19. Hiding Place.

21 6 0
                                    

Berkat dilumuri oleh bubuk peri dari sisa-sisa energi Cyanne yang rupanya masih cukup untuk tiga orang, Alaric dan dua kesatria Mandevilla bisa terbang bersama dengan Cyanne dalam kecepatan tinggi. Ketiga manusia yang baru merasakan terbang itu pun terkagum-kagum pada kekuatan yang Cyanne punya.

"Lihatlah kekuatanku yang menakjubkan ini! Haha! Kau tidak bisa lagi mengejekku!" Cyanne terbang di samping pipi Vubert dan mengejeknya.

"Tidak sehebat sahabatmu yang sedang terbaring sakit di kamar paviliun." Respon Vubert masih sama dinginnya. Kekesalan Cyanne pun kembali muncul hingga tangan kecil peri itu bergerak dan membuat tubuh Vubert jatuh ke tanah dengan kuat. Bunyi benturan antara tubuh Vubert dan tanah pun terdengar cukup keras. Bisa dipastikan bahwa itu menyakitkan apalagi Vubert dijatuhkan dalam posisi telentang.

Alaric dan Joan terhenti terbangnya karena Cyanne yang mengontrol arah terbang sedang diam di melayang di atas tubuh Vubert yang telentang dan mengaduh sakit di bagian punggungnya. Alaric tidak bisa mendengar apa yang dikatakan oleh kedua orang itu yang jelas masing-masing pihak sama-sama saling menunjuk dengan jari telunjuk. Alaric hanya bisa saling pandang dengan Joan lalu mengedikkan bahu bersama-sama.

"Hei! Kita tidak ada waktu untuk bergaduh!" Joan berteriak menghentikan pertengkaran kecil tak berguna yang terjadi di antara rekannya tersebut.

Cyanne terbang dengan wajah masam ke arah Alaric dan Joan yang masih mengudara tinggi. Wajah wanita peri itu masih cemberut, kerutan di keningnya bisa terlihat ketika jarak di antara mereka sudah dekat.

"Dia dulu yang mulai." Cyanne mengeluh.

"Meski begitu, kita harus bergegas, Cyanne." Alaric menanggapi.

"Bisakah kita tinggalkan saja Vubert di sini?" tanya Cyanne sambil memandang Vubert yang masih berdiri di permukaan tanah dan memandang ke lokasi mereka di atas. Tanpa kehendak dari Cyanne, pria itu tidak akan bisa terbang sepertinya.

"Cyanne." Alaric hanya menyebut nama peri itu. Cyanne mengerti bahwa ia tidak bisa melakukan itu sehingga ia kembali menjentikkan jari dan membuat Vubert kembali bisa terbang bersama mereka.

Cemberut di wajah Cyanne kian kentara. Joan pun akhirnya menegur Vubert agar tidak membuat kesal peri kecil itu. Rencana mereka jadi terlambat terlaksana jika sampai sepanjang perjalanan hanya diisi oleh kegaduhan tak penting dari mereka berdua. Akhirnya, sepanjang perjalanan dan menit waktu berlalu, mereka terbang dalam hening. Tidak ada satupun percakapan dan tidak ada cegatan dari siapapun selama perjalanan. Mereka melintasi perhutanan dan mendarat di depan sebuah mulut goa.

"Apa mereka bersembunyi di dalam goa ini?" Alaric bertanya.

"Tidak," jawab Cyanne singkat.

"Lalu di mana?" Pertanyaan Vubert itu tidak mendapatkan jawaban. Vubert menganggap bahwa kekesalan Cyanne yang membuat peri kecil itu tidak mau menjawab.

Tidak ada pembicaraan lagi dan Cyanne kemudian hanya terbang ke sisi kanan goa. Di sebuah batu yang tertutup oleh rumput hijau, Cyanne menyingkirkan rumput itu perlahan ke samping. Di hadapan Alaric, Joan, dan Vubert, batu yang ditatap cukup lama oleh Cyanne hanyalah batu biasa. Ketiganya memandang aneh pada Cyanne yang justru mengetuk batu tersebut sebanyak sepuluh kali entah untuk tujuan apa.

"Apa yang kau lakukan?" Joan bertanya karena penasaran.

Hal selanjutnya yang dilakukan Cyanne hanyalah terbang ke depan mulut goa bersama dengan tiga manusia yang sudah berdiri juga di depan tempat yang sama. Cyanne kemudian menjawab, "Memberi sinyal."

"Sinyal?" Vubert bertanya mengulang.

"Aku bukan Reina yang bisa merapalkan mantra untuk membuka segel lokasi tempat bersembunyi ini sehingga aku perlu memberi sinyal dengan mengetuk batu yang merupakan kunci segel agar penghuni di dalam yang membukakan segelnya." Cyanne menjelaskan.

Meski tidak begitu mengerti, setidaknya Alaric dan dua kesatria Kerajaan Mandevilla itu sedikit memiliki bayangan tentang apa yang dikatakan oleh Cyanne. Mereka berpikir mungkin goa hanyalah kamuflase untuk menutupi sesuatu lain yang ada di dalamnya. Dan karena ini adalah sesuatu yang berurusan dengan sihir, sudah tentu akan ada keajaiban setelahnya.

Sedangkan Alaric justru mengingat moment ketika dirinya pertama kali menyaksikan sihir dengan mata kepala. Ia teringat pada sebuah ruangan kosong di rumah Verona kala itu. Di dalam ruang kosong tersebut hanya ada sebuah cermin yang ternyata adalah pintu utama menuju ke pertambangan rahasia yang dikelola oleh banyak penyihir.

Alaric pun terpikirkan pada hal yang sama bahwa goa hanyalah sesuatu untuk menutupi tempat lain yang ada di dalamnya. Jika sebelumnya pintu masuk ke pertambangan milik Verona menggunakan cermin, mungkin di tempat ini ada hubungannya dengan batu yang tadi diketuk sepuluh kali oleh Cyanne.

Dan benar saja, hanya dalam hitungan detik, mulut goa tiba-tiba bergerak. Pandangan setiap orang yang ada di sana seakan melihat permukaan air yang bergerak-gerak karena adanya gelombang. Begitu pula mulut goa tersebut. Seakan hanya hasil refleksi di atas permukaan air meski sesungguhnya tidak ada sedikitpun air di lokasi mereka saat ini.

Cyanne yang sudah terbiasa dengan pemandangan seperti itu pun melintas melalui gelombang di mulut goa. Ia masuk terlebih dahulu dengan terbang begitu cepat. Lagipula, ia juga yakin bahwa tiga orang yang bersamanya itu juga akan menyusul jika ditinggal masuk lebih dulu.

Dugaannya memang tidak salah. Melihat Cyanne sudah masuk dahulu, Alaric pun memutuskan untuk ikut masuk ke dalam. Rasanya masih sama seperti ketika ia melintasi cermin milik Verona. Ketika tubuhnya sudah berada di sisi yang lain dari gelombang di mulut goa, ia melihat pemandangan yang cukup mirip dengan pertambangan milik Verona.

Tidak jauh berbeda, bagian dalamnya juga tampak seperti goa asli tetapi sangat luas seperti aula utama istana serta dipenuhi lampu-lampu terang. Di bagian dasar ada banyak kamp dari orang-orang berambut merah. Wanita dan pria, mereka sedang mengobrol dan memanggang hewan untuk disantap. Beberapa lainnya membaca buku di sebelah tenda dan beberapa lainnya lagi sedang mengadu kekuatan sihir dalam skala yang kecil sehingga tidak menimbulkan guncangan apa-apa.

Vubert dan Joan yang juga mengikuti langkah Alaric pun dibuat terkejut dan terheran melihat apa yang ada di dalam. Dinding goa yang terbuat dari bebatuan itu juga menjadi cantik karena adanya kemerlap cahaya yang terbuat dari sihir. Lampu-lampu itu bisa terbang menerangi setiap sudut ruangan. Pemandangan di dalam goa justru sangat cantik. Apalagi ada lampu terbang yang melayang di masing-masing orang yang baru saja datang. Lampu itu akan menerangi jalan setiap orang yang akan pergi ke manapun selama berada di area goa.

"Ini adalah teman-temanku. Bukan teman sesungguhnya, tapi anggaplah begitu." Suara melengking Cyanne yang entah berbicara kepada siapa pun terdengar.

Alaric menoleh ke sumber suara dan mendapati Cyanne berada di sebelah kanan dari lokasinya masuk dan sedang berhadapan dengan seorang pria tinggi besar dan mengenakan zirah berwarna hitam. Lelaki itu tampak tegas, gagah, dan tatapannya tajam ketika ia menoleh ke arah Alaric dan membuat keduanya saling pandang. Postur tubuh dan cara lelaki itu berdiri seakan memperlihatkan bahwa ia pria yang kuat. Alaric menebak jika orang itu adalah pimpinan di kamp ini jika dilihat dari wibawa dan aura yang dipancarkan.

.
.
.

🌹🌹🌹

Bersambung ~

The Prince And The Cursed PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang