Api dendam yang berkobar akan semakin besar ketika tertiup angin, pion hitam terjatuh satu persatu, seirama dengan deru nafas di ujung takdir.
-Raen Hillga Muller,.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sendiri di rumah tanpa ada kegiatan apapun rasanya sangat membosankan, jadwal kuliah sedang kosong, teman-teman sudah berpencar entah kemana. Ada yang sudah menikah dan ikut suaminya pindah, ada yang sudah punya anak dan tidak bebas pergi kemanapun dan ada juga yang masih single plus melanjutkan S2 di universitas yang sama dengan ku tapi sedang asyik liburan, terakhir Belle.. Dia sedang sibuk mengurus administrasi karena sebentar lagi berangkat ke Inggris.
Andai bulan tidak datang hari ini, mungkin aku bisa ikut Ibu ke pengajian dan acara lainnya seperti santunan rutin dalam program Jum'at Berkah. Raen belum pulang dari Masjid setelah Sholat Jum'at padahal sudah jam dua siang, apa dia ikut Ibu ke acara Jum'at Berkah?
Daripada melamun tidak jelas dan takut kemasukan setan, aku memutuskan untuk keluar mencari kegiatan. Satu hal terlintas di pikiran ku saat ini saat melihat rak buku di kamar Raen, yaaaa sekarang aku sedang berbaring dikamarnya yang super nyaman, interiornya di dominasi warm tone.
Aku segera bersiap-siap keluar, menggunakan daily dress hitam. Rambutku yang panjang mengenai pinggul sekarang sudah dipotong, hanya mencapai punggung. Rasanya lebih fresh, agar lebih nyaman selama mengunjungi perpustakaan kota, aku memakai sneakers hitam hadiah dari Raen, tak lupa aku pun membawa tas selempang kecil untuk memuat dompet, handphone, airpods dan parfum.
Ready, set, go!
***
Perpustakaan kota di hari Jum'at tidak terlalu ramai karena biasanya pengunjung di dominasi oleh pelajar dan mahasiswa di akhir pekan, untuk hari ini hanya ada beberapa mahasiswa yang datang untuk mencari sumber informasi tambahan. Setelah mengisi buku pengunjung aku berjalan perlahan ke arah rak yang berjajar rapih dengan berbagai macam jenis buku, biasanya aku mengambil buku tentang Ilmu hukum, tapi kali ini aku ingin mencoba membaca hal yang lain.
Aku pindah ke rak paling ujung, tempat buku-buku tua berada. Sebenarnya bukan buku tua yang berasal dari sebelum masehi, lebih tepatnya buku yang diproduksi sebelum tahun 2000. Aku mengambil salah satu novel sejarah yang berjudul ViridiCollis versi terjemahan. Sampulnya cukup unik, menggunakan pemandangan bukit sebagai background, judul dicetak dengan formatitalic.
Seraya menelaah bagian sampul, aku membawanya ke salah satu meja di dekat jendela. "Wow, nama belakang penulisnya sama kayak nama aku dan Raen..."
"Suka novel sejarah juga?" tanya seseorang di seberang meja.
Aku langsung menurunkan buku dari dekat wajah. "Billy?"
"Iya ini aku... Kebetulan banget ya kita ketemu disini, gimana kabar kamu Zel?" ternyata dia Billy, teman satu prodi di kampus.