MULAI MENERIMA

188 8 1
                                    

•TANDAI TYPO







HAPPY READING
••









Matahari kembali memancarkan sinarnya, suasana pesantren di hari ini tampak penuh bahagia. Bagaimana tidak, setelah keputusan Zaifarah kemarin malam semua pihak merasa senang. Warga pesantren At-Taqwa bahkan berbondong-bondong mempersiapakn acara bahagia ini.

Zaifarah menekuk wajahnya, sedari tadi ia dilarang keluar kamar. Bukan hanya itu, ia bahkan meminta di temani tapi semua orang tampak sibuk dengan urusan yang entah apa.

Bunda Safira membuka pintu kamar. Zaifarah segera beranjak menghampiri bundanya. Ia melihat raut wajah bunda Safira yang berseri, seakan ia tidak sakit kemarin.

"Nih, bunda bawakan kamu baju buat dipakai diacara besok"

Zaifarah terdiam beberapa saat. Ia kembali mengingat kejadian semalam kala ia menyetujui acara ini. Seketika wajahnya menegang.

"Bunda.. jangan buru buru banget please..."

"Sayangnya Bunda, putri bunda yang cantik.. bunda udah kelewat seneng. kamu Cobain ya bajunya kalo nanti ada yang kurang bisa segera diperbaiki"

Zaifarah meraih baju dari tangan bundanya. Ia tidak akan menolak dan menghilangkan kebahagiaan wanita didepannya ini.

"Bunda seneng?"

"Bukan seneng lagi, tapi bahagia sekali. Kamu coba dulu, bunda tunggu" sahut Bunda Safira mengarahkan Zaifarah untuk mencoba bajunya.

Sedang di lain ruangan, Gus Rizky tidak mampu menghentikan senyumnya. Ia menatap kotak berisi berkas penting acara mereka. Ia masih tidak menyangka Zaifarah sudah mau menerima status mereka dan mengulang kembali pernikahan.

"Ya Allah.. saya begitu senang. Semoga tidak ada kendala untuk acara besok, Aamiin"

Deringan ponsel mengalihkan atensi Gus Rizky, ia meraih benda pipih itu dan segera mengangkat telepon.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Gus Rizky sedikit menjauhkan ponselnya. Ia meneatap layar, memastikan suara yang ia dengar tidak salah.

"Kamu melupakan saya?"

Gus Rizky memejamkan mata mengingat. Ia segera menutup telepon sepihak dan beralih ke chat. Setelah selesai ia bergegas keluar.

Gus Rizky berjalan melalui beberapa santri dan santriwati. Jalannya yang tergesa-gesa membuat Tarim yang kebetulan ada disana menatap curiga. Ia hendak melangkah namun sebuah panggilan menghentikan langkahnya.

"Ini bagaimana, mau tema yang seperti apa?"

"Kamu pilih saja yang mana baik. Saya akan periksa nanti"

Tarim bergegas mengikuti langkah Gus Rizky yang mengarah ke parkiran pesantren. Tarim memicingkan mata kala menyadari ekspresi Gus Rizky yang tidak bersahabat.

"Mau kemana tuh orang"

Tarim segera menghentikan sebuah ojek untuk mengikuti Gus Rizky. Lebih baik mencari tau daripada penasaran.

Lama perjalanan, Gus Rizky menghentikan mobilnya tepat di sebuah restorant. Ia bergegas turun. Langkahnya cepat menghampiri sebuah objek yang sudah menunggunya dari tadi.

"Assalamualaikum"

"Wah menantu saya sudah tiba"

Sambutan Santoso terdengar. Ia mempersilahkan Gus Rizky duduk di kursi tepat berhadapan dengannya. Gus Rizky merogoh saku dan mengeluarkan amplop coklat. Santoso segera menerimanya.

"Saya harap ini cukup" ujar Gus Rizky

"Sangat cukup. Ini begitu berharga untuk saya"

"Jangan lupakan perjanjian kita" ujar Gus Rizky mengingatkan sesuatu.

"Pasti saya datang"

Tarim yang sedari tadi memperhatikan keduanya terlihat bingung. Mengapa Gus Rizky dan Santoso bertemu secara diam-diam. Tarim berdecak, mengingat sesuatu telah kembali dilakukan oleh lelaki bergelar Gus itu.


~•~•~•~•~•~•~





Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Gus Rizky baru tiba di pesantren. Ia terlihat begitu lelah. Ia pun sedikit bingung mengapa tubuhnya terasa lemas tidak seperti biasanya.

Gus Rizky membuka pintu ruangannya. Ia tidak mampu lagi berjalan ke ndalem. Gus Rizky memposisikan duduknya senyaman mungkin.


