Uberuns ▪️ 17

29.8K 2.5K 1.5K
                                    

****

Hallo pembaca ku♡

Semoga kalian selalu bahagia hari ini

Jangan lupa tinggalin jejak dengan vote dan komen ya♡

Yang gak suka sama alur cerita saya bisa langsung pergi♡

Kalau ada typo ingetin ya♡

Hingga malan menjelang pun Xyan dan Aina masih tak saling menyapa ataupun bertemu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hingga malan menjelang pun Xyan dan Aina masih tak saling menyapa ataupun bertemu. Xyan yang masih setia berada di ruang kerjanya dan Aina yang juga masih setia berada di dalam kamar. Keduanya sama-sama tak ingin keluar dari dua ruangan itu.

Saling mempertahankan diamnya, Aina yang masih ragu dan takut menemui Xyan dan juga Xyan yang masih tak ingin bertemu dengan Aina takut menyakiti Aina kembali.

Rana dan Varez telah pulang setengah jam yang lalu di karenakan orang tua Varez berada di rumah mereka, Rana pun juga tak enak untuk meninggalkan mertuanya di sana. Dan dengan berat hati Rana meninggalkan Aina setelah memastikan bahwa sahabatnya itu baik-baik saja.

Aina mengunyah makanannya dengan pelan dan sesekali melirik pintu yang menghubungkan kamarnya dengan ruang kerja Xyan. Aina memilih untuk makan di dalam kamar, Aina masih tak sanggup jika seandainya ia bertemu dengan Xyan.

"Nona, anda membutuhkan sesuatu lagi?" Tanya Leni setelah membersihkan peralatan makan Aina.

"Xyan udah makan?" Tanya Aina pelan.

"Belum Nona, tuan belum keluar dari ruang kerjanya. Tuan hanya menyuruh kami untuk menyiapkan makanan anda," jawab Leni.

Aina mengangguk pelan dan menyuruh Leni untuk pergi, setelah kepergian Leni kini hanya Aina yang berada di kamar itu. Melirik jam yang dinding menunjukkan pukul 9 malam.

Aina terdiam sesaat sebelum mengambil langkah menemui Xyan, ini telat lewat dari jam makannya. Walau mereka sedang ada masalah tapi tak ada salahnya jika Aina mengingatkan Xyan makan dan mungkin juga membuat hubungan mereka membaik.

Setelah berada di depan pintu ruang kerja Xyan, Aina tampak ragu untuk mengetuk. Mengumpulkan niatnya, Aina mulai mengetuk pintu ruang kerja Xyan hingga ketukan ke tiga tak ada satupun suara yang Aina dapatkan.

Aina menggigit bibirnya takut-takut, memegang hendel pintu dan menurunkannya. Pintu ruang kerja Xyan tidak terkunci, Aina mendorong pelan pintu ruangan Xyan menimbulkan sedikit suara.

Dengan pelan Aina melangkahkan kakinya memasuki ruang kerja Xyan yang tanpa gelap, Aina meraba dinding mencari saklar lampu dan menghidupkan lampu di ruangan itu. Kini ruangan Xyan telah terang, Aina melihat sekelilingnya mencari keberadaan suaminya.

Ruangan Xyan tampak rapi, itu artinya Xyan tidak pernah mengamuk di ruangannya. Melanjutkan langkahnya hingga Aina melihat kursi kerja Xyan yang membelakanginya, Aina yakin Xyan berada di baliknya.

Uberuns || Gefahrlich 2 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang