AMARAH AYAH ZAIFARAH

211 12 0
                                    

TANDAI TYPO YA XIYES....

ABSEN DULU PAKE EMOT LOVE KUNINGNYAA

💛💛💛💛💛






HAPPY READING






TINGGALKAN JEJAK








Gus Rizky tampak membulati tanggal. Waktunya hanya seminggu, ia menghela napas. Jika mengingat perlakuan Zaifarah padanya membuat Gus Rizky hendak menyerah. Namun di satu sisi rasa tulus membuat ia kembali bangkit untuk meyakinkan sebuah hal. Gus Rizky meletakkan kembali kalender kecil itu di nakas dan beranjak keluar dari kamar.

“Zaifarah”

Gus Rizky memanggil Zaifarah karena kebetulan melihatnya hendak keluar. Sang Empu nama berbalik tanpa minat.

“Kenapa?”

“Mau pergi kemana?” tanya Gus Rizky tanpa beranjak dari posisi awal.

“Keluar lah. Nanya segala” sahut  Zaifarah judes

“Kenapa gak izin dengan saya?”

“Ck. Siapa lo?”

“Suamimu”

Dam it!

“Ngaku ngaku aja bangga!” Seru Zaifarah.

“Tidak mengaku saja. Inilah faktanya"

Zaifarah seketika terdiam. Ia tidak mampu menyangkal, lidahnya terasa kelu untuk kembali berucap.

“Pergi jangan terlalu lama. Saya hanya mau tau kemana kamu pergi. Saya tidak akan melarang bila itu baik” ujar Gus Rizky memperingati.

Zaifarah mengalihkan pandangannya. Ia enggan menatap balik mata teduh di depannya ini.

“Assalamualaikum!!”  ujar Zaifarah kemudian segera melengos pergi.

“Dasar Wanita, sudah kehabisan kata – kata memilih pergi”


•~~•~~•~~•


Zaifarah duduk dengan dongkol dikursi taman. Perkataan Gus Rizky tadi membuat ia berpikir dua kali. Padahal ia harusnya mengikuti pengajian bersama ustazah Zahra  namun bukan Zaifarah jika tidak melanggar aturan.

“Gini amat idup gue. Ke pesantren karena terpaksa, ninggalin dunia gue demi rebut sesuatu yang gak penting dan berkaitan sama bunda, eh malah dapat kabar kalo udah nikah padahal gue gada ngerasa. Andai bestod bestod gue disini…” monolog Zaifarah. Ia meratapi nasibnya.

“DOOR!”

“AAAA!”

Suara kejutan dari seseorang membuat jantung Zaifarah hendak melompat dari wadahnya. Ia segera menoleh dan mendapati Maryam yang sudah tertawa tanpa dosa. Zaifarah menatap Maryam kesal.

“Tawa lo tawa!” dengus Zaifarah

“Maaf atuh Kak. Abisnya aku liat ngelamun takutnnya kesurupan” sahut Maryam

“Mau ngapain lo disini?”

“Harusnya Maryam yang bertanya. Kenapa Ning Zaifarah tidak ikut pengajian rutin?” ujar Maryam dengan nada dilembut lembutkan.

“Gue betook juga lo panggil gue Ning Ning an!”

“Astagfirullah”

“Tumben, lo bolos?”

“Bukan bolos kak, Cuma tadi di suruh Gus  Rizky kesini karena katanya Kak Zaifarah lagi butuh pencerahan” jelas Maryam

“Pencerahan dikata  gue kesurupan jin!”

“Becanda Kak. Aku disuruh nemenin kaka disini” ucap Maryam terus terang. Zaifarah mengalihkan pandangan.

“Sok perhatian” ketusnya

“atapi aneh loh kak. Kenapa kak Zaifarah gamau ama Gus Rizky padahal idaman banget” ujar Maryam tersirat nada kagum

“Terus?”

“Ya aneh aja. Zulfa aja dari awal masuk pesantren berusaha ambil hati Gus Rizky gak dapet dapet”

“Wajarlah. Gue kan beruntung” sahut Zaifarah tanpa sadar.

“Nah tau beruntung. Kenapa nolak?”

Zaifarah terdiam. Sebenarnya ia juga tidak mengerti mengapa ia menolak. Baru saja ia hendak mengeluarkan suara kembali suara kegaduhan dan teriakan dari seorang membuat Zaifarah dan Maryam menoleh cepat.

“HEII ANAK KURANG AJAR!”

Teriakan Santoso menggelegar. Teriakan yang ia tujukan untuk Zaifarah. Zaifarah seketika menegang. Ada rasa takut tersendiri menghadapi sosok lelaki yang ia panggil ayah itu.

“Ayah..” ujar Zaifarah lirih kala Santoso berjalan cepat ke arahnya.

“DASAR ANAK KURANG AJAR KAMU” teriakan Santoso membuat Zaifarah gugup. Kericuhan yang dibuat oleh ayahnya sendiri mengundang pandangan bingung dan menjadi tontonan warga pesantren.

“DASAR BODOH. KEMANA  KAMU BAWA BUNDA KAMU HA!” murka Santoso

“Ayah… Aifa..”

“DASAR ANAK TIDAK TAHU DIUNTUNG. DIBESARKAN MENJADI BEBAN SAJA MERUSAK MARTABAT DAN MASA DEPAN KELUARGA!”

Santoso berujar lantang diselingi emosi. Zaifarah bahkan tidak mampu mengajukan pembelaan mendengar perkataan menyakitkan Ayahnya sendiri.

“Bertahun – tahun saya besarkan kamu biar kamu meyadari bahwa hidupmu untuk menebus sebuah kesalahan. Sekarang kamu membuat kesalahan lagi!” ujar Santoso dengan amarah yang meluap. Tidak ada yang berani mendekat karena takut menjadi sasaran amarah Santoso.

“Dimana kamu sembunyikan Bunda kamu ha. Katakana Zaifarah!!” ujarnya lagi. ia bahkan mencengkram kuat bahu Zaifarah membuat sang empu meringis.

“Ayah sakit..”

“Dasar anak tidak tahu malu. Apa hak mu  membawa bundamu kesini ha. Ingat siapa kamu  dan tugasmu!!”

“A, ayah sakit Ayah..”

“Berani kamu memberontak, dasar kurang ajar!!”

“Ayah sakit... Aifa sakit” ringis Zaifarah. Ia berusaha melepaskan tangan Santoso yang terus mencengkramnya kuat. Namun,….

PLAK!!

Entah setan apa yang merasuki Santoso sekarang sampai berani melayangkan tangannya. Zaifarah perlahan membuka matanya dan mendapati Gus Rizky menghalanginya, tamparan Santoso mengenai Gus Rizky. Seketika suasana menjadi begitu tegang. Hening seketika, hingga Bunda Safira dan Ummi Laila  datang mendekat.

“Aifa…”

Panggilan Bunda Safira membuat atensi Santoso teralihkan. Bunda Safira segera menghampiri Zaifarah yang hanya diam dengan wajah ketakutannya.

“Sekarang apa. Mau menjadi pahlawan anak tidak tahu diri ini?” ujar Santoso

“Jangan menyentuh milik saya. apakah anda lupa siapa anak anda bagi saya?” ujar Gus Rizky dingin. Ia bahkan mati – matian menahan diri untuk tidak membalas.

“Apa mau kamu?. Kenapa kamu berani menyakitii anak kamu sendiri. kenapa kamu berani mempermalukan anakmu sendiri Santoso” ujar Bunda Safira terdengar penuh kecewa.

Santoso membalas tatapan dari Wanita yang berstatus istrinya itu. Ia hendak menarik tangan Bunda Safira untuk ikut dengannya namun disentak oleh Bunda Safira.

“Apa mauku?/ Pulang sama aku sekarang”

“Talak aku” ujar Bunda Safira tiba-tiba.

Perkataan Bunda Safira mengejutkan semua orang terutama Zaifarah. Santoso menatap manik istrinya setelah itu tertawa layaknya menonton sebuah komedi saja.

“Sudah jangan banyak drama. Pulang Safira”

“talak aku” ujarnya lagi.  Layaknya petir dipagi yang cerah, Santoso bahkan masih tidak percaya akan apa yang istrinya ucapkan.

“Jangan kurang ajar Safira. Ingat aku suami kamu!”

"Aku gak mau idup sama manusia jahat kayak kamu!"

"Pulang sekarang!"

Baru saja Santoso hendak menarik tangan Bunda Safira namun Gus Rizky segera menghalanginya.

“Jika anda masih memiliki rasa hormat. Pergi dari sini sekarang sebelum saya meminta orang untuk menyeret anda” ujar Gus Rizky serius. Bahkan raut wajahnya tidak bersahabat sama sekali.

“Lihat Zaifarah. Kelakuanmu membuat masalah baru. Tidak tahu diuntung. Kalian akan menyesal” Ujar Santoso kemudian berlalu. Lama suasana hening hingga Zaifarah pergi begitu saja. Gus Rizky menoleh kala Bunda Safira hendak menyusul.

“Biar Maryam yang nemenin Kak Zaifarah” ujar Maryam kemudian menyusul Zaifarah.


•~~••~~•


Zaifarah berjalan menuruti kemana langkah kakinya pergi. Tanpa sadar langkahnya terhenti tepat di depan mushola pesantren. Tanpa berpikir panjang, Zaifarah segera masuk ke dalam mushola dan duduk sembari menunduk. Perkataan ayahnya barusan begitu menyakiti Zaifarah. Walaupun ia terbilang gadis yang sulit diatur tapi perkataan seorang ayah adalah hal menyakitkan bagi anaknya. Zaifarah menghela napas bertepatan dengan sebuah cairan bening jatuh melewati pipi mulusnya. Zaifarah terisak, bahkan Maryam baru saja melihat Zaifarah menangis seperti itu.

“Kak…”

"Tolong.. biarin gue sendiri dulu”

“Tapi kak..”

“Lo bisa pergi dulu” tambahnya. Maryam mengangguk. Ia akan membiarkan Zaifarah menenangkan diri.

“Yaudah, Maryam tunggu di depan ya. Kalo perlu sesuatu panggil aja”

Maryam beranjak keluar. Sedang Zaifarah kembali larut dalam tangisnya. Ia tidak ingin menangis namun perkataan Santoso terus terngiang-ngiang dan membuat Zaifarah mengingat kejadian masa lalu yang membuat masalah sekarang. Zaifarah menghapus air matanya kala merasa seseorang mendekat.

“Maryam gue bilang gue butuh sendiri dulu”

“Ini saya”

Suara familiar itu terdengar. Zaifarah sekali lagi menghapus jejak air mata dan mengalihkan pandangan kearah lain.

“Tidak ada yang menyuruhmu berhenti menangis”

“Gue gak nangis”

Gus Rizky menempatkan diri tepat di hadapan gadisnya. Zaifarah makin enggan menatap Gus Rizky.

“Boleh lihat saya”

“Apasi. Gue lagi butuh waktu sendiri. pergi sana” usir Zaifarah

“Lihat saya”

“Gak!”

“Zaifarah..”

Zaifarah mengalah. Ia menatap Gus Rizky dengan mata sembab. Lelaki di depannya itu tersenyum seolah mengejeknya.

“Kalo mau ngehujat gue mending pergi deh”

“Perasaan saya yang terkena tamparan mengapa kamu yang menangis. Khawatir dengan saya?” ujar Gus Rizky terdengar pede sekali.

Sontak saja hal itu membuat Zaifarah merasa geli. Benar – benar diluar dugaan manusia satu ini.

“Kepedean banget lo!”

“Sepertinya pipi saya terasa bengkak” keluhnya kemudian memegangi pipinya sendiri.

“Iyasi agak merah” celetuk Zaifarah.

“Sudah jangan terlalu banyak menangis. Anggap saja perkataan ayahmu itu tidak pernah kamu dengar” ucap Gus Rizky memberikan sebuah pencerahan.

“Gue cengeng banget ya?” tanya Zaifarah.

“Namanya perempuan memang dari sana berhati lembut jadi mudah menangis” sahut Gus Rizky. “Tapi kamu tidak ada lembutnya” tambah Gus Rizky membuat Zaifarah menatapnya garang siap menerkam Gus Rizky.

“Tumben bijak”

“Saya hanya kasihan melihat muka kamu seperti pengemis yang tidak makan”  sahut Gus Rizky dengan wajah watadosnya.

PLAK!

Tanpa belas kasihan Zaifarah memukul Gus Rizky yang sudah menyahuti omongannya seperti itu.

“Hei kamu ini suka sekali kdrt”

“Salah sendiri ngatain gue!!” sangkal Zaifarah

“Mulai lagi…” sahut Gus Rizky pasrah.

























TBC





GIMANA AMA CHAPTER INI?

MAU BILANG APA UNTUK GUS RIZKY?

UNTUK ZAIFARAH?

BUNDA SAFIRA?

INGAT YA TINGGALKAN JEJAK OKEY!!

PAPAYYYY

𝗭𝗔𝗜𝗙𝗔𝗥𝗔𝗛 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang