Aku hanya menggeleng, masih terlalu terhanyut dalam emosi yang menguasai diriku. Meskipun tak banyak yang bisa ku ungkapkan, kehadirannya memberi sedikit kenyamanan di tengah situasi yang kacau.
Tak lama setelah itu, suara langkah kaki lainnya terdengar semakin dekat. Arya muncul di lorong, mencari-cari keberadaanku.
Namun, aku tak ingin berbicara dengannya saat ini. Perasaan kesal yang masih membekas membuat hatiku tak sanggup menghadapinya.
Arya mendekatiku dengan napas terengah-engah, wajahnya memperlihatkan rasa cemas dan penyesalan yang mendalam. Namun, aku tetap memilih untuk tidak berkata apa-apa.
Aku terlalu terluka dan bingung untuk mengekspresikan semua perasaanku kepada Arya. Pandanganku tetap tertuju pada Kak Arkhan yang berada di dekatku.
Saat itu, Kak Arkhan membantuku berdiri dengan lembut dan hati-hati. Meskipun ragu dan tak yakin, aku berusaha berdiri walaupun kakiku terasa kaku dan sedikit gemetar.
Aku tidak akan menyangka ia membantuku bangkit dari lantai, memberikan dukungan yang tak kuasa kubayangkan. Rasa kesal yang kurasakan terhadap Arya menjadi sedikit terlupakan, tergantikan oleh rasa syukur bahwa dia ada di sampingku dalam momen ini.
Arya, meskipun terlihat penuh penyesalan, masih berusaha mendekatiku. Namun, aku menggelengkan kepala dengan lembut, memberi tanda bahwa aku tidak ingin berbicara sekarang.
Pertengkaran pun berlanjut di hadapan Kak Arkhan, yang tampak bingung melihat dinamika yang terjadi. Hatiku masih penuh dengan perasaan campur aduk, antara kesedihan, kebingungan, dan cemburu yang tak kunjung reda.
Sambil terisak, akhirnya keluar juga dari bibir inikalimat:"Arya, kenapa kamu mencariku? Aku marah denganmu, aku benci kamu. Pergi sana, aku tidak mau bicara denganmu. Aku bisa pulang sendiri."
Perasaan marah dan kekecewaanku terlontar dalam kata-kata pahit yang terucap dari bibirku.
Semua perasaan yang selama ini kusimpan keluar begitu saja, seperti air terjun yang mengalir deras.
"Iya memang sedikit kekanakan bukan?"
Itulah sifat egois yang aku punya dan arya sering kali menjadi sasaran kemarahanku, akan tetapi tetap saja ini pertama kalinya Arya membentakku.
Arya merasa putus asa, penyesalan yang jelas terpancar dari matanya.
"Acha, maafkan aku," gumamnya dengan suara rendah.
"Aku benar-benar menyesal. Aku tahu aku salah dan tidak seharusnya mengabaikanmu. Aku tidak bermaksud membuatmu kesal atau marah. Aku hanya ingin bicara denganmu." Namun, aku masih terlalu tersakiti untuk mendengarkannya.
"Bunda udah telfon kamu dari tadi, Cha. Dia pasti khawatir karena sudah malam. Besok kita harus bangun pagi untuk ke kampus," ucap Arya dengan suara yang lebih lembut, mencoba meredakan situasi yang memanas.
Kak Arkhan turut berusaha menenangkanku dan membujukku agar aku mau menerima tawaran Arya untuk membuatku pulang.
Namun, meskipun hatiku mulai melembut, perasaan cemburu dan kesal masih menggebu di dalam diriku. Aku ingin merasa tenang dan diberi pengertian, bukan hanya oleh Kak Arkhan dan Arya, tetapi juga oleh diriku sendiri. Kembalinya kami ke jalanan yang penuh cahaya lampu jalan mengisyaratkan bahwa semalam ini harus berakhir, namun perjalanan emosional ini mungkin baru saja dimulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rentang Ragu dalam Relasi
Romance"Rentang Ragu dalam Relasi" mengisahkan tentang ikatan kuat persahabatan antara Acha dan Arya, dua sahabat sejak kecil yang melewati beragam cobaan bersama. Ketika rahasia dan perasaan tersembunyi mulai timbul, hubungan mereka diuji oleh perbedaan p...