Pertama Kali (18+)

1.9K 108 9
                                        

Deru angin di luar rumah Zee membuat Nunew sedikit menggigil. Pohon-pohon di sekeliling mereka tampak menari-nari seakan sedang meledek dua orang yang tak bisa masuk ke rumah. Langit juga mulai berawan membuat keduanya tidak sabar ingin ke dalam rumah. 

"Phi yakin tidak menjatuhkannya di jalan?" tanya Nunew seraya menenggelamkan dirinya ke dalam jas Zee.

Mereka sudah di luar rumah sekitar sepuluh menit. Kunci pintu rumah yang Zee letakkan di tasnya entah hilang kemana. Mereka sudah mencari-cari kunci itu di halaman dan juga mengubek-ubek tas Zee sampai isinya berhamburan. Tapi nihil. Saat menelepon orang tua Nunew, mereka juga tak menemukan kuncinya. 

"Apa kita panggil tukang kunci saja, Phi?" tanya Nunew dengan gigi gemeletuk.

"Sebentar, aku cari jalan lain dulu. Kau tunggu di sini, oke?"

Nunew mengangguk dan membawa tas Zee ke kursi teras. 

Zee memutari rumahnya menuju halaman belakang. Semua pintu dan jendela belakang terkunci rapat. Dia sudah kehabisan akal. Dia sudah akan kembali ke tempat Nunew ketika jendela lantai atas berderak tersapu angin kencang. Zee tanpa pikir panjang langsung ke arah gudang mengambil tangga untuk memanjat balkon lantai dua. 

Zee hampir saja terpeleset ketika seruan Nunew di bawah menghentikannya. "Apa yang Phi lakukan?"

"Nhu, kau tunggu saja di situ. Aku akan mengambil kunci cadangan di dalam."

"Bagaiamna caranya? Pintu dan jendela sepertinya semua terkunci."

"Aku punya cara. Tunggu saja, oke?"

Zee meraba-raba jendela yang tak terkunci sempurna. Dengan penuh tenaga dia mencongkel dan mengangkat jendela itu agar terbuka. Bunyi klik samar membuatnya bernapas lega. Tanpa kendala berarti, dia langung membukanya.

-

Nunew menarik selimut di ruang santai sambil menghidupkan TV. Jas Zee sudah dia letakkan sembarangan di lengan sofa. Dengan tubuh menyandar dan berselonjor, dia tampak nyaman sekarang. Dia menyesal sudah memakai celana pendek ketika Zee mengajaknya kemari. Dia pikir setelah keluar mobil akan langsung masuk dalam kehangatan rumah Zee. Siapa sangka mereka harus berdingin-dingin ria lebih dulu sebelum masuk.

Selagi Nunew di lantai atas, Zee berada di bawah menyiapkan camilan dan minuman hangat untuk Nunew. Dia memang membiarkan Nunew bersantai dulu sebelum bergabung dengannya.

Setelah semua keperluan Nunew teratasi, dia pamit mandi agar badan lengketnya yang seharian berada di jalan tidak membuat hidung Nunew kesal dengan aromanya. Nunew memang tidak berkomentar dengan aroma tubuhnya. Hanya saja dia memang ingin tampak harum di dekat Nunew.

Selagi Nunew menunggu Zee mandi, dia mulai membuka kloset pakaian dan mencari-cari baju  buat dirinya sendiri dan juga Zee untuk dipakai. Walk in closet milik Zee bagi orang lain mungkin wujud dari kesempurnaan dan impian. Semua baju-baju di sana digolongkan dengan rapi dan presisi sesuai warna. Dari sebelah kiri, terdapat setelan jas berwarna hitam, diikuti warna lain, lalu kemeja-kemeja lengan panjang putih disusul dengan kemeja berwarna lain. Di bagian kanan, pakaian-pakaian bernuansa kasual seperti denim dan jaket kulit juga diurutkan dengan warna. Bagian atas, berisi T-shirt yang dilipat rapi dari yang masih terbungkus plastik sampai yang sudah sering dipakai. Bagian bawah berisi celana-celana jeans, celana training, dari yang panjang sampai yang pendek. Di kotak paling bawah, dia juga menemukan celana dalam dengan banyak merek ternama disusun dengan sepurna. Namun tujuan Nunew bukan itu maupun kotak bagian tengah yang berisi dasi, jam tangan dan berbagai macam manset. Tujuannya ada pada bagian belakang. Disana banyak bergantung baju tidur dari berbagai motif cerah sampai yang gelap. Dari yang terbuat dari sutra sampai katun lembut. Kali ini Nunew memilih baju tidur bergaris-garis orange, dan untuk Zee garis-garis berwarna biru.  

Your FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang