09. Bad News.

73 6 2
                                    

Alaric ditinggalkan dalam keadaan masih terikat oleh sihir-sihir milik Verona. Mata lelaki itu berkaca-kaca, otaknya menerawang khawatir membayangkan bagaimana Putri Allea Gailarda yang akan dihampiri oleh si penyihir jahat. Sungguh, jika terjadi sesuatu pada sang putri, ia akan sangat terpukul dan tidak akan memaafkan Verona. Putri Allea adalah sosok yang amat baik hati, membantu Alaric tanpa pamrih, ia pula yang akan membantu untuk menumbangkan kekuasaan Aster ke depannya dengan rencana matang dan memberikan bantuan pasukan. Akan tetapi, jika musuh yang mereka hadapi adalah entitas yang bukan manusia, Alaric sudah tidak bisa berkata-kata.

Pikirannya tidak tenang memikirkan bagaimana cara menyelamatkan Putri Allea dan Kerajaan Mandevilla yang terlibat karena ulahnya. Mereka semua tidak bersalah tetapi harus menjadi korban juga. Alaric tidak bisa tenang. Ketidakmampuannya dalam berbuat apapun semakin menambah rasa bersalah yang terpupuk baik dalam hatinya.

"Sepertinya kita terlambat, Cyanne." Ada suara yang tertangkap oleh Alaric. Namun, ia tidak bisa menoleh sedikitpun karena sekujur tubuhnya terasa kaku. Suara tersebut adalah suara seorang wanita, terdengar dari luar ruangan dan sedang berbicara dengan seseorang lainnya yang dipanggil dengan nama Cyanne.

Ingin rasanya Alaric berteriak meminta tolong tetapi sihir yang membuat mulutnya terus terkatup rapat itu membuatnya ia hanya bisa berteriak dalam hati. Mata Alaric bergerak panik, bola matanya menyisir ke sekitar, ia ingin tahu apakah pemilik suara tadi akan masuk ke dalam ruangan. Dan benar saja, Alaric dapat mendengar adanya suara pintu yang didobrak dengan kuat hingga terdengar benturannya ke lantai. Ia juga dapat mendengar suara langkah kaki yang semakin dekat dan dekat. Hingga akhirnya, si pemilik suara benar-benar sudah tiba di samping Alaric.

"Sepertinya kau terjerat dalam sihir pengikat, Wahai Manusia." Wanita itu berbicara pada Alaric. Yang meskipun tanpa berkata demikian sudah sangat jelas kondisi Alaric sesuai dengan apa yang ia katakan.

Namun, melihat siapa yang datang menemuinya, Alaric semakin panik tidak terkendali. Matanya menatap sinis pada wanita yang baru saja menyapanya dalam raut wajah datar. Ada sorot kebencian pula yang dilontarkan Alaric terhadap si wanita. Bagaimana tidak, dalam sekali lihat saja Alaric bisa tahu bahwa wanita yang mendekat itu memiliki ras yang sama dengan Verona. Rambut bergelombang berwarna merah, hidung mancung, bibir merah dan berukuran kecil, mata berwarna biru terang, dan gaun hijau gelap serta topi kerucut dikenakan di atas kepala. Ciri-ciri yang mirip dengan Verona meski bentuk wajahnya berbeda. Wanita ini tampak lebih manis dan lebih muda. Namun, Alaric bisa memastikan bahwa wanita yang bersamanya adalah seorang penyihir.

"Sepertinya kau takut padaku karena mengetahui rasku. Kau telah banyak menyaksikan kejahatan seorang penyihir sampai mengira bahwa semua penyihir itu jahat. Tidak begitu, Wahai Manusia. Aku bukan termasuk ke dalam jajaran penyihir jahat seperti Verona." Wanita itu menjelaskan.

Tidak salah, memang itu yang Alaric rasakan. Ia menatap tajam sekali lagi pada wanita penyihir yang ada di sampingnya, mencoba menelisik apakah ia hanya berpura-pura baik atau memang benar demikian. Jika dibandingkan dengan Verona, wanita ini memang memiliki pandangan yang lebih teduh, dilihat dari cara berbicaranya yang lembut sepertinya ia juga bukan tipe pemarah. Oh, Alaric baru saja menyadari bahwa ada kehadiran seseorang yang lain di sekitarnya. Seorang peri kecil sedang duduk di atas pundak sang penyihir dan tidak berbicara. Ia hanya memandang Alaric dan teman penyihirnya secara bergantian. Seakan sedang menyimak.

Penyihir itu kemudian memberikan senyuman manis agar Alaric menjadi lebih tenang. "Jangan takut, manusia. Aku benar-benar penyihir baik yang ditugaskan untuk membereskan kekacauan yang telah diperbuat oleh Verona. Sebagai buktinya, aku akan membebaskanmu terlebih dahulu sekarang."

Penyihir itu lantas merapalkan mantra hingga membuat tangannya bercahaya. Warna cahaya yang muncul dan berpendar di sana berbeda dengan warna Semerah darah Verona. Itu berbentuk bola sihir yang warnanya putih, layaknya lampu-lampu hias di setiap jalanan kota Adenium. Putih, terang, dan membuat suasana sekitar menghangat. Ketika wanita itu telah melepaskan bola sihirnya, seketika tubuh Alaric pun terbebas dari belenggu sihir pengikat. Meja sihir yang menjadi tempat Alaric berbaring juga hilang secara tiba-tiba hingga membuat pria itu jatuh dengan punggung membentur lantai.

Wanita penyihir pun tergerak, mengulurkan tangan dan membantu Alaric untuk berdiri. Situasi di antara keduanya masih canggung. Alaric berdehem beberapa kali. Ia tidak tahu harus berbuat apa dan berbicara bagaimana dalam situasi seperti sekarang. Akan tetapi pada akhirnya Alaric bersuara, "Terima kasih."

"Kembali kasih, Manusia." Penyihir itu menjawab.

"Aku Alaric Gladiolus, jangan panggil manusia. Akan lebih baik jika dipanggil dengan nama." Alaric akhirnya memperkenalkan diri setelah dipikir kurang nyaman jika disebut dengan nama ras di antara mereka.

"Alaric Gladiolus? Maksudmu kau adalah Putra Mahkota Adenium?" Penyihir itu bertanya dengan wajah terkejut.

"Kau mengenalku?" Alaric justru balas bertanya.

"Penasihat Agung Kerajaan Penyihir mengatakan bahwa Verona akan melakukan kekacauan terhadap kerajaan itu setelah penggulingan tahta Putra Mahkota. Jadi itu adalah kau, ya. Jika Pangeran sudah terjerat oleh Verona, itu artinya Kerajaan Adenium telah berhasil dikudeta oleh orang yang menjalin kontrak dengannya. Aku tidak menyangka bahwa Verona sudah bergerak sejauh itu." Wanita penyihir itu menjelaskan panjang lebar.

"Aku tidak mengerti dengan penjelasanmu itu. Penasihat Agung Kerajaan Penyihir? Penyihir memiliki kerajaan?" Alaric menanyakan.

"Panjang ceritanya, Pangeran." Wanita itu kembali bertutur.

"Aku ingin mengetahuinya," balas Alaric.

Mendengar lawan bicaranya yang begitu penasaran, akhirnya penyihir pun menjelaskan segalanya. Bahwa dunia manusia terpisah dengan dunia dengan ras lainnya. Ada ras penyihir, peri, duyung, ghoul, dan ras lain-lain pula membentuk kerajaannya masing-masing di dimensi yang lain. Manusia yang tidak memiliki kemampuan apa-apa dalam sihir menyihir seringkali dijadikan tawanan serta budak di masa lalu. Lantas, perlakuan semena-mena bangsa ras lain membuat geram manusia yang selalu dijadikan sebagai ras terlemah dan tertindas. Manusia kemudian membentuk perserikatan raja-raja untuk pertama kalinya dan menggembleng banyak kesatria untuk memerangi penyihir dan ras lain yang datang untuk melakukan penindasan.

Seiring berjalannya waktu, kesatria-kesatria hebat itu menemukan banyak tambang yang bisa dijadikan senjata dan memiliki kemampuan sebagai penangkal serangan sihir. Sejak persenjataan kaum manusia semakin kuat, banyak korban berjatuhan bagi ras lain hingga terpojok. Sejatinya, manusia tidak akan pernah menindas atau memojokkan ras lain jika tidak diganggu terlebih dahulu.

Seorang penyihir baik, Ratu dari Kerajaan Penyihir di masa lampau pun akhirnya memutuskan untuk melakukan perjanjian darah dengan seluruh ras yang ada agar saling tidak ikut campur lagi serta memisah-misahkan dimensi agar masing-masing ras bisa hidup dengan cara mereka tanpa adanya lagi pertarungan antar ras yang tidak berguna. Hal ini disetujui sehingga setiap dimensi dari ras berbeda memiliki pelindung tak kasat mata yang masing-masing rasnya tidak akan mampu untuk melihat apalagi menembusnya.

"Lantas, apa hubungan ceritamu itu dan keadaan di Adenium sekarang?" Alaric mempertanyakan.

"Penghalang dimensi dirusak oleh sebuah mantra pembuka portal yang mengakibatkan penyihir bisa datang ke dunia manusia dan begitupun sebaliknya. Manusia-manusia yang melihat peri kecil tersesat di dunia mereka jadi menangkap dan melakukan perbudakan. Begitu pula penyihir yang melakukan perbudakan manusia demi keuntungan mereka sendiri." Penyihir itu menjelaskan.

"Jadi, kau datang kemari untuk kembali mengamankan tatanan itu?" tanya Alaric serius.

Anggukan kepala diberikan kepadanya. "Benar, Pangeran. Verona adalah penyihir jahat yang sudah lama menjadi buronan negeri penyihir. Ia putri bangsawan penyihir yang hendak menggulingkan ratu karena cintanya ditolak oleh raja. Akhirnya ia bertindak semena-mena dan melakukan pembunuhan terhadap para Putri Kerajaan Penyihir. Namun, semenjak adanya portal antar dimensi, Verona lari dan mendirikan tempat di dunia manusia bersama para pengikutnya."

Sekarang, Alaric jadi sangat mengerti tentang segalanya. Pertambangan yang dikelola oleh Verona beserta penyihir-penyihir lain serta jantung gadis-gadis muda Kerajaan Adenium yang dijadikan sebagai makanan berfungsi untuk memberikan kehidupan serta amunisi agar sihirnya selalu kuat. Verona sejatinya adalah penjahat di dimensi aslinya.

.
.
.

🌹🌹🌹

Bersambung ~

The Prince And The Cursed PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang