18. The Plan.

23 7 1
                                    

Selama Reina masih dirawat oleh tabib yang ada di dalam, Cyanne menjelaskan kepada Alaric dan dua orang kesatria Kerajaan Mandevilla tentang pesan yang disampaikan oleh Reina sebelum kehilangan kesadarannya. Bahwa mereka harus pergi menemui lokasi bersembunyi beberapa prajurit sihir dan melapor tentang segala hal yang telah terjadi. Mereka juga harus memberikan laporan sesegera mungkin tentang parahnya kekacauan yang ada di dimensi manusia kepada Kerajaan Mandevilla agar pasukan sihir bisa segera bertindak untuk menghentikan kekacauan besar yang telah terjadi.

Mereka saat ini benar-benar tidak diuntungkan dan berpacu dengan waktu hingga kutukan itu terlaksanakan. Verona harus bisa dilumpuhkan sebelum malam purnama tiba. Oleh karenanya, Alaric tidak perlu berpikir dua kali tentang menemui prajurit sihir dan menyampaikan informasi sekaligus meminta bantuan terhadap mereka.

"Jadi, kita harus segera melapor kepada prajurit sihir yang ada di sana, bukan begitu?" Alaric memastikan.

"Tidak juga. Aku akan pergi ke sana sendirian karena akan berbahaya jika manusia seperti kalian ikut dan kita dicegat oleh Verona." Cyanne memaparkan.

"Bukankah justru lebih berbahaya lagi jika anak kecil sepertimu yang pergi sendirian?" Mulut Vubert sepertinya memang sudah pedas dari setelannya. Itu yang pertama kali Alaric pikirkan tentang salah satu kesatria khusus pelindung Putri Allea tersebut. Ia benar-benar tidak habis pikir seorang kesatria akan berbicara cukup frontal dan tanpa basa-basi serta formalitas terhadap siapapun. Namun, jika diingat lagi, Vubert justru bersikap cukup sopan sebelumnya terhadapnya meski hanya interaksi singkat.

Ah, abaikan perihal Vubert sekarang. Alaric fokus lagi ke arah Cyanne yang sudah menunjukkan ekspresi marahnya. Meski ukuran tubuhnya kecil, tapi wajah dan badan Cyanne berbentuk seperti orang dewasa.

"Usiaku sudah 112 tahun. Aku bukan anak kecil lagi!" Cyanne berseru, suara melengkingnya terdengar khas dan membuatnya lucu. Apalagi wajahnya yang mengembangkan pipi dengan ekspresi marah sambil terbang di hadapan wajah Vubert. Itu terlihat menggemaskan jadi mungkin wajar jika Vubert akan menganggap Cyanne seperti anak kecil.

"Wah, ternyata kecil-kecil begitu kau adalah nenek-nenek rupanya." Ucapan Vubert itu pun kembali berhasil membuat emosi Cyanne memuncak.

"Manusia sialan! Aku benci terhadapmu!" Cyanne berteriak marah.

"Sudah cukup." Joan menjadi penengah diantara kekacauan yang sebenarnya tidak penting tersebut.

"Cyanne, meskipun kami manusia biasa. Tapi setidaknya kami bisa memberikan waktu padamu untuk kabur jika dihadang oleh Verona. Kami mungkin akan kalah tetapi ketahuilah, Verona tidak akan membunuhku." Alaric menjelaskan.

Mengingat Alaric yang disukai oleh Verona dan sebelumnya ia hendak dibunuh tetapi diurungkan, tentu saja Verona tidak akan membiarkan Alaric mati begitu saja. Tujuan utama Verona adalah membuat Alaric putus asa dengan kematian warga Mandevilla juga Putri Allea hingga penyihir jahat itu berpikir jika ia bisa mendapatkan Alaric jika melakukan hal demikian. Ia akan datang merangkul Alaric kembali dan mencuci otak Alaric sekali lagi yang sempat gagal.

Selain itu, jika di perjalanan nanti ia dicegat oleh Verona, ia hanya perlu menyembunyikan Cyanne dan berpura-pura tidak bersama dengan peri itu. Alasan yang akan bisa diterima karena Cyanne bisa menerbangkan orang lain ke suatu tempat yang ia mau.

Cyanne berpikir panjang terlebih dahulu hingga membenarkan apa yang dijelaskan oleh Alaric. Setidaknya ada orang yang akan melindunginya sehingga ia bisa merasa lebih aman. Berbeda dengan menggunakan sihir yang bisa memindahkan diri hanya dalam hitungan detik, proses terbang menuju lokasi yang jauh menggunakan bubuk peri bisa memakan waktu hitungan menit.

Ketika Cyanne memindahkan ribuan wanita di Kerajaan Mandevilla ke perbatasan dengan kerajaan tetangga, hanya membutuhkan puluhan detik untuk tiba di sana karena lokasi yang tak cukup jauh. Sedangkan keberadaan lokasi prajurit sihir harus melintasi beberapa kerajaan lain. Rasanya memang akan lebih aman jika ia pergi bersama Alaric dan dua rekannya.

"Baiklah kalau begitu. Aku setuju meski aku terpaksa bersama dengan manusia menyebalkan." Cyanne berkata sambil berpaling muka. Si peri kecil itu sepertinya masih tersinggung akibat ucapan Vubert sebelumnya.

Namun, perjalanan mereka tidak dapat dilaksanakan begitu saja karena masih ada banyak hal yang tak boleh luput dari perhatian di saat ini yaitu kondisi Kerajaan Mandevilla itu sendiri. Kepanikan di seluruh penjuru kerajaan, ketidaksiapan dan kekacauan dalam istana. Jika mereka ingin bergabung dengan prajurit sihir melawan Verona tentunya mereka harus membuat pihak Kerajaan Mandevilla itu sendiri dalam kondisi siap untuk melawan musuh. Hal ini perlu ditata sampai sebelum malam purnama itu tiba.

"Selama kita pergi untuk menemui prajurit sihir dan meminta bantuan, harus ada di istana yang dapat mengakhiri kekacauan saat ini." Alaric berpesan, memandang serius pada dua kesatria yang bersamanya.

"Jangan khawatir, Pangeran Alaric." Suara seorang pria yang lain berucap.

Cyanne, Alaric, Vubert, dan Joan pun menoleh ke sumber suara. Terlalu fokus pada perencanaan mereka sendiri sampai tidak mengetahui kedatangan orang lain di antara mereka. Sang Penasihat Agung Istana datang bersama dengan Putri Allea. Sepasang mata Allea masih tetap tertutup oleh kain putih yang merupakan kravat milik Alaric. Keduanya lantas menghampiri Alaric dan sang Penasihat Agung membungkukkan badan sedikit sebagai bentuk salam.

"Kami sudah mendengar percakapan kalian sejauh ini, Alaric." Allea berucap.

"Aku dan Cyanne serta butuh bantuan dari kesatria ini untuk menempuh perjalanan menemui prajurit sihir." Alaric memberikan sedikit kesimpulan.

"Aku mengerti. Apa yang terjadi di Mandevilla saat ini sebisa mungkin akan kutangani. Ayahanda sedang tidak bisa memimpin dan memperbaiki keadaan. Maka, akulah yang harus menggantikan." Allea menjelaskan dengan bersungguh-sungguh.

Mandevilla tidak memiliki seorang ratu karena ibunda Allea sudah lama tiada. Setelah Raja Magne berubah menjadi patung batu, tentunya tugas kerajaan haruslah menjadi tanggung jawab bagi Allea.

"Tapi, apakah kau akan baik-baik saja, Allea?" Alaric khawatir. Allea masihlah seorang gadis yang mungkin belum memiliki pengalaman dan potensi untuk memimpin suatu kerajaan. Tetapi, keteguhan dan kesungguhan dari ucapan Allea sepertinya menunjukkan bahwa gadis itu lebih dari sekedar mampu.

"Ini adalah kerajaanku, Alaric. Ada seorang jenderal perang yang setia dan tidak akan meninggalkan Mandevilla apapun yang terjadi. Ia yang akan mengkoordinasikan prajurit ke depannya nanti. Kau fokuslah pada tujuan utamamu saat ini." Allea kembali memberikan penjelasan.

Alaric menatap sendu pada Allea untuk sesaat. Masih tersirat di dalam hatinya rasa bersalah yang teramat dalam dan simpati yang besar terhadap gadis yang dicintainya. Allea terlalu banyak menderita hanya karena pernah menyelamatkan Alaric dan dicintai olehnya. Dari lubuk hati yang terdalam, ada tekad yang ditanam kuat-kuat bahwa ia akan menyelamatkan Kerajaan Mandevilla dan memperjuangkannya lebih dari memperjuangkan Kerajaannya sendiri.

"Maafkan aku, Allea," ucap Alaric. Nada suaranya benar-benar tersirat kesedihan.

Allea menggeleng pelan. "Tidak ada yang perlu dimaafkan, Alaric. Ini bukan salahmu."

Meski sudah dikatakan begitu, tetap saja Alaric tidak bisa menerima. Namun, ia tidak lagi memberikan tanggapan terhadap ucapan Allea tersebut. Alaric hanya mendekatkan diri lalu memberi sebuah pelukan singkat tanpa permisi. Allea tersenyum karenanya, ia dapat mengerti sebesar apa tanggung jawab yang diemban oleh lelaki itu. Lantas, ia dan Penasihat Agung pun mulai mempersiapkan diri untuk memperbaiki situasi di Mandevilla. Sedangkan Alaric, ia pergi bersama dengan Cyanne dan dua kesatria untuk menemui tempat persembunyian prajurit sihir yang disebutkan oleh Reina.

.
.
.

🌹🌹🌹

Bersambung ~

The Prince And The Cursed PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang