Pencarian Jati Diri
Oleh: Kiya
Suasana ruangan rapat di kantor sekolah begitu hening. Semua orang bertolak belakang dengan pikirannya sendiri. Beberapa orang sibuk dengan gadget atau dokumen yang sedang dipegang, sementara yang lain sibuk mengobrol dengan temannya. Tiba-tiba, pintu ruangan dibuka dengan keras membuat semua mata tertuju kepada yang baru masuk. Seorang pemuda berusia 18 tahun dengan rambut panjang dan berwarna biru muda, memasuki ruangan dengan tatapan yang mengancam.
"Kenapa aku yang dipanggil ke sini?" tanyanya dengan nada cemas, sambil meraih kursi yang telah disediakan untuknya.
"Kita memanggil kamu Nero karena ada beberapa isu yang perlu dibicarakan. Saya terus terang saja ada saksi mata yang bilang kamu pernah terlibat dalam hal pergaulan bebas," kata kepala sekolah dengan suara tenang.
"Apa maksudnya? Saya gak pernah ngelakuin pergaulan bebas deh, Pak," ujar Nero dengan nada kesal.
"Kamu serius? Kita sudah mendapat laporan dari orang tua dan guru mengenai perilakumu yang terus-menerus berubah-ubah," kata kepala sekolah sambil membuka folder yang sudah disiapkan.
Nero merasa lelah dengan semua masalah yang menerkanya. Dia merasa tidak tahu harus berbuat apa lagi untuk menjinakkan dirinya dari pergaulan bebas di kalangan remaja zaman sekarang. Tahun 2022 bukanlah waktu yang mudah bagi remaja di mana pergaulan bebas sudah menjadi masalah yang umum. Banyak remaja yang pada akhirnya salah pilih karena teman-temannya yang bertindak begitu liar. Belum lagi di tambah adanya media sosial yang mungkin bisa memengaruhi semakin banyaknya kasus pergaulan bebas.
Nero merasa bahwa orang-orang di sekitarnya tahu bahwa pergaulan yang ia jalankan tidak sesuai dengan norma sosial yang berlaku. Tetapi dia hanya merasa tidak layak dibicarakan karena 'teman-temannya' sudah banyak melakukan hal yang lebih buruk darinya. Namun, serangan dari teman-temannya bukan satu-satunya yang membuat kegiatan Nero menjadi tak terkendali. Bagian lain dari keluarganya meragukan semakin jauhnya Nero dari norma sosial yang berlaku. Terlebih lagi, salah satu saudaranya membagikan foto Nero di media sosial yang membuat keluarganya semakin kesal.
"Bukannya kamu sudah tahu bahwa kegiatan pergaulan bebas bakal membuatmu lupa dengan keadaan sekitar?" kata sang ibu, ketika Nero baru saja kembali dari kegiatan pergaulannya bersama teman-temannya."Kamu akan wisata ke belakang jika terus-terusan seperti ini."
Tapi Nero menggagalkan setiap usaha keluarganya untuk mengubah prilaku pergaulannya. Dia merasa bahwa tidak ada yang salah dengan gaya hidupnya dan bahwa mengubah dirinya berarti mengorbankan 'kebebasannya'.
Suatu hari, ketika Nero sedang asyik membaca berita tentang kasus pergaulan bebas di media sosialnya, dia terkejut melihat wajah teman lamanya yang terjebak dalam pergaulan bebas. Perasaan bersalah dan rasa sesal memenuhi hati Nero. Dia menyadari bahwa dia juga memiliki andil dalam masalah tersebut. Kecelakaan dan kelakuan buruk akibat pergaulan bebas tersebut membuat Nero sadar bahwa dia harus mengubah dirinya.Bukannya pergaulannya membawa kebahagiaan kedalam hidupnya, tapi pergaulan itu justru membuatnya terjebak di dalam lingkaran setan yang sulit untuk keluar. Tidak ada beban yang lebih berat daripada mengetahui bahwa seseorang yang kau kenal menderita karena sesuatu yang telah kau lakukan.
Sejak saat itu, Nero mulai berusaha mengubah pergaulannya menjadi hal yang lebih positif. Dia mengumpulkan teman-temannya yang ingin beralih dari pergaulan bebas untuk membentuk sebuah kelompok yang dinamakan 'Azimat'. Azimat adalah kelompok remaja yang fokus pada kegiatan positif seperti kegiatan sosial atau budaya. Dengan bergabung menjadi anggota kelompok Azimat, Nero merasa bahwa dia telah menemukan teman-teman yang sejalan dengan tujuan hidupnya. Kelompok ini jauh dari pergaulan bebas dan fokus pada kegiatan positif.
Teman-teman Nero menganggap pergaulan tersebut justru menjerat manusia ke dalam hidup bebas yang tak terkendali. Mereka lebih memilih untuk menghabiskan waktu bersama-sama untuk relaksasi, belajar bahasa Inggris dan mengisi waktu produktif lainnya.
Sejak masa pergaulan bebas sudah jauh meninggalkannya, Nero merasa hidupnya jauh lebih bahagia dan tenang. Anak muda di masa pergaulan bebas curiga pada norma dan acapkali merasa terasing dari petunjuk sosial. Tetapi Nero, setelah menunjukkan kepada dirinya bahwa ia dapat bergabung dengan kelompok Azimat dan belajar menikmati kegiatan positif, justru merasa telah menemukan jati diri sejatinya.Seiring waktu, Nero merasa bahwa pergaulan bebas bukanlah jalan yang benar untuk menikmati hidup. Terima kasih pada kelompok Azimat, Nero adalah remaja yang bisa meneruskan hidupnya dengan membangun kebaikan di sekitarnya. Dia telah belajar untuk tidak mengikuti orang lain tetapi menemukan jalannya sendiri menuju kebahagiaan.
Setiap orang bisa memilih jalannya, namun mereka yang memilih jalannya yang menyebabkan kesalahan, bisa menghentikannya sekarang dan menemukan jalan kembali. Ada banyak pilihan yang tersedia seperti bergabung dengan kelompok positif atau klub olahraga di sekolah untuk mengejar kegiatan yang lebih positif. Kita bisa jadi bagian dari satu kelompok positif, tidak perlu terkendali dari norma sosial yang berlaku.
~Tim Himasakta Wattpad~
KAMU SEDANG MEMBACA
Warna-Warni Imaji Himasakta
Short StoryWarna-Warni Imaji Himasakta adalah antologi cerpen karya mahasiswa FKIP Unila dalam program tim Himasakta Wattpad. Edisi perdana menghadirkan cerita pendek dari empat belas penulis yang terpilih menjadi penulis pada program Himasakta Wattpad 2023. ...