1995 - Si Penjaga Gawang

20 3 0
                                    


Oh asmara
Yang terindah mewarnai bumi

Yang kucinta menjanjikan aku
Terbang ke atas ke langit ketujuh
Bersamamu

~Bagaikan Langit (Melly Goeslaw)~

Malang, 11 Januari 1995

Hari ini tepat sebelas hari sejak Austria, Finlandia dan Swedia bergabung di UNI Eropa. Menyudahi kebijakan netral yang mereka terapkan sejak bertahun - tahun lalu. Hari ini, Eropa sedang panas. Namun Malang justru sedang dingin – dinginnya. Sejak pagi, langit sudah mendung. Awan cumulonimbus menghiasi kota, siap meledak setiap saat.

Di setiap penjuru, semua orang melakukan aktivitas masing – masing. Jika ingin melihat aktivitas perkantoran, kita bisa pergi ke pusat kota. Jika ingin berbelanja, kita bisa pergi ke Dieng Plaza (sekarang menjadi Dieng Computer Square). Sedangkan jika kita mau berlibur sejenak, ada daerah Batu yang siap menanti. Lengkap dengan villa, café dan warung tenda. Begitu pun universitas seperti UB dan UM. Siap menampung mahasiswa. Intinya, di sini semua serba ada. Bekerja, berbelanja, berwisata dan bersekolah. Semua bisa dilakukan dalam satu kota.

Sayangnya, pada tahun 1995 tak banyak SMA Negeri bagi warga. Sebagian besar SMA Negeri hanya berpusat di kota dan sekitarnya. Sedangkan di kecamatan – kecamatan yang agak jauh seperti daerah Malang Selatan didominasi sekolah swasta.

Salah satu dari segelintir dari SMA swasta itu berada di dekat kecamatan Titoyudo, menuju arah Dampit. SMA Widyatama Namanya. Satu – satunya SMA yang menjadi rujukan bagi remaja perbukitan dan pesisir selatan untuk menimba Ilmu. Sekolah reot, penuh lumut, dan agak lembab itu memang tidak sebesar SMA – SMA di pusat kota. Tapi jangan salah, reot – reot begini sekolah ini mempunyai lapangan sepak bola yang luas dan bagus. Saking bagusnya bahkan sering dipinjam warga untuk lomba antar kampung.

Di lapangan itulah kini sedang terjadi kehebohan. Banyak siswa berkumpul, didominasi gadis – gadis bersuara melengking yang sejak tadi melompat – lompat tak karuan. Melompat, berteriak, melompat, berteriak. Beberapa malah diam – diam membawa lipstik. Sesekali memoles bibir, lalu mulai berteriak dengan nada menggoda. Sisanya melipir di sudut lapangan. Mendengarkan lagu dari walkman atau membawa catatan kecil,  membuat puisi tentang keindahan di depan mata mereka.

Ya, keindahan. Mereka sama sekali tidak tertarik dengan permainan sepakbola antar kelas yang tengah berlangsung. Toh setiap hari pun di lapangan kampung banyak yang bermain bola. Lantas apa bedanya? Ya tentu beda! Bagi mereka, dari 22 pemain, 21 orang hanya cadangan. Pemain utamanya tentu hanya 1, si keeper. Dia yang tingginya hampir mencapai 180 cm, berkulit putih kemerahan, berbadan tegap, berambut coklat, beralis tebal dan berparas mirip Ari Wibowo dicampur Primus Yustisio muda.

Setiap detik, mata si keeper tak pernah luput dari bola. Bola itu ditentang dari kaki ke kaki. Dihalau bek, dilemparkan oleh gelandang, lalu ditangkap oleh striker. Bersama striker, bola terus melaju. Striker kali ini, Adam, memang lincah betul. Dihalau oleh siapapun, tak juga ia bergeming. Bola tetap berada dalam kendali. Melihatnya, si keeper tak tinggal diam. Diamatinya laju bola hingga hampir mencapai gawang. Dari arah geraknya, Adam hendak membidik ke kanan. Si keeper pun bersiap menghalau bola dari sisi kanan. Sialnya, Adam ternyata berubah arah pada detik – detik terakhir. Memutar ke arah kiri. Antara waspada dan tidak siap, si keeper berbalik, hingga...

Suara benturan antara bola, kulit dan tulang menciptakan keheningan. Sorak sorai para gadis berhenti.

Si keeper tersungkur. Darah menetes di rumput. Hidungnya berdarah. Baru saja ia menyongsong bola menggunakan asetnya yang paling berharga; wajah.

"JUMANTARA!" Gadis - gadis berteriak serempak, khawatir.

Namun selayaknya superman yang baru saja dihantam musuh, Juman malah bangkit dengan lutut gemetar. Hidung hingga dagunya merah, mirip vampir yang baru saja makan siang. Lalu dengan gestur heroik, diacungkannya jempol tinggi – tinggi.

Tentang Dia, Hujan dan Kisah LamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang