"Aku tidak bisa berenang," kata Nunew saat melihat ke luar kamar resort-nya, terbentang lautan luas dengan pemandangan kerlap-kerlip lampu dari pinggiran pantai.
"Aku akan mengajarimu," sahut Zee sambil merapikan tempat mereka dari hamburan pakaian yang dikeluarkan dari koper. Zee tahu karena kutukan keluarganya, Nunew belum pernah menyentuh air sebanyak ini. Jadi Zee dengan senang hati akan mengajari belahan jiwanya itu berenang.
Sekarang mereka sedang di Maldives, negara wisata yang terkenal dengan resort-resort indah di atas lautnya.
Mereka sampai di resort siang hari, lalu istirahat dan bangun untuk makan malam. Karena terlalu lelah, mereka memesan makanannya lewat room service.
"Kau tidak sedang mengelabuiku dengan alasan berenang, kan?" tukas Zee curiga. Mengelabui yang dimaksud Zee adalah Nunew berusaha mengalihkan niat Zee untuk menagih jatah malam pertama setelah pernikahan.
"Tidak kok," dusta Nunew sembari mundur sepelan mungkin menjauhi Zee yang sedang sibuk dengan kopernya. Dia memang berniat mengalihkan pikiran Zee tentang malam pertama. Niat itu bukan tanpa alasan. Baru tiga hari lalu bagian belakangnya ditusuk, tidak mungkin hari ini Zee akan melakukannya lagi. Jujur saja, bukannya dia tidak menyukai se* dengan suaminya itu. Namun, melihat stamina suaminya yang tak habis-habis, dia patut ketar-ketir setiap mereka mau melakukannya.
"Melangkah satu kali lagi, mungkin kau akan tercebur," kata Zee dari dalam kamar, membuat Nunew berhenti tepat waktu sebelum dirinya jatuh ke dalam kegelapan lautan.
"Kemarilah!" ajak Zee, tatapannya tak kenal ampun. Koper dan tetek bengek yang berserakan di kamar mereka sudah menghilang.
"Tidak. Bagian belakangku masih sakit Phi!" Nunew berpegangan pada susuran dek yang mengelilingi kamar mereka.
"Kita sudah melewati malam pertama di dalam pesawat, masa sekarang harus terlewat lagi."
Nunew dengan berat hati kembali pada Zee yang sekarang hanya menggunakan celana dalam ketat, menampilkan tubuhnya yang berotot, membuat perempuan-perempuan di luar sana mengiler melihatnya.
Zee menarik Nunew, menggendong dan membawanya keluar. Mereka duduk-duduk di pinggir dek dengan kaki melayang di atas air. Zee menempatkan Nunew dalam dekapannya, membelakanginya, agar bisa dipeluk dari belakang. Dengan begini dia bisa mengendus aroma Nunew secara leluasa. Memakai parfum atau tidak, aroma Nunew tetap membuatnya terlena.
Saat bersentuhan begini, mau tak mau Nunew tak kuasa menahan diri untuk tidak menggoda Zee. Dia berbalik, mengangkangi pangkuan Zee, dan mengerling nakal pada Zee. Dia mulai dengan jilatan-jilatan rendah di lekukan Zee.
"Sekarang siapa yang mulai duluan?" kata Zee memejam, menikmati jilatan demi jilatan lidah Nunew.
"Aku hanya ingin belajar membuat cupang," kata Nunew polos. Dia menyesap leher Zee, berusaha membuatnya memerah.
"Jangan di leher, Babe." Zee tidak terlalu suka membuat cupang di leher. Karena leher termasuk tempat terbuka, jadi tandanya pasti bisa dilihat orang. Leher Nunew pun hampir tidak pernah terlihat tanda memerah, karena Zee tidak ingin Nunew merasa tidak nyaman saat bertemu dengan orang-orang dan malu karenanya.
Jilatan Nunew berhenti. Dia merengut sambil menyipitkan mata kucingnya. "Kalau Phi membuat merah-merah sekujur tubuhku aku tidak protes. Kenapa aku tidak boleh?" seru Nunew, lalu beranjak dan hampir saja menginjak selangkangan Zee. Untung reflek Zee begitu cepat. Dia tepat waktu memegang kaki Nunew sebelum Nunew hampir saja oleng menuju air.
"Tapi aku tidak pernah membuat tanda di lehermu, kan?"
Nunew pun tahu itu karena mereka pernah membahasnya. Mereka sepakat tidak mengumbar tanda cinta yang bisa dilihat orang. Hanya saja ingatan itu dia kesampingkan kali ini karena suasana hatinya terlanjur jelek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Future
General Fiction"Sebelum purnama bulan ini, segera temukan pemuda bernama "Nunew Chawarin" kalau kau ingin hidupmu tidak berhenti di angka 30. Dia akan menjadi obatmu sekaligus masa depanmu," ucap seorang perempuan berwajah datar dari dalam mimpi Zee Pruk. Gara-gar...