Diary Azara

19 4 0
                                    

Diary Azara

Oleh: Tulisan Audy

Dada yang mulai terasa sesak serta  air mata yang dari tadi seakan ingin terjun untuk membasahi wajah sang pemilik pada akhirnya pun berhasil jatuh membuat pemiliknya memejamkan mata sambil menggenggam tangan gadis muda yang saat ini terbaring dia...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dada yang mulai terasa sesak serta air mata yang dari tadi seakan ingin terjun untuk membasahi wajah sang pemilik pada akhirnya pun berhasil jatuh membuat pemiliknya memejamkan mata sambil menggenggam tangan gadis muda yang saat ini terbaring diatas bangsal rumah sakit dan terlihat seperti tidak ingin untuk kembali hidup.

Suasana dikamar ini sangat sepi ditambah dengan isak tangis yang tidak begitu jelas suaranya namun bisa di pastikan bahwa hatinya sangat sakit membuat Sonia juga tidak bisa menahan air matanya untuk menetes.

"Maaf Pak, saya tidak bisa membacakan isi dari diary ini, karena saya seperti juga tidak kuat untuk membacanya Pak."

Mendengar perkataan Sonia membuat Veer merasakan hatinya semakin teriris, bagimana bisa gadis itu sangat mencintai sampai rela mengerbankan dirinya sendiri.

"Jika bukan kamu lalu siapa lagi yang akan membacakannya untuk saya Sonia. Kamu memang bukan pemerannya tapi apa saya sanggup untuk membacanya sendiri? Saya mohon tolong bacakan semua isi dari diary itu."

Melihat Veer yang memohon dengan memelas membuat Sonia tidak punya pilihan lain selain membacakan isi diary itu. Ia akhirnya membuka lembaran lain dari buku diary berwarna biru tosca yang tengah ia pegang dan mulai membacanya kembali untuk Veer.

Namaku Azara Hayat Khan dan kalian bisa memanggilku Zara. Usiaku adalah 19 tahun dan saat ini sedang melanjutkan pendidikan disebuah universitas negeri yang ada di Jogja dengan menyandang status sebagai mahasiswi kedokteran. 3 tahun yang lalu aku sempat mengenal seseorang yang begitu aneh, menurut ku. Saat bertemu denganya perasaan jengkel yang aku rasakan, rasanya tidak ingin menyapanya sama sekali karena orang itu benar -benar sangat dingin dan sepertinya juga berhati batu. 

Namun apalah dayaku yang berstatus sebagai muridnya disekolah, terlebih lagi saat Ia mengajar dikelasku. Orang itu bernama Veerendra Bachwan, guru matematika dari SMA Theresia Faganta. Waktu begitu cepat berlalu hingga akhirnya aku mulai memberanikan diri untuk berinteraksi dengannya terlebih lagi saat jam pelajaran. Dan baru aku sadari ternyata pemikiranku tentangnya selama ini salah, aku mulai memahami karakternya dan menurut ku ia adalah orang yang terunik yang mungkin tidak bisa aku temui pada diri orang lain. 

Aku mulai gelisah, setiap ingin melakukan suatu hal bayangannya selalu hadir dimana-mana , bahkan didalam mimpi sekalipun . Aku pernah membaca sebuah quote "Jika kamu melihat orang lain saat kamu sedang melakukan suatu hal bahkan dalam mimpimu sekalipun, percayalah bahwa orang itu sesungguhnya telah ada di dalam hatimu".

Apakah aku telah menyukainya? Iya memang aku suka namun hanya sebatas sebagai guruku saja. Setiap hari aku selalu mencoba untuk melupakannya dari ingatanku namun malah diriku yang merasa sakit sendiri. Sampai akhirnya aku sadar jika aku telah jatuh cinta kepadanya. Aku sendiri tidak tahu sejak kapan aku mencintainya, tetapi mungkin puisi ini bisa menjawabnya jika suatu saat kau mengetahui tentang perasaanku kepadamu, jika aku mencintaimu.

Warna-Warni Imaji HimasaktaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang