Pecinta Daun Muda

1.2K 120 6
                                        

Zee sepertinya salah memilih kostum untuk bertemu Nunew. Sebenarnya dia bisa saja mengganti setelan jasnya, hanya saja hari ini tidak ada baju ganti di mobilnya. Sekarang, dia  seperti CEO-CEO muda salah tempat. Di depan tempat duduknya saat ini, banyak sekali orang berlalu  lalang. Dan pakaian mereka tidak satupun yang menyerupai dirinya. Semuanya tampak santai, tak ada dasi, setelah jas, maupun sepatu mengkilat. Dia sampai malu karena setiap orang-orang yang lewat di depannya, tak lupa menoleh ke arahnya. 

Dia bisa saja pergi ke atas langsung menemui  pemilik kantor tempat Nunew magang, hanya saja dia lupa membuat janji temu. Jadinya, sekarang dia harus menunggu Nunew di depan meja resepsionis sampai jam makan siang tiba.

Pukul 12 lewat, beberapa orang keluar dari lift. Tapi di antara mereka semua, muka Nunew belum tampak juga. Dia mulai resah. Akhirnya dia menemui resepsionis lagi untuk menanyakan Nunew. Sebenarnya dia tidak enak hati karena dilihatnya si resepsionis sedang makan siang dengan temannya. 

"Maaf, saya tidak bermaksud mengganggu makan siang Anda, tapi saya sudah terlalu lama menunggu," kata Zee sopan.

Sambil menunggu si resepsionis berbicara melalui telepon, Zee tak henti-hentinya melihat pintu lift. Dia tidak mau melewatkan kehadiran Nunew walau cuma sedetik.

"Silakan ke lantai 5, Tuan. Anda bisa menemuinya di sana." Si resepsionis membuyarkan keinginan Zee melihat Nunew berjalan ke arahnya. Kalau di drama-drama mungkin di atas kepalanya akan muncul getokan palu untuk menghilangkan imajinasi-imajinasi liar yang bermunculan di kepalanya.

Sesampainya di lantai 5, dia disuguhi dengan kubikel-kubikel berjejeran tak beraturan tanpa penghuni. Dia bisa menebak semua orang sedang makan siang sekarang. Karena tidak menemukan siapapun di sana, dia kembali ke pintu lift dan kembali mengecek lantai yang dia injak. Tapi tak ada yang salah dengan lantainya. Akhirnya dia kembali berjalan menyusuri  berderet meja-meja penuh komputer dan menyerukan kedatangannya.

"Hei... apa ada orang di sini?" serunya seraya mengelilingi area lantai 5.

Tak  lama kemudian, suara kursi digeser memenuhi gendang telinganya. Suaranya tak jauh dari tempatnya berdiri. Dengan ketangkasan yang luar biasa, Zee mendekati pintu di pojok ruangan. Siapa sangka secara bersamaan dia dan Nunew membuka pintunya dan hampir membuat kepala mereka cedera karena benturan. Untung saja reflek Zee  hari ini sedang berada di level paling tinggi, kalau tidak, mereka akan sama-sama kesakitan. Sayangnya, walaupun benturan itu tidak terjadi, tapi tangan Zee sekarang berada di pinggang Nunew. Apakah posisi Nunew seperti orang kayang? Tidak. Tapi tubuh mereka benar-benar menempel dan wajah Nunew hanya berjarak  beberapa senti dari leher Zee.

"Sorry," kata Zee melepaskan tubuh Nunew dari rangkulannya.

Karena terlalu tiba-tiba, tubuh Nunew hampir saja menabrak pantry di belakangnya. "Tidak apa-apa. Maaf juga."

"Aku... saya... sedang mencari..."  Zee tidak dapat melanjutkan ucapannya, menyebut nama Nunew untuk pertama kali sangat susah sekali. Dia belum pernah seterbata-bata ini menghadapi makhluk bernama manusia manapun.

"Saya," Nunew melanjutkan kata-kata Zee.

"Kau tahu?"

"Barusan resepsionis menelepon ke sini."

"Oh..." Zee mengira Nunew juga didatangi Sang Dewi, makanya dia tahu akan kedatangannya. Ternyata dia terlalu banyak berpikir.

"Silakan duduk," Nunew menunjuk kursi di depannya. Dia menyingkirkan makanan yang baru dihabiskan setengah ke pinggiran pantry

Zee melihat itu. Dia jadi tidak enak sudah mengganggu acara makan siang Nunew.

"Saya Zee, Zee Pruk Panich," mulai Zee seraya menodongkan tangannya pada Nunew.

Your FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang