Negoisasi

1K 101 14
                                    

Pagi-pagi sekali, sebelum orang tuanya bangun, Nunew sudah berpakaian rapi menuju rumah Zee. Dia bisa saja menunggu orang tuanya bangun, tapi dia belum siap diinterogasi oleh mereka. Apalagi mereka tahu semalam bulan purnama. Pasti mereka ingin tahu keseluruhan cerita tentang belahan jiwa anaknya. Dia juga bisa saja minta jemput Zee, tapi tidak dia lakukan karena rumahnya lumayan jauh dari tempat Zee.

Sesampainya di rumah Zee, si pemilik rumah sudah menunggunya. Yah, dia sudah mengirim pesan sebelum sampai ke tempat Zee, makanya Zee sudah stand by di depan rumah. Belum apa-apa pipinya sudah memerah mengingat kejadian semalam, apalagi saat melihat Zee begitu tampan pagi ini. Tidak adil, kata Nunew dalam hati, bisa-bisanya sepagi ini dia sudah enak dipandang, padahal kita sama-sama memakai pakaian santai.

"Kau kedinginan?" tanya Zee seraya menyentuh pipi Nunew lembut. Dia pasti melihat pipi Nunew yang memerah.

"Tidak," kata Nunew membuat dirinya semakin salah tingkah karena disentuh Zee.

"Oke. Ayo masuk!" Zee mendorong Nunew masuk ke rumahnya. "Anggap saja rumah sendiri. Tidak perlu sungkan, di sini hanya ada aku."

"Phi tinggal sendiri?"

"Ya. Sudah dari 3 tahun lalu." 

"Bagaimana dengan orang tua Phi?"

"Aku meninggalkan Ma di rumah lama, biar dia juga punya privasi sendiri. Mau kopi?" Nunew menggeleng, "biasanya minum apa?"

"Susu, jus, dan lebih sering air." 

"Bayi," cibir Zee, lalu menghilang entah ke mana. Nunew hampir saja menanyakan keberadaan ayah Zee, tapi Zee terlalu cepat memotong ucapannya.

Saat Zee menghilang, Nunew mulai melihat-lihat rumah Zee. Dia tidak berharap banyak pada rumah laki-laki bujangan yang tinggal sendiri. Dalam bayangannya, rumah Zee tidak akan tertata rapi, barang-barangnya pasti diletakkan sembarangan, perabotnya juga pasti seadanya. Namun, rumah Zee tidak seperti itu. Rumahnya super-duper rapi. Semua barang berada di tempatnya masing-masing. Dan sepertinya rumah ini dari segi desain sangat dipikirkan matang-matang. Memang untuk pemilihan warnanya sangat laki-laki, dinding-dindingnya didominasi warna putih dan abu-abu. Pemilihan furniturnya juga lebih ke arah gelap, seperti abu-abu gelap dan hitam. 

"Apa aku boleh melihat-lihat keseluruhan rumah Phi?" kata Nunew menghampiri Zee yang sedang menuangkan segelas jus untuk Nunew di dapur.

"Boleh, aku siap menjadi pendamping room tour kali ini," sahut Zee sambil memberikan segelas jus pada Nunew.  

Setelah sekali sesapan pada jus delimanya, Nunew membuka kulkas dan menemukan semua  isinya dipenuhi dengan makanan sehat, dari daging-daging segar, sayur, buah, dan beberapa lainnya hanya ada bir, jus, dan air mineral. "Tidak ada cake, really?" kata Nunew sambil menyipit pada Zee.

"Aku tidak terlalu suka makanan penutup," jawab Zee seraya bersedekap dengan pinggang menyender di pantry.

"Yah... padahal itu kesukaanku," rengek Nunew seraya menghabiskan jusnya.

"Oke, aku catat."

-

Setelah berkeliling rumah Zee, Nunew dapat menyimpulkan kalau rumah ini bukan dibuat semata-mata hanya untuk kenyamanan, tapi untuk menyesuaikan kebutuhan sang pemilik juga. Bagaimana tidak, lantai bawahnya hanya ada garasi, ruang tamu, kamar mandi tamu, 1 kamar tamu, tempat gym pribadi dan dapur. Lantai  duanya lebih ke ruang pribadi Zee, karena di sana hanya ada kamar Zee, kantor pribadinya, ruang santai dengan peralatan elektronik canggih dan 1 kamar kosong yang tidak terpakai. Jadi setiap ruangan di rumah ini benar-benar dipikirkan matang-matang, bukan sekadar rumah kosong dibuat tidur.

Your FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang