• TANDAI TYPO
HAPPY READING!!
•
•
•
•Seperti yang tertulis di surat keputusan siding kemarin, kini bunda Safira dan Zaifarah sudah dihadapkan dengan meja hijau. Tampak Zaifarah menatap cemas kearah bundanya yang duduk di sana. Gus Rizky yang tepat berada di sebelahnya ikut menyaksikan hal itu.
Satu jam berlalu, palu diketuk oleh hakim dan menyatakan perceraian kedua orang tuanya benar-benar di setujui. Bunda Safira terdiam beberapa saat sebelum pada akhirnya Zaifarah datang dan memeluk bundanya. Bunda Safira bangkit dari duduknya. Ia memandang kearah Santoso yang sudah berstatus mantan suaminya.
"Saya sudah mengikuti kemauanmu. Dan sekarang kita tidak mempunyai ikatan apapun" ujar Santoso tanpa raut sedih sedikitpun. Bunda Safira hanya tersenyum mendengar ucapan Santoso padanya. Namun Zaifarah yakini itu bukanlah senyum bahagia.
"Boleh aku bicara sama kamu?" ujar Bunda Safira membuat Zaifarah menoleh tidak percaya.
"Bunda apa lagi..."
"Boleh?"
Gus Rizky mengisyaratkan kepada Zaifarah untuk ikut bersamanya. Sepertinya kedua insan ini memerlukan waktu untuk bicara.
"Bund, kita pulang aja" ajak Zaifarah menarik tangan bundanya.
"Nak..."
Zaifarah menatap lama bundanya, lalu memutuskan untuk menunggu diluar. Baru beberapa langkah ia kembali berbalik menatap sengit ke arah Santoso.
"Jangan sakiti Bunda" peringatnya.
Santoso hanya diam, membiarkan wanita di depannya menyelesaikan apa yang hendak ia utarakan. Bunda Safira dan Santoso saling menatap.
"Kita berakhir seperti ini. Aku masih tidak menyangka"
"Ini kemauanmu. Jangan merasa paling tersakiti" ujar Santoso dengan nada tidak bersahabat.
"Aku tidak mau anak kita Zaifarah terkena dampaknya. Cukup kita yang berpisah, jangan dia dan suaminya" ujar Bunda Safira. Santoso menatap mantan istrinya itu, ia tersenyum miring.
"Sepertinya kamu melupakan kesalahan anak itu. Karena dia saya kehilangan anak laki-laki saya Safira!" sentak Santoso. Ia kembali mengingat masa lalu dimana ia harus kehilangan anaknya.
"Zaifarah tidak bersalah sepenuhnya akan hal ini. Mereka berdua adalah korban" balas Bunda Safira, masih terus meyakinkan hal yang sama.
"Lupakan. Anak perempuan memang pembawa sial!" ujar Santoso sebelum memutuskan untuk pergi dari sana.
Tidak lama, Zaifarah dan Gus Rizky kembali mendatangi Bunda Safira. Zaifarah menatap cemas Bundanya yang seakan siap menangis. Ia menatap Zaifarah dan Gus Rizky bergantian.
"Nak.. Bunda percayakan anak Bunda dengan kamu untuk segala kebahagiannya" ujar Bunda Safira sembari meraih tangan Gus Rizky.
"Dan Bunda juga yakin anak perempuan bunda akan bahagia dengan pasangan hidupnya" tambah Bunda Safira kembali meraih tangan Zaifarah.
Bunda Safira tersenyum tulus dan menyatukan kedua tangan mereka. Zaifarah terdiam begitupun dengan Gus Rizky yang tidak tau hendak berkata apa.
"Bunda mau kalian terus bersama. Jangan seperti Bunda yang harus berpisah. Zaifarah anak kesayangan Bunda, mau menerima semuanya kan?. Kamu memang merasa ini salah tapi ini kenyataannya. Jangan buat suami kamu lelah lagi menunggu Nak"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗭𝗔𝗜𝗙𝗔𝗥𝗔𝗛
Teen FictionZaifarah gadis SMK yang terpaksa harus pindah ke sebuah pondok pesantren At-Taqwa. walaupun secara garis besar itu bukan keinginannya. ia takut melawan ayahnya dan ia juga terikat oleh wasiat Alm kakeknya. Gus Rizky lelaki yang kepalanya tidak terpi...