Ketukan pintu terdengar, membuat Gus Rizky menoleh kearah sana. Ia menghela napas dan mempersilahkan masuk. Tarim membuka pintu dan segera menghampiri Gus Rizky di kursinya. Ia melemparkan tatapan berbeda kearah Gus Rizky.
.


"Apa maksud lo kasi uang ke ayah Zaifarah"

Gus Rizky menatap cepat kearah Tarim. Ia sedikit terkejut mendengar perkataan Tarim barusan.

"Gue butuh jawaban" tambahnya

"Sejak kapan kamu menguntit saya" Gus Rizky bertanya dengan nada tidak suka.

"Harusnya gue yang tanya itu, kenapa lo lakuin ini, lo tau kan Zaifarah gak pengen ayahnya datang. Lo mau semuanya berantakan?" ujar Tarim.

"Dia masih mempunyai ayah, bagaimana pun mau tidak mau ayah Zaifarah harus ada"

"Bukannya udah lo bicarain ini semua ama Zaifarah"

"Ini urusan saya. saya tidak ada waktu berdebat. Pintu keluar ada di belakangmu" sahut Gus Rizky.

Tarim menghela napas. Ia segera berbalik dan pergi dari ruangan itu. Sedangkan Gus Rizky merogoh saku dan mengambil sesuatu dari sana. Ia akan merasa lebih baik setelah ini.






~•~•~•~•~•~•~•~•~•~







Zaifarah tampak tidak tenang. Ia kesulitan memejamkan mata padahal jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam.zaifarah menoleh kesamping, Bunda Safira tampak nyenyak dalam tidurnya. Sepertinya ia akan keluar sebentar.

Zaifarah berjalan pelan keluar kamar. Ia hendak berkeliling pesantren, mungkin saja setelah berkeliling ia akan merasa ngantuk.

"Sepi amat buset!" Monolognya.

Zaifarah terus melangkahkan kaki. Ia berjalan agak pelan takut ketahuan jika keluyuran malam - malam. Sorot matanya tertuju dengan sesuatu dibawah pohon. Ia menggosok pelan matanya memastikan penglihatan. Matanya seketika membola kala menyadari benda berwarna putih itu bergerak kesana kemari. Ia seketika menegang.

"Ha, Hantu!!"

Tepat ketika berbalik. Seseorang menodongkan senter tepat ke wajahnya. Sontak hal tersebut membuat Zaifarah terkejut bukan main.

"Aaaa...mmpphh"

Gus Rizky segera membekap mulut Zaifarah. Teriakan nyaringnya bisa saja membangunkan satu pesantren. Zaifarah yang masih shock tanpa berpikir dua kali memberikan gigitan ke telapak tangan Gus Rizky membuat sang empu meringis.

"Kamu ini manusia apa vampire?" omel Gus Rizky.

"Jin!" sahut Zaifarah asal.

"Mengakui"

Plak!

Gus Rizky mendengus kesal. Selalu dan sepertinya memang hal yang melekat di dalam diri Zaifarah yang suka memberikan tabokan maut untuknya.

"Lagian ngapain si lo di belakang gue" ujar Zaifarah galak.

"Seharusnya saya yang bertanya. Ngapain kamu keluyuran malam begini. Mau mencuri kotak amal?" sahut Gus Rizky membuat Zaifarah melotot.

"Ngomong gak mikir, mulutnya minta di jahit!"

"Dih. Sudah sana masuk ke kamarmu. Saya tidak mau acara besok wajahmu yang jelek itu bertambah jelek"

"Rizky!!" amuk Zaifarah.

"Heh berisik sekali. Mau membangunkan setan pesantren kamu teriak teriak begitu. Sana kembali ke kamar" titah Gus Rizky kepada Zaifarah yang sedari tadi melontarkan tatapan sinis padanya.

"Masuk kamar"

"Gak!" tolak Zaifarah

"Masuk"

"Gak"

"Satu"

"Dua"

Gus Rizky diam beberapa saat sebelum akhirnya menatap Zaifarah dengan sorot tajam. Zaifarah membalas tatapan itu sesaat.

"Pemaksa!"

Zaifarah segera berlalu ke kamarnya namun, baru beberapa langkah ia berhenti dan berbalik menghampiri Gus Rizky lagi, dan....

"Arghh!" erang Gus Rizky kala Zaifarah dengan tega menendang tulang keringnya.

"Mampus. Rasain lo!"


























TBC








GIMANA TANGGAPAN UNTUK CHAPTER INI?

BUAT GUS RIZKY??

BUAT ZAIFARAH?

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK!!

SEE YOU

𝗭𝗔𝗜𝗙𝗔𝗥𝗔𝗛 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang