13. Witches And Fairies.

55 8 0
                                    

Di sisi lain, Reina dan Cyanne yang sudah terbang di atas langit sejajar dengan posisi Verona berada dibuat panik karena melihat besarnya energi sihir milik sang musuh saat ini. Lingkaran sihir dan rapalan mantra dari Verona telah terselesaikan, bagian tengah dari lingkaran sihir itu pula memperlihatkan hitung mundur dari angka seratus sebagai indikator detik tersisa sampai kutukan itu dijatuhkan.

"Aku menjatuhkan kutukan pada seluruh Rakyat Kerajaan Mandevilla! Seluruh wanita di kerajaan ini akan mati di malam purnama!" Verona berteriak nyaring. Berkat bantuan rapalan sihir pula, suaranya bisa didengar hingga seluruh pelosok Kerajaan Mandevilla. Suara itu diberikan mantra sihir agar menggema di setiap telinga pendengarnya.

Melihat kejadian itu, Reina berkaca-kaca karena tidak menyangka bahwa musuhnya benar-benar penyihir kejam yang tiada tara. Sudah jelas bahwa ia tidak bisa mengalahkan Verona dalam pertarungan yang akan terjadi berikutnya. Namun, setidaknya saat ini ia akan mengulur waktu untuk menyelematkan sebanyak mungkin orang yang bisa ia selamatkan agar tidak terkena kutukan mengerikan tersebut.

Reina kemudian merapalkan sihir berupa barier, membuat benteng tak kasat mata yang melindungi dirinya dan Cyanne. Benteng tak kasat mata itu membentuk bola dan Reina serta Cyanne berada di tengah-tengahnya. Kehadiran Reina di antara prosesi penjatuhan kutukan itu membuat Verona membalikkan badan, menatap tajam pada Reina yang dianggapnya pengganggu.

Verona tahu siapa Reina. Ia adalah seorang penyihir yang merupakan murid pertama pimpinan Dewan Sihir Agung di Kerajaan Penyihir. Sosok penyihir yang benar-benar dibenci oleh Verona karena sang Pimpinan Dewan Agung lebih menyayangi muridnya daripada Verona yang jelas adalah putri kandungnya. Pimpinan Dewan Sihir Agung juga adalah seorang bangsawan, menjadikan Reina yang dari kalangan biasa ke dalam kebangsawanan mereka karena permintaan sang Ayah dan disetujui oleh kerajaan semakin menumbuhkan dengki di hatinya.

Konflik di Kerajaan Penyihir sesungguhnya bermula dari kecemburuan Verona atas Reina yang mendapatkan banyak hal yang tidak bisa ia dapatkan. Bahkan penguasaan sihir langka dan kemampuan Reina yang jauh lebih hebat membuat Verona semakin merasa tertinggal hingga kebencian pun memupuk subur di dalam dada.

Untuk menjadi hebat seperti Reina, ia pun akhirnya mempelajari sihir hitam. Sihir yang penggunaannya disertai dengan pengorbanan jiwa. Secara diam-diam, Verona menumbalkan banyak ras lain di dimensi penyihir untuk dijadikan sebagai tumbal pengisian energi serta kesuksesan dari sihir hitam itu sendiri.

Hal ini pada mulanya tidak diketahui kerajaan sampai akhirnya Verona tertolak ketika jatuh hati pada seorang Raja dan berujung pada percobaan penggulingan tahta ratu serta pembunuhan pada Putri Mahkota. Dari pertarungan pada saat penangkapan Verona, seluruh prajurit dan Dewan Sihir Agung akhirnya tahu bahwa sihir yang digunakan Verona adalah sihir hitam.

Tepat ketika Verona dijatuhi hukuman mati oleh sang Raja, ia lantas mendapat keberuntungan melalui terbukanya portal dan permintaan kontrak dari seorang manusia. Cukup sulit untuk bisa menembus portal karena sihir pembuka portal hanya bisa dibuka dari dimensi manusia. Hingga akhirnya, berbagai cara telah dilakukan dan berhasil membuat Reina dan Cyanne menembus dimensi untuk melihat keadaan terlebih dahulu dan menyembunyikan pasukan agar Verona tidak mengetahui keberadaan mereka.

Namun, di pertemuan Verona dan Reina kali ini, Verona jelas sudah punya pikiran bahwa Reina datang untuk memburunya. Oleh karena itu, Verona langsung mengeluarkan sihir menyerang. Ia merapalkan mantra hingga muncul petir berwarna merah di kedua tangannya. Petir-petir itu pun langsung diarahkan pada Reina yang tentu saja gagal karena terhalang oleh sihir benteng tak kasat mata.

"Pergilah, Cyanne. Bawa terbang sebanyak mungkin wanita di Kerajaan Mandevilla sebelum hujan dari sihir Verona turun ke membasahi mereka." Reina memberikan titah pada sahabat kecilnya. Sihir membentuk lingkaran di atas mereka bisa Reina pahami karena pernah membaca tentang hal itu. Sihir hitam yang akan membuat hujan turun dan siapapun yang terkena air hujan itu akan mendapatkan kutukannya. Mungkin, para lelaki tidak akan masalah jika terkena hujan itu karena kutukan Verona hanya ditujukan pada wanita. Maka dari itu, Reina meminta tolong kepada Cyanne untuk melakukan evakuasi sebanyak mungkin wanita yang Cyanne bisa.

"Tapi, bagaimana denganmu?" Cyanne bertanya dengan cemas.

"Aku mungkin tidak akan menang. Tapi setidaknya, aku harus melawan dan mengulur waktu hingga hujan turun agar Verona tidak mengganggu proses evakuasimu." Reina berucap tegas.

"T-Tapi ... aku tidak ingin Reina terluka," kata Cyanne mengedipkan matanya dengan berkaca-kaca. Ukuran tubuh Cyanne yang kecil dan suara melengkingnya saat berbicara membuat kesan yang lucu hingga Reina tersenyum gemas dan menyentuh pipi kecil Cyanne dengan ujung kuku.

"Pergilah. Aku akan baik-baik saja." Reina berkata yang tentu saja meragukan. Namun, Cyanne tidak mungkin hanya diam saja saat teman baiknya sedang berjuang melakukan segala hal.

Akhirnya, Cyanne mengangguk mantap dan memutuskan keluar dari benteng tak kasat mata untuk menyelamatkan banyak orang semampunya. Verona yang melihat peri kecil itu ikut campur sekali lagi mengarahkan petir merah untuk menghentikannya. Namun, Reina dengan cepat menggagalkan sihir Verona. Ia melesat di atas langit dan menghadang sihir milik Verona. Situasi kalut itu semakin bertambah panas. Pertarungan antara dua orang penyihir pun tak dapat dihindarkan.

"Hahaha! Bodoh sekali kau, Reina! Untuk apa peri kecil itu mencoba untuk menyelematkan banyak orang. Dalam hitungan seratus detik, semua wanita di Kerajaan Mandevilla akan tetap terkena kutukan!" Verona berseru dengan wajah pongah.

"Penjahat sepertimu baiknya segera dihukum mati oleh kerajaan!" seru Reina marah sebagai tanggapan.

Sekali lagi, pernyataan Reina justru ditertawakan oleh Verona yang merasa dirinya lebih tinggi dibandingkan musuhnya. Ia juga merasa bahwa level Reina saat ini sudah jauh lebih lemah dibanding dirinya. Bagi Verona, Reina hanyalah seekor semut yang bisa ia tumbangkan dalam sekejap mata. Namun, hal itu tidak akan menarik jika musuhnya tidak menderita. Verona terbesit pikiran jahat untuk membuat Reina tersiksa terlebih dahulu lalu mati secara perlahan-lahan di waktu berikutnya.

"Ya, itupun jika kau memang bisa menangkap atau membunuhku saat ini juga. Oh, atau justru kamulah yang akan mati di tanganku, Reina." Verona mengejek.

Reina menelan ludahnya dengan susah payah. Perbedaan level kekuatan di antara mereka benar-benar berbeda. Untuk sekilas, ia melirik ke bawah, melihat ke arah Cyanne yang terbang dan tubuhnya bercahaya seperti kunang-kunang.

Cyanne menaburkan bubuk peri pada setiap wanita yang disentuhnya, lalu ia hanya perlu menjentikkan jari serta memikirkan tujuan ke mana si wanita targetnya akan diterbangkan. Dengan begitu, setiap wanita yang disentuh oleh Cyanne akan terbang dan mendarat di lokasi yang sesuai dengan apa yang ada dalam pikiran Cyanne.

Reina tersenyum singkat, ia merasa bangga atas kebaikan dan keberanian sahabat kecilnya. Sehingga sekarang, ia hanya perlu fokus pada Verona.

.
.
.

Bersambung ~

The Prince And The Cursed PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang