12. sebuah takdir

262 29 0
                                        

بسم الله الر حمن الرحيم
.
.
.
Ternyata begini ya jadi orang sibuk, udahlah baca aja
.
.
.

-Kelembutan suaranya mengretakkan hatiku-
Altamaira Kamalini Madhumati
.
.
.

-Kelembutan suaranya mengretakkan hatiku- Altamaira Kamalini Madhumati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Sania dan Andik saling menatap, “Alby, anak kami bukan sosok yang terlahir dari keluarga yang berlatar belakang kiyai”

Alby menunduk dan mengangguk menanggapi ucapan Sania, “Tidak masalah bagi saya”

“Apa yang membuat kamu yakin Alby, kenapa kamu menginginkan anak saya?”

“Tak perlu di ragukan lagi pak, setiap saat saya sholat istiqoroh meminta jodoh, yang muncul hannyalah sosok anak bapak”

Andik mengangguk, “Kami berdua sangat setuju jika kamu memang ingin menikahi anak kami. Tapi Altamaira belum tahu tentang ini”

Andik menatap istrinya, “Tolong panggilkan, sayang” Sania pun mengangguk dan menghampiri Altamaira.

Abah Ahmad yang memantau dari kejauhan pun berjalan mendekat, lelaki tua itu tersenyum dan menyalami tangan Andik.

“Bagaimana, dimana calon menantu anak saya?”

Andik terkekeh singkat, “Sebentar pak, masih di panggilkan oleh ibunya”

Tibalah Sania yang menggandeng Altamaira dengan wajah yang kebingungan, sementara di belakangnya terdapat Faqih dan sang istri. Altamaira menatap semua anggota keluarganya dan keluarga dhalem, kenapa semua menatapnya.

“Ayah, ngapain. Katanya bunda ada hal penting” Andik menatap anaknya dan tersenyum manis. Lelaki itu menggenggam tangan mungil Altamaira.

“Nak, Alby ingin menjadikanmu istrinya”

“APA!”

*********

Bismillahirrahmanirrahim

"Ya Dhiaulhaq Khairan Albyandra Al-Shifan ibna Rafaizan elvano kalianda. Ankahtuka wazawwajtuka makhtubataka Altamaira Kamalini Madhumati binti Andik Za'far Al-Firzha bil mahril 122.900 dirham wa miayat jirham min dhahab wa 'adawat alsalaa, bi'adwati sholah, wa Al-surah Ar-rahman bil Al-khafi haalan”

Keheningan melanda masjid yang berpenghuni banyak, selang beberapa detik suara mikrofon terdengar lagi.

“Qobiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur haalan”

“Bagaimana para saksi?”

“SAHHHHH!!”

Alby mengusap wajahnya menggunakan kedua tangan, lelaki itu menunduk dalam air matanya mulai keluar sedikit demi sedikit, lafadz hamdalah mulai terdengar di telinga penghulu dan Andik. Tadi sempat terjadi sedikit keributan karena Altamaira yang menolak mentah-mentah Alby yang memintanya untuk menjadi istri.

Altamaira Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang