Setelah berhasil menenangkan keputusasaan Allea, Alaric melepaskan pelukannya pada sang putri. Ia mengintip di jendela kamar tersebut untuk melihat situasi yang ada di luar istana. Posisi Verona yang berada di langit dan berhadap-hadapan dengan Reina pun terlihat jelas dari sana. Kutukan yang Verona perdengarkan ke seluruh manusia di Kerajaan Mandevilla pun terdengar hingga ke telinga Alaric juga.
Batin Alaric semakin tersiksa karena ketidakmampuannya dalam berbuat apa-apa. Ia semakin menyalahkan diri sendiri atas apa yang telah terjadi. Kerajaan Mandevilla mungkin tidak akan mengalami hal seburuk itu jika bukan karenanya. Juga, Alaric bisa mendengar suara tangis Putri Allea yang kembali muncul setelah mendengar suara Verona yang menaruh kutukan tersebut. Sedang keduanya yang hanyalah manusia biasa pun tidak dapat berbuat banyak. Alaric saja hanya mampu menyaksikan dari dalam kamar melalui jendela yang terbuka pertarungan antar penyihir yang mengerikan dan dimenangkan oleh Verona.
"Verona memenangkannya," gumam Alaric yang masih bisa didengar oleh Allea.
Hujan sihir yang diturunkan oleh Verona itu juga sampai ke kamar sang putri. Padahal langit-langit ruangan tidak ada yang bocor sedikitpun. Namun, ada setetes air yang muncul dari sana dan jatuh di atas punggung tangan Putri Allea. Merasakan ada basah yang menyentuh punggung tangannya, Allea tergerak untuk mengusap air tersebut.
Akan tetapi, ada rasa janggal seperti menggelitik di area pergelangannya. Seakan ada hewan yang merayap di sana hingga membuat Allea sedikit memekik karena terkejut dan mengusap-usap pergelangan tangan untuk menghilangkan sesuatu yang dianggapnya hewan merayap tersebut. Kedua mata Allea tertutup oleh kain yang Alaric ikatkan agar Allea tidak bisa melihat demi melindungi agar tidak ada seorang pun yang dilihat oleh sang putri dan kemudian membatu. Oleh karenanya, Allea jadi tidak bisa melihat apa yang sebenernya terjadi pada pergelangan tangannya.
Alaric pun teralihkan atensi ke arah Putri Allea. Ia menyaksikan Allea yang sedikit panik mengusap-usap tangannya. Melihat hal itu, Alaric mendekat dan menyentuh tangan Allea. Ia menarik sebelah tangan Allea yang sedari tadi diusap-usap dan memperhatikan bagian pergelangan tangannya. Awalnya Alaric kira itu adalah kepala ular kecil yang asli hingga dirinya mencoba untuk menarik dan melepaskan ular tersebut. Namun, ternyata itu hanyalah seperti lukisan ular yang bergerak melingkar hingga kepala ular mengigit bagian ekor. Benar-benar membentuk seperti gelang ular berwarna hitam.
"A-Apakah itu, Alaric? Apakah ada hewan merayap di pergelangan tanganku?" Allea bertanya dalam kebingungan.
"Tidak. Ini justru terlihat hanya seperti lukisan yang bergerak merayap dan melingkar di area pergelangan tanganmu." Alaric memberi jawaban yang justru semakin membuat si pendengar bingung.
"Bagaimana mungkin lukisan bisa bergerak?" tanya Allea sekali lagi.
"Mungkin itu adalah kutukan dari Verona." Alaric mengatakan itu dengan nada pelan.
"Tapi sejak awal aku memang sudah dikutuk oleh penyihir itu," ucap Allea menanggapi.
"Kutukan lainnya. Bukankah tadi Verona berkata akan mengutuk semua wanita yang ada di Kerajaan Mandevilla?" Ucapan Alaric membuat Allea terdiam. Sang Putri tertunduk dalam sedih. Lagi.
"Mengapa penyihir sejahat ia bisa ada di dunia ini?" Allea bertanya yang jelas Alaric tidak akan pernah tahu jawabannya.
"Semuanya akan baik-baik saja, Putri. Percayalah bahwa semua ini akan berakhir dan ak–"
"Berakhir dan baik-baik saja? Baik-baik saja bagaimana? Musuh kita penyihir jahat dan bahkan penyihir yang melawannya pun kalah olehnya. Bagaimana bisa aku percaya bahwa semua ini akan baik-baik saja?" Allea meninggikan suaranya.
Sungguh, ia sudah tidak bisa merasa tenang di saat situasi kalut seperti ini. Tidak ada sedikitpun ide di dalam otaknya untuk bisa mengubah segalanya. Namun, ucapan Alaric yang seakan membuat segalanya mudah dengan berkata akan baik-baik saja membuat ia kesal. Allea dikutuk untuk bisa membuat siapapun yang dilihatnya berubah menjadi batu dan sekarang pun seluruh rakyat Kerajaan Mandevilla juga terkena kutukan yang tak kalah pilu. Allea tidak habis pikir bagaimana bisa Alaric dengan percaya dirinya berkata demikian tanpa beban.
"Allea. Sudah kukatakan bahwa ada orang yang akan membantu kita, bukan?" Alaric mencoba untuk menenangkan Allea sekali lagi.
"Siapa? Orang itu sudah kalah, Alaric. Kita sekarang bisa apa?" Allea bertanya lagi. Tubuhnya bergerak tidak tenang, ia mondar-mandir beberapa langkah ke kanan dan kiri.
Mau tidak mau, akhirnya Alaric pun menceritakan pada Allea tentang pertemuan dirinya dan Reina. Si penyihir baik yang memberikan kisah tentang adanya dimensi lain dan Kerajaan Penyihir yang ada di dalamnya.
Alaric juga akhirnya menceritakan tentang sejarah Verona hingga bisa berada di dimensi manusia dan para prajurit sihir yang sedang mencoba mengejar dan menjatuhkan hukuman terhadapnya. Alaric mencoba untuk meyakinkan Allea dengan mengatakan bahwa jika mereka bergabung dengan para prajurit sihir maka kemungkinan untuk bisa mengalahkan Verona menjadi lebih besar.
Alaric juga menceritakan apa yang didengarnya dari Reina tengang keberadaan tambang di zaman dahulu yang ditempa untuk menjadi zirah, pedang, dan senjata lainnya untuk melawan para penyihir. Ia tidak melewatkan kisah kesatria yang menggunakan senjata kebal sihir tersebut.
"Maksudmu jika kita menemukan tambang itu dan membuat persenjataan kebal sihir maka kita akan menang?" Allea bertanya.
"Mungkin tidak akan sesederhana itu prosesnya." Alaric berucap pelan.
"Kutukan itu akan terjadi saat bulan purnama dan kita hanya punya waktu sampai malam itu tiba," ucap Allea.
Alaric hampir saja melupakan hal itu. Waktu yang mereka miliki begitu terbatas sedang mereka harus mencari tambang dan menempa hasilnya agar bisa dijadikan sebagai senjata dan bahan perlindungan diri. Tentunya hal itu akan memakan waktu yang cukup lama. Alaric sempat pesimis ia bisa merealisasikan itu semua.
"Putri, kita akan bergabung dengan prajurit sihir dan tentunya mereka akan membantu kita karena itulah tujuan kedatangan mereka ke dimensi manusia." Alaric menegaskan hal yang sama sekali lagi.
Allea sebenernya cukup ragu. Namun, jika dipikir-pikir lebih panjang lagi memang lebih baik berusaha meski cukup mustahil dirasa daripada tidak berbuat apa-apa sama sekali. Setidaknya jika ada kesempatan meski hanya seujung kuku dan kesempatan kecil itu bisa mengubah keadaan, Allea harus sedikit berani untuk mengambil kesempatan itu meski apapun risikonya.
"Baiklah. Tapi, bagaimana kita bergabung dengan mereka?" tanya Allea.
"Kita harus menyelamatkan Reina terlebih dahulu." Alaric berucap.
Allea hanya mengangguk sebagai tanggapan. Alaric sudah menceritakan tentang Reina sehingga mungkin ia juga bisa menaruh percaya pada wanita itu. Meski tadi Alaric berkata bahwa pertarungan sihir di atas langit dimenangkan oleh Verona, ada kemungkinan kecil bahwa kekalahan Reina tidak membawa wanita penyihir itu pada kematian. Mungkin Reina ada di suatu tempat dalam keadaan terluka setelah kekalahannya melawan Verona. Benar kata Alaric bahwa mereka harus menemukan dan menyelamatkannya.
.
.
.🌹🌹🌹
Bersambung ~
KAMU SEDANG MEMBACA
The Prince And The Cursed Princess
FantasiaPangeran Alaric menolak lamaran dari seorang wanita asing yang tidak sengaja dijumpainya di hutan dengan alasan ia telah jatuh hati pada Putri dari Kerajaan Mandevilla. Namun, siapa sangka bila wanita asing tersebut adalah penyihir paling kejam yang...