"BAB. XXVII"

82 19 3
                                    

Sudah seminggu Sejeong hilang tanpa kabar apapun, dia hanya menyuruh Chanyeol mengabari kakaknya agar dia tak perlu khawatir atau kerepotan untuk melaporkan orang hilang.

Setelah itu, dia terus tinggal dan bersembunyi di asrama pria, sesekali Chanyeol datang membawanya makanan. Dia juga akan bercerita lebih dulu soal Sehun meskipun Sejeong pura-pura tak peduli dengannya.

Sedangkan, Sehun yang sudah tahu dimana Sejeong pun tak berniat mencarinya. Setelah tahu kalau wanita itu sama dengannya, awalnya dia senang tapi kemudian ingat akan kematian Sejeong di masa depan yang disebabkan olehnya, dia khawatir kalau Sejeong tahu dan membencinya.

Karena suntuk dan Chanyeol tak kunjung datang. Dia memutuskan keluar untuk sekadar membeli camilan disupermarket yang tak jauh dari asramanya. Memakai hoddie yang tentu saja kebesaran ditubuhnya, satu set dengan celana yang harus dia gulung berapa kali. Tapi, dia paling suka baju itu. Tak akan ada yang tahu dia wanita selama gundukan tak lepas dari kepalanya.

Selang beberapa menit, sebuah motor berhenti. Chanyeol turun untuk membuka pagar, belum sempat dia membuka pengait pagar itu sebuah tangan menahannya.

Dia mengeritkan keningnya menoleh kesosok pemilik tangan itu, seperti tak tertarik dia mengabaikannya. Menepis tangan itu lalu membuka pagar, "apa kita tidak bisa kembali seperti dulu, kau dan aku juga Sejeong" tuturnya.

"Aku minta maaf kalau sikapku kemarin membuatmu terbebani tapi aku tak ingin kita seperti ini. Aku rindu kita yang dulu,"

"Memangnya kita yang dulu seperti apa?" Tanya Chanyeol ketus.

"Sudah kubilang kau jangan salah paham Seung-wan'ssi, aku baik padamu karena Sejeong. Pergilah, aku muak hanya dengan melihat wajahmu" usir Chanyeol kasar.

Mata Seung-wan berkaca-kaca, "apa aku sejahat itu hanya karena menyukaimu?"

Belum juga Chanyeol menjawabnya, sebuah mobil hitam besar berhenti di depan mereka. Beberapa pria kekar turun, sekitar 6 orang dengan membawa pukulan bisbol yang terbuat dari besi.

Kaca depan mobil itu turun, seorang wanita cantik dengan kacamata hitam melambaikan tangan menyapa Chanyeol.

"Selamat malam adikku"

"Apa-apaan ini?" Chanyeol menarik Seung-wan bersembunyi dibelakangnya.

"Oho~ siapa wanita cantik yang kau sembunyikan itu, Kim Sejeong kah?" Wanita itu turun dan mendekati Chanyeol, dia memiringkan tubuhnya untuk mengintip.

"Ah, bukan ternyata. Padahal aku ingin bertemu dan berkenalan dengannya, ngomong-ngomong dia siapa? Cantik juga"

Chanyeol melangkah mundur, lalu berbalik ke Seung-wan yang sepertinya sudah ketakutan di saat melihat pria-pria itu turun.

Dia diam-diam menyelipkan ponsel di saku kardigannya, "pergi dari sini, kaburlah yang jauh setelah itu hubungi Sehun. Mengerti?" Bisiknya.

"Ta...tapi bagaimana denganmu? Si...siapa mereka..."

"Turuti saja permintaanku, cepat pergi" dia mendorong Seung-wan, wanita itu langsung berlari sambil menangis. Berat hati dia meninggalkan Chanyeol seperti ini.

Tak ada yang mengejarnya, Yuri juga tak tertarik dengan wanita itu. Chanyeol menengadah menatap jendela kamarnya, berharap Sejeong sudah tidur dan tak mendengar kegaduhan yang akan terjadi kedepannya, dia harus membuat Yuri tak bisa bertemu dengan Sejeong disituasi apapun.

"Naik sendiri atau aku terpaksa memaksamu" suruh  yuri,

Chanyeol terkekeh, "Ck, jangan mimpi" dia lalu berlari ke arah taman, dia harus menjauh dari asrama agar tidak melibatkan siapapun dalam pertempurannya sendiri.

"Rewrite" (The End)✓✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang