Kacau

879 92 7
                                    

"Kita mau ke mana?" tanya Nunew sambil memasang kaos putih bergambar tangan kucing yang sudah disiapkan Zee padanya. 

"Ke acara ulang tahunku yang diadakan kantor," sahut Zee seraya memasang celananya. Bukannya melanjutkan memasang bajunya sendiri, Zee malah merapikan rambut Nunew sampai terlihat lebih keren.

"Apa pakaian kita memang harus sesantai ini?" katanya tak yakin dengan pilihan pakaian Zee untuknya. Sejak bersama Zee, Nunew baru tahu kalau belahan jiwanya itu punya kebiaasan menyiapkan semua keperluannya. Nunew benar-benar dijadikan raja di sini. Dari bersih-bersih, menyiapkan makanan, semuanya Zee yang mengerjakan. Nunew hanya tinggal duduk diam dan mengajukan protes kalau yang siapkan Zee tidak sesuai dengan seleranya. Namun lain halnya dengan fashion, Nunew sekarang tampak lebih fashionable sejak Zee sering menyiapkan pakaiannya. Setiap ke rumah Zee, Nunew juga tidak perlu membawa apa-apa, karena sekarang isi kloset Zee penuh dengan baju-baju berukuran miliknya yang dibelikan Zee untuknya. Dia tidak bisa protes karena itu memang kemauan Zee, mau protes pun percuma karena sudah terbeli. Jadi dia sekarang hanya bisa menikmati servis yang diberikan Zee. Lagian dia tidak minta. Minta pun mungkin langsung dibelikan. Segila itu memang kalau berurusan dengan Zee.

"Tempatnya santai, jadi kita harus berpakaian santai juga," jawab Zee seraya memakaikan jaket denim ke tubuh Nunew.

Selagi Zee fokus dengan penampilan Nunew, Nunew malah bermain-main dengan otot perut. Dia berhati-hati meraba-raba otot Zee yang sekeras papan cucian, dimulai dari bagian atas, lalu berlanjut ke bagian atas garis pinggang celananya. Begitu terus sampai Zee tidak tahan lagi. 

Zee menghentikan tangan Nunew. "Kalau kau tidak ingin aku menusukmu sekarang, hentikan tanganmu."

Nunew mengangkat tangan, lalu dalam sekejab mencium bibir Zee dan kabur. Zee hanya terkekeh dengan kelakuan Nunew. Kalau tidak sedang buru-buru, mungkin dia sudah membuat Nunew menungging di sini dan menggempurnya dengan keras.

-

Tangan Nunew berkeringat. Matanya bolak-balik menatap pintu kafe dan wajah Zee, tak yakin harus keluar dari mobil atau tetap di dalam. "Bagaimana kalau mereka tidak menyukaiku?" tanyanya untuk yang kesekian kalinya.

Mereka sudah 5 menit berada di tempat parkir kafe tempat asistennya menyewa untuk acara ulang tahunnya. Sesampainya di sana, pegawai-pegawai kantor Zee sepertinya sudah banyak yang datang. Nunew, yang baru pertama kali akan bertemu mereka belum siap menunjukkan mukanya. Alhasil selama itu pula, Zee menunggu Nunew siap untuk masuk.  

Zee menggenggam tangan Nunew untuk yang keseribu kalinya setelah mereka berangkat. Dalam perjalanan, Nunew sudah mengoceh tentang reaksi orang-orang kantornya terhadap hubungan mereka. Setiap ocehan selalu mengorbankan satu tangannya untuk dipegang. Zee sampai harus sering-sering menyetir dengan satu tangan agar belahan jiwanya itu sedikit tidak tegang.

"Babe, tidak akan ada orang yang akan membencimu. Ingat tentang aromamu yang mengeluarkan hormon-hormon apalah itu kata Sang Dewi?" Nunew lewat mata bulatnya menatap Zee seolah-olah mengingat cerita tentang itu. "Orang-orang itu tidak akan menolak aromamu. Mungkin kau hanya harus hati-hati dengan asistenku."

"Apa asisten Phi tidak menyukaiku?"

"Sedikit." Zee meringis. "Mungkin karena setiap suasana hatiku sedang jelek gara-gara hubungan kita, dia selalu menjadi koban amukanku," kata Zee malu.

"Phi!" seru Nunew. "Kau tidak boleh seperti itu! Kalau itu gara-gara aku, harusnya aku yang disalahkan. Bukan orang lain," tegur Nunew.

"Yeah, karena saat itu yang paling dekat untuk meredakan emosiku cuma ada dia. Jadilah dia yang kena semprot."

Your FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang