"Take care of your body, it's the only place you have to live."
***
Lima belas menit sudah aku menunggu kedatangan nya namun tak kunjung tiba padahal sebentar lagi matahari akan surut, sudah ditelpon berkali-kali pun tidak diangkat.
Aku merengkuh tas di atas meja, menyandarkan kepala yang sudah dipenuhi pertanyaan serta permasalahan baru. Entah aku yang bodoh atau memang dia yang membodohiku, rasanya ingin cepat-cepat menyelesaikan semua ini. Sudah berapa ratus kali ku keluhkan hal ini? Huh!!!
Tak lama aku merasakan seseorang mengusap kepala seiring dengan munculnya suara deheman, aku terperanjat dan membetulkan posisi.
"Raen? Kenapa lama? Abis dari mana aja padahal kamu hari ini libur!!!"
"Tenang dulu, tadi habis dari laundry.." Raen meminum jus jeruk milik ku yang sudah tak lagi dingin karena terlalu lama dibiarkan. "Ada apa? Sepenting apa obrolan yang akan kamu sampaikan hari ini?"
"Ini tentang Belle dan Pak Rangga..." Aku berbisik ke dekat telinganya.
"Ada apa dengan mereka berdua???" tanya Raen menaruh atensi penuh.
****
Masih dalam status sebagai asisten rumah tangga, aku sudah terbiasa bangun tidur jam 5 pagi lalu mandi dan membereskan kamar sendiri terlebih dahulu. Kegiatan dilanjutkan dengan membersihkan area ruang makan yang terhubung dengan pantri, lalu berlanjut membersihkan dan merapihkan ruang tamu sekaligus ruang televisi.
Disaat tugas berbenah selesai, aku mulai memasak sarapan untuk Belle. Dia bukan wanita ribet yang harus serba wah, dia hanya berpesan jangan tambahkan kacang kedalam makananya karena memiliki alergi akut. Pagi ini aku hanya memasak vegetable salad dan salmon steak, dihidangkan dengan segelas mix-berry juice.
Karena persediaan makanan mulai menipis aku memutuskan untuk pergi berbelanja ke supermarket yang berada dibawah, hanya turun tiga lantai sudah sampai. Tak lupa aku mengirim pesan teks pada Belle agar dia tidak cemas dan mencari. Aku membeli sayur mayur, buah-buahan segar serta daging dan ikan. Selesai membayar aku segera kembali ke apartemen karena khawatir jika Belle membutuhkan bantuan, who know? Iya kan..
Aku masuk ke dalam apartemen dengan tangan penuh, membawa beberapa goddie bag, namun aku merasa aneh kenapa Belle belum keluar dari kamar padahal biasanya jam 7 dia sudah ready di meja makan. Karena khawatir terjadi apa-apa, aku berniat menyusulnya ke kamar utama.
Jantung ku berdebar kencang karena pintunya tidak ditutup rapat, apakah Belle sedang menerima tamu?
"Sebenarnya Raen itu siapa? Kenapa papah seperhatian itu sama dia? Tolong jawab, aku tanya hal ini berkali-kali tapi gak pernah dijawab."
Terdengar suara Belle mulai berbicara dengan volume suara agak keras, ku intip dibalik pintu, ekspresinya tampak cemas sekaligus bimbang.
"Iya iya, papah akan jawab... Tapi kamu harus janji jaga rahasia ini, jangan sampai ada yang tahu."
Aku tidak mengenal suara pria itu, tapi jika Belle memanggilnya 'Papah' itu artinya pria itu adalah orangtuanya.
"Iya Belle janji akan jaga rahasia.."
"Jadi sebenarnya... Raen adalah... Anak dari sepasang suami istri yang 10 tahun mengalami kecelakaan lalu lintas." Pria di hadapan Belle menitikkan airmata. "Dan... Papah adalah orang yang telah menabrak mobil mereka, tapi... tapi.. Papah tidak sengaja nak, ini kecelakaan murni, papah tidak berniat mencelakai mereka.."

KAMU SEDANG MEMBACA
Machiavellian (END)
Misterio / SuspensoApi dendam yang berkobar akan semakin besar ketika tertiup angin, pion hitam terjatuh satu persatu, seirama dengan deru nafas di ujung takdir. -Raen Hillga Muller,.