Bagian 1

58 5 5
                                    


Berawal dari sebuah pertengkaran kecil dan sepele, tak terduga bahwa peristiwa itu akan menjadi pangkal cerita menarik dalam hidupku. 

Hari ini, dalam gemuruh langkah-langkah penuh harap, aku akan melangkah sebagai seorang mahasiswa baru. 

"Nama ku Anastasya Putri Gumara biasa di panggil Acha," 

Sejatinya hanyalah rangkaian kata, namun mengandung beban makna dari dua dunia yang saling berpapasan dalam namaku. 

"Ayahku, Bagas Setya Gumara, dan ibuku, Arini Putri Setyawan," adalah tiang dalam perjalanan hidupku.

Tidaklah terpungkiri, di umur 16 tahun adalah pertaruhan yang ditempuh dengan kecepatan yang jarang terjadi. Langkah-langkahku terlalu tergesa, memasuki pintu gerbang universitas sementara teman-temanku melangkah dengan umur 17 tahun. 

Nilaiku yang melambung tinggi mendorongku melewati dua tahun SMA dalam sekali hela napas. Tidak sebatas kemampuan belajarku yang mengagumkan, ini juga mewakili pilihan hidup yang membuatku menempuh jalan yang berbeda.

Pergulatan antara kelebihan dan perbedaan ini membentuk landasan kisah kita. Seiring waktu, kita menyadari bahwa perbedaan tidak selalu menjadi jurang, kadang-kadang ia adalah jembatan yang menghubungkan. 

Kita belajar melihat satu sama lain dengan mata yang lebih dalam, melampaui sekadar pertengkaran dan perbedaan usia. Dan di tengah-tengah perjalanan ini, kita menemukan cerita unik yang tak pernah kita rencanakan sebelumnya.

Pertengkaran tak terduga itu merobek senyum yang selama ini menyatu dengan kisah persahabatan kami. 

"Argantara Dharma Yarafha, yang akrab disapa Arya," merupakan satu-satunya sahabat laki-laki yang menyimpan segala rahasia dan cerita kekanakan dalam hidupku. Sejak aku masih berusia 5 tahun, Arya sudah menjadi temanku yang usianya terpaut dua tahun di atasku. Kami menjalin ikatan yang tumbuh dengan riang dan keceriaan masa kecil.

Dia adalah pribadi yang mengerti betul sifat kekanakanku dan manjaku. Di setiap titik kebahagiaan maupun kesedihan, Arya selalu berada di sisiku. Keberadaannya begitu penting bagiku, dan tak seorang pun bisa menyamainya. Dia adalah cahaya yang menerangi setiap sudut gelap dalam hidupku, seorang sahabat yang selalu siap menemani dan memberikan dukungan penuh. Kebaikannya tak terbandingkan, begitu tulus dan hangat. Meski begitu aku sama sekali tidak menyukai Arya karena aku telah lama menetapkan Arya sebagai kakak.

Tentu saja, sebagai sahabat terbaiknya, aku paling paham dengan sifat playboy Arya yang kerap terlibat dengan banyak wanita. 

Namun, aku sering dianggap oleh teman-temanya Arya sebagai "pacar palsu" walaupun begitu aku bahkan tak pernah memandanginya dengan cara yang lebih dalam. Aku membiarkan semua itu berlalu begitu saja dan tetap menjaga kedekatan kami yang tak ternilai. Sering kali, menjadi "tumbal" Arya untuk menyudahi hubungannya dengan kekasihnya saat itu.

Namun, pertengkaran tak terduga itu datang pada sore hari menjelang perjalanan baru sebagai mahasiswa. 

*Besok adalah hari pertama kuliah kami."

Rentang Ragu dalam RelasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang