" sentak Zaifarah

"Hanya masalah kecil, hanya saja kamu yang tidak pandai mengontrol emosi" sahut Gus Rizky seakan menyudutkan Zaifarah.

Zaifarah menatap heran kearah Gus Rizky, sebentar apa katanya hanya masalah sepele?! Jelas jelas Zulfa mengatainya dengan kata halus itu.

Entah keberanian jenis apa membuat Zaifarah mengangkat tangan menunjuk wajah Gus Rizky.

𝗭𝗔𝗜𝗙𝗔𝗥𝗔𝗛 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang