Ikrar

5 0 0
                                        

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Musim panas telah datang, tapi justru Raen sudah pergi, kembali bertugas keluar kota. Di akhir pekan sore Ibu mengajak ku pergi ke Central Cafe yang berada di kawasan Kemang, kami berangkat hanya berdua, aku yang menyetir ke alamat yang Ibu beritahu.

Selama ini Ibu lebih sering beraktivitas diluar rumah, entah untuk berkumpul bersama jemaah majlis ta'lim atau sekedar menyalurkan hobinya yaitu membuat kue di kelas memasak. Di dalam mobil Ibu hanya diam, menatap lurus ke depan, lalu menghela nafas, seperti sedang merasakan gundah. Aku tidak berani bertanya lebih lanjut, kecuali Ibu yang bercerita lebih dulu.

Setelah menempuh perjalanan cukup lama akhirnya kami sampai di Central Cafe, tempatnya luas dan cukup jauh dari jalan raya karena bangunan nya tinggi dan kami harus menaiki beberapa anak tangga untuk sampai ke dalamnya.

Di dekat pintu masuk Ibu berhenti berjalan, mengecek ponsel, terus menoleh ke penjuru ruangan mencari seseorang.

"Disana, ayo nak.." Ajak Ibu, meraih tangan ku.

Dua orang yang ku kenal langsung berdiri begitu kami sampai di VIP table, aku dan Ibu duduk setelah bersalaman.

"Selamat datang Bu Anindia, Raizel..."

"Terimakasih Pak Rangga, maaf saya terlambat, tadi sedikit macet.

"Iya tidak apa-apa, oh ya lebih baik sekarang kita pesan makanannya dulu."

Pak Rangga memanggil waiters dan memesan makanan andalan di Central Cafe, seperti aneka beef steak dan makanan mewah lainnya. Di depan ku Belle menatap bingung, tapi kami tidak bisa mengobrol untuk saat ini.

"Pah? Sebenarnya ini ada apa ya?" tanya Belle setelah waiters pergi.

"Oh ya Belle maaf Papah belum bercerita, jadi Papah bawa Bu Anindia dan Raizel kesini bukan tanpa alasan.. Sebenarnya Papah undang Raen juga tapi berhubung sekarang dia sedang tugas di Depok jadi tidak bisa datang tapi Raen sudah tahu hal ini sejak awal." Jawab Pak Rangga.

"Memang apa alasannya Papah undang keluarga Raen?" wajah Belle sudah menunjukan ekspresi tak enak, bahwa hal yang tidak di inginkan akan segera datang.

Pak Rangga menatap Ibu yang duduk di depan nya, lalu tersenyum kecil, aku pun merasakan hal yang ganjil. "Kamu pasti sudah kenal kan dengan Bu Anindia, ibunya Raen dan Raizel? Jadi... Selama ini Papah menemani keluarga mereka dari proses penyidikan hingga sidang selesai, otomatis Papah dan Bu Anindia sering bertemu dan juga banyak bercerita tentang masa lalu kami masing-masing..."

"Bu?" aku memanggil Ibu untuk menanyakan satu hal tapi Ibu langsung menyentuh tangan ku dengan harap Pak Rangga melanjutkan pembicaraan nya dulu.

"Raizel, Belle... Papah ingin terbuka disini kepada kalian, pertama... Ibunya Belle telah meninggalkan kami untuk selama-lamanya setelah melahirkan Belle 27 tahun silam, sejak surat akta cerai keluar, Papah tidak pernah menjalin hubungan dengan siapapun lagi karena Papah takut tidak ada yang bisa mencintai Belle seperti seorang ibu kandung. Tapi sekarang, Papah bertemu dengan sosok yang selama ini membuat Papah mengerti arti hidup di sisa usia senja, sosok yang selalu mendukung dan menjadi guru bagi Papah dan orang itu adalah Bu Anindia.." Ucap Pak Rangga serius, mengusap-usap rambut Belle dengan lembut.

Machiavellian (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang