Jam sudah menunjukkan pukul 14.13 ketika Nunew sampai di rumah. Dia membiarkan Zee menurunkannya tepat di depan rumah. Nunew memang menghalangi Zee untuk mampir. Bukan karena dia malu atau belum siap mengenalkan belahan jiwanya pada orang tuanya, hanya saja setelah kejadian klaim belahan jiwa, Nunew belum sempat menceritakan semua yang terjadi padanya malam itu. Dia berharap sebelum Zee menemui orang tuanya, dia sudah menjelaskan garis besar tentang hubungannya dengan Zee.
Nunew melangkah dengan hati-hati menuju kamarnya. Dia berusaha agar langkahnya tidak diketahui orang rumah. Sayangnya baru naik satu anak tangga orang tuanya sudah menyambut kedatangannya dengan memanggil namanya. Mau tak mau dia pergi ke belakang rumah dengan langkah gontai dan duduk di depan orang tuanya. Wajahnya ditekuk sambil menatap mereka. Tentu saja ibunya tak terpengaruh. Lain lagi dengan ayahnya yang merengut. Sebenarnya dia belum siap diinterogasi mereka, dia hanya ingin istirahat sebentar sebelum menghadapi ceramah mereka. Namun apa daya, cepat atau lambat mereka juga akan tahu dengan apa yang terjadi pada hidupnya.
"Kau pulang," kata ibunya sambil mengunyah almond.
"Yeah. Ada yang menyuruhku cepat pulang," sindir Nunew.
"Itu demi kebaikanmu tahu!" sahut ayahnya tajam. "Kau tiba-tiba menghilang setelah proses klaim. Sampai malam juga tidak ada kabar. Kau tahu kami begitu khawatir. Apalagi kita tidak tahu apakah belahan jiwamu orang yang benar atau seorang penipu yang pura-pura ingin mengklaimmu..." ayah Nunew terus menceramahi Nunew tentang belahan jiwa gadungan, tentang keselamatan, dan semua kekhawatiran-kekhawatiran orang tua. Nunew hanya bisa mendengarkan tanpa menyela. Ibunya juga hanya mengunyah almondnya dan membiarkan ayahnya berbicara.
"Mulai besok kau tidak boleh bertemu dengannya. Seminggu ke depan kau tidak boleh ke mana-mana!"
Nunew meraung keras dengan ucapan terakhir ayahnya. Emosinya sudah sampai di ubun-ubun. Kalau di depannya bukan ayahnya, Nunew mungkin sudah membanting meja bulat di depannya itu. "Lalu bagaimana caranya aku berkerja?" protesnya.
"Tetap boleh bekerja, asalkan langsung pulang," jawab ayah Nunew tanpa bisa diajak kompromi.
"Tidak adil. Dia belahan jiwaku!" raung Nunew keras.
"Jadi dia benar-benar belahan jiwamu?" Akhirnya sang ibu mulai tertarik setelah kata belahan jiwa keluar dari mulut anaknya. "Bagaimana dengan tandanya? Kau sudah mendapatkannya?"
"Ya, dia belahan jiwaku. Tandanya ada di sini." Nunew menunjuk bagian belakangnya.
Saat menunjuk bagian pinggangnya, tanpa sadar baju Nunew tertarik hingga menampakkan setengah dadanya. Sang ayah yang emosinya sudah mulai mereda kembali meradang. Matanya melotot melihat tanda bercak-bercak kemerahan di dada Nunew.
"Kau sudah bersatu dengannya?!" teriak ayahnya sambil menunjuk-nunjuk dada Nunew, hingga burung-burung yang hinggap di dahan pohon belakang rumah terbang ketakutan.
"Bersatu apa?" teriaknya juga. Nunew melihat ke arah mata ayahnya melotot. Dia langsung memperbaiki bajunya dan mengumpat dalam hati. Lagi-lagi dia kurang teliti pada tubuhnya, hingga lukisan abstrak yang dilakukan belahan jiwanya siang tadi baru disadarinya.
"Wah, anak kita sudah dewasa rupanya," goda ibunya sambil senyam-senyum mengerling pada ayah dan anak itu.
"Aku... aku... belum melakukannya, " kata Nunew gagap.
"Lalu tanda apa itu? Digigit serigala? Jangan bodohi Pa-mu ini!"
"Ini hanya tidak sengaja," jawab Nunew lalu berdiri, "aku... aku akan istirahat saja," pamitnya dengan tergesa-gesa karena terpojok.
Belum juga naik anak tangga, jeritan ayahnya menghentikan langkah Nunew. "Kau tetap dihukum selama seminggu. Aku tidak peduli dia belahan jiwamu atau bukan!"
![](https://img.wattpad.com/cover/349752295-288-k823733.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Future
General Fiction"Sebelum purnama bulan ini, segera temukan pemuda bernama "Nunew Chawarin" kalau kau ingin hidupmu tidak berhenti di angka 30. Dia akan menjadi obatmu sekaligus masa depanmu," ucap seorang perempuan berwajah datar dari dalam mimpi Zee Pruk. Gara-gar...