13

53 6 0
                                    

Wajah Haekal terluka karena pukulan dari ayahnya. Ia kebingungan dengan sikap ayahnya yang tiba-tiba menghajarnya begini.

'Bocah kurang ajar, kau apakan anak gadis orang hah' Guntara menarik kerah baju Haekal.

Mahesa yang mendengar keributan dari luar masuk ke ruangan kerja ayahnya.

'Papi kenapa pi? Kok papi begini? Ini bisa kita bicarakan baik-baik tanpa harus ada kekerasan gini' Mahesa melerai keduanya.

Haekal menyusap sudut bibirnya, ia terluka.

'Maksud papi apa?' Tanya Haekal bingung melihat ayahnya marah seperti itu.

'Pake nanya lagi, kamu udah menghamili anak orang tapi gak mau tanggung jawab. Biadab kamu!!'
Teriak Guntara emosi.

'Emang Haekal menghamili siapa papi?' Tanya Mahesa penasaran.

'Bening, calon tunangan kamu' ujar Guntara susah payah menyibak rambutnya sendiri.

Mahesa sedikit terkejut mendengar nama calon tunangannya, ia bahagia tapi ia juga merasa sedih.

Sedangkan Haekal? Ia tak kalah terkejutnya. Bagaimana bisa Bening tak memberitahukan hal ini terlebih dahulu padanya. Namun sekelebat ingatan foto Bening yang berpelukan dengan laki-laki lain membuat wajah Haekal berubah.

'Papi yakin anak itu darah daging Haekal? Setau aku dia punya simpanan lain' Haekal memperlihatkan foto Bening dan lelaki lain itu (Naka).

Guntara terkejut melihat foto tersebut, Mahesa pun tak kalah terkejut.

*Di Rumah Bening*

Kai tak kuasa menahan amarahnya dengan segera ia menghampiri Bening dan menamparnya. Bening jatuh tersungkur karena menerima tamparan dari ayahnya. Pipinya perih, bisa ia rasakan sudut bibirnya mengeluarkan darah segar.

'Anak tidak tahu malu kamu Bening' Teriak Kai menunjuk Bening yang terduduk memegangi pipinya. Dengan segera Tesya menarik Bening dan memeluknya.

'Papah sudah cukup!! Jangan main kasar bisa gak hah! Dia ini anak kamu pah. Ini bisa kita bicarakan baik-baik bukan pakai kekerasan' Tesya berteriak pada suaminya sambil menahan tangis.

'Jangan lindungi anak tidak tahu malu itu, dia mengaku hamil anak Haekal kan. Haekal saja sendiri mengakui itu bukan anaknya. Mau kamu taruh dimana wajah papah haah!!' Kai meninju dinding rumah yang tak bersalah.

'Tapi ini memang anaknya Kak Haekal pah, Bening berani bersumpah' ujar Bening sambil berlinang air mata.

'Sudah cukup, sekarang pergi dari rumah ini!! Kamu bukan putriku lagi!' Ujar Kai sambil menyeret Bening keluar dari rumah.

Bening di dorong oleh Kai sampai keluar dari rumah. Di lemparnya barang-barang Bening hingga berserakan di teras rumah. Bi Inah tak kuasa menahan tangis melihat Bening di usir. Ia sangat ingin membantunya namun ia juga takut pada Kai.

'Pergi kamu, jangan perlihatkan wajahmu di rumah ini lagi' Kai menutup pintu dan membiarkan Bening ternganga di depan pintu.

Bening memungut barang-barangnya dengan air mata yang bercucuran. Di lihatnya langit yang mendung ia malah tersenyum. Di hapusnya air mata yang membasahi pipi dengan kasar.

'Semangat Bening, sekarang kamu udah bukan bagian keluarga ini lagi. Kamu harus kuat' Bening menarik koper itu dengan susah payah.

In My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang