"Ayo kita menikah besok."
Besok yang dimaksud tidak bisa diprediksi. Ini sudah hari ketiga, tapi pernikahan mereka belum siap juga, padahal Zee dan Nunew tidak menuntut pernikahan mewah nan besar. Tapi si Asisten Zee punyak pikiran lain, memilih berbau keribetan daripada yang gampang. Kalau memang mau menikah cepat, mereka tinggal beli tuxedo, pergi ke pantai membawa keluarga mereka dan melakukan acara di sana. Tapi Leo selalu beralasan belum memesan bunga, memesan tempat, fitting baju, dan semua tetek bengek yang harusnya tidak terlalu penting.
Pada hari keempat, emosi Zee benar-benar memuncak pada asistennya. Dia menghentikan langkah Leo yang sedang berada di rumahnya untuk mengurus fitting baju yang harus dipakai saat acara pernikahan.
"Kau! Berhenti!" seru Zee pada Leo, mengagetkan Nunew yang sedang tidur di pangkuannya. Zee mengusap kepala Nunew, menenangkannya untuk tidur lagi. "Aku harus menikah besok!" Zee menekan kalimatnya agar Leo tahu dia sudah berada di ambang batas kesabarannya. "Kalau hari ini kau belum selesai juga, aku akan membawa Nunew kawin lari," ancam Zee.
"Bagaimana dengan undangan dan..."
"Aku tidak butuh siapapun ada di pernikahanku," potong Zee. "Apa kau juga kurang mengerti? Yang akan datang ke pernikahanku hanya orang tua Nhu, ibuku, dan kau. Berapa kali aku bilang padamu?"
"Apa Bos tidak ingin pernikahan yang indah dan bisa dikenang sepanjang masa?"
"Aku akan selalu mengenang pernikahanku selama pasanganku itu Nhu, meski pernikahanku diadakan di tanah berlumpur."
"P'Leo kalau tidak mau kena damprat terus mending turuti saja apa kata tunanganku," saran Nunew pada Leo masih dengan mata terpejam di pangkuan Zee. Dia tidak terlalu peduli bagaimana jalan pernikahan mereka. Zee dan Nunew memang sepakat tidak menggembor-gemborkan soal pernikahan mereka pada khalayak umum. Semakin sedikit orang tahu, semakin sedikit juga orang penasaran dengan hubungan asli mereka. Sebenarnya Nunew juga bukan tipe orang yang suka pesta, makanya saat Zee bilang pernikahan mereka cukup dihadiri keluarga dekat saja, dia mengiyakan saja. Yang penting mereka bisa menikah, siapapun tamunya tidak terlalu penting.
"Baiklah, aku akan menghubungi pihak hotel untuk acara sore besok. Apa oke?" kata Leo akhirnya, mengalah pada sang Bos.
-
"Phi terlalu keras pada P'Leo," ungkap Nunew dalam dekapan Zee setelah kepergian Leo.
"Kau baru kenal dia. Kalau aku lembut padanya, biasanya dia malah leha-leha. Kerjaan bukannya cepat selesai malah makin lama. Kau mau kita menikah sebulan kemudian?" sahut Zee sambil membuka kausnya, lalu kembali lagi ke samping Nunew. "Jangan pikirkan dia, sekarang aku ingin menikmati tunanganku sebelum keluarganya mengambilnya dariku." Zee mencoba melepaskan baju Nunew, tapi Nunew berguling menjauh.
"Kita tidak bertemu hanya beberapa jam besok. Paling lama setengah hari," kata Nunew mencoba menghalangi Zee bermain-main dengan bagian belakangnya.
Zee tak gentar, dia mencoba mendekati Nunew.
"Kalau Phi melakukannya, aku tidak mau menikah besok!" ancam Nunew. "Aku tidak mau berjalan ke arah Phi dengan langkah aneh. Memangnya Phi mau buat aku malu?"
Alasan Nunew memang masuk akal, tapi jangan salahkan dia kalau dia seperti serigala kelaparan. Sudah berhari-hari Nunew tidak memberinya jatah dengan alasan bagian belakangnya masih sakit. Dia juga punya kebutuhan. Alhasil dia hanya bisa berdiam diri di kamar mandi dengan air dingin mengguyurnya. Tujuannya untuk menidurkan miliknya yang tak bisa diam setiap bersentuhan dengan Nunew.
"Kemarilah," ajak Zee. "Aku tidak akan berbuat apa-apa sampai kita resmi menikah," janjinya, menarik Nunew dalam pelukannya. "Tidak ada ciuman selamat malam buatku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Future
General Fiction"Sebelum purnama bulan ini, segera temukan pemuda bernama "Nunew Chawarin" kalau kau ingin hidupmu tidak berhenti di angka 30. Dia akan menjadi obatmu sekaligus masa depanmu," ucap seorang perempuan berwajah datar dari dalam mimpi Zee Pruk. Gara-gar...