"BAB. XXII"

80 18 2
                                    

Kyungsoo merasa situasi itu sedikit canggung, dia lalu bangun dan mengajak Lisa ikut denganya. Lisa yang awalnya tertarik pada situasi antara Sehun dan Sejeong menghela nafas kecewa dan mengikuti Kyungsoo meninggalkan mereka. Dia sedikit peka dan merasa bahwa harus memberikan mereka ruang.

"Bukannya kau memberikan buku itu untuk kubaca?" Sejeong balik bertanya.

"I...iya ta..tapi, tidak-tidak kau belum menjawabku. Apa kau membacanya?" Tanpa sengaja Sehun meninggikan suaranya membuat Sejeong terkejut.

Sejeong menundukkan pandangannya, raut sedih dari wajahnya itu terlihat jelas. Dia bingung, kenapa Sehun harus beraksi berlebihan seperti itu. Apa sekarang, Sehun berharap kalau dia tak membacanya dan tidak menganggap kalau Sehun itu gila.

Hahahaha~

Suara tawa Sejeong lagi-lagi membuat meja Sehun menjadi pusat perhatian, dia mengusap air matanya sembari mengontrol tawanya sendiri. "Maaf, aku tak bisa menahan tawaku. Kau harus lihat ekspresimu tadi, kau lucu sekali" ledeknya.

"Kau tenang saja, aku tak membacanya. Awalnya, aku penasaran tapi sepertinya tidak etis membaca buku diary orang lain" celotehnya berbohong.

Sehun lalu menghela nafas lega, lalu tertawa canggung menanggapi ledekan Sejeong. "Huh, lagipula aku juga bisa menebak apa yang kau tulis. Kau pasti menulis isi hatimu disana bahwa kau sangat mencin..." Sejeong menghentikan ucapannya itu, lagi-lagi dia melewati batas. Dia tak boleh menggunakan perasaan oranglain sebagai candaan.

Sehun yang mendengar itu mengangguk pelan dan tak mengucapkan sepatah katapun. Dia memalingkan wajahnya sembari menyeruput minumannya. Tentu saja dia tersinggung, mendengar Sejeong dengan mudah meledeknya. Seolah-olah perasaannya adalah hal yang sepele baginya.

"Apa aku tak boleh membacanya?" Tanya Sejeong mengalihkan topik.

"Apa ingatanmu sudah kembali, belumkan? Itu sebabnya kau tak boleh membacanya" jawab Sehun.

"Bagaimana kalau aku tetap membacanya meskipun ingatanku belum kembali?" Sejeong balik bertanya, raut wajahnya serius dan dingin.

Sehun terdiam, dia tak tahu harus memberikan respon seperti apa. Wanita didepannya itu terlihat licik dan labil.

Sehun lagi-lagi menghela nafas, "kau mungkin menganggap ku gila" tebaknya.

"Biar ku ganti pertanyaanku, bagaimana  kalau aku juga mencintaimu? Apa sekarang kau yang akan menganggap ku gila?"

Deg~

Seolah-olah waktu terhenti begitu saja, tatapan Sejeong sambil mengatakan pertanyaan aneh itu begitu nyata. Wanita yang tadi mengusili nya seketika berubah seperti itu membuat bulu kuduk Sehun berdiri.

Brrr~

Apa Sejeong memang dari dulu menyeramkan seperti ini? Kenapa aku merasa melihat Sejeong di era yang sama denganku? Kim Sejeong di tahun 2021, wanita yang perkataannya mengandung pisau dan jebakan. Tatapannya seperti sihir, menghentikan waktu disekitarnya dan membuat sesak tak bisa berdalih.

Sehun lalu tersenyum, meski ada raut takut mengikuti senyuman palsunya itu. "Lalu apa lagi yang perlu di khawatirkan? Dua orang yang saling mencintai bukankah ditakdirkan untuk bersama selamanya?"

Perkataan itu...

Sejeong ingat dengan jelas, dia mengatakan itu sebagai bualan untuk menerima kenyataan yang berdatangan dengan undangan pernikahan Chanyeol yang dia titipkan pada Sehun untuk diberikan padanya. Dia semakin yakin, bahwa Sehun juga datang dari masa depan. Mereka berdua yang membawa kesalahpahaman dari era sana, akhirnya berjalan di poros yang benar dan akan membawa mereka bertemu satu sama lain. Sehun mengira dia kembali untuk menyelamatkan Sejeong dan Sejeong mengira bahwa dia kembali untuk memperjuangkan cinta ke Chanyeol. Salah, mereka datang dengan alasan yang sama yaitu saling menyadari perasaan masing-masing. Menghadapi ujian cinta sekali lagi.

"Rewrite" (The End)✓✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